Jakarta, CNN Indonesia --
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah aksi saling serang terjadi di kawasan perbatasan kedua negara pada Kamis (24/7).
Kedua pihak saling melempar tuduhan provokasi dan mengeklaim bertindak untuk membela diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Kamboja menuduh Thailand sebagai pemicu utama eskalasi terbaru yang dipicu oleh insiden penyerangan terhadap seorang prajurit Kamboja di kompleks Candi Ta Muen Thom, Senin (14/7) lalu.
Dalam pernyataan resminya, Phnom Penh menyebut bahwa seorang tentara dan warga sipil Thailand melakukan penyerangan fisik terhadap prajurit Kamboja yang secara sah bertugas di situs bersejarah tersebut.
Pemerintah menyebut aksi ini sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Kamboja.
"Ini adalah pelanggaran terhadap hukum internasional dan kebenaran sejarah. Candi Ta Moan Thom merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa kami, dan klaim kami atas wilayah itu telah diakui dalam Konvensi Prancis-Siam 1907," tegas pemerintah Kamboja.
Candi Ta Muen Thom, yang berada di wilayah sengketa, telah lama menjadi titik panas dalam hubungan bilateral Thailand dan Kamboja.
Berdasarkan Konvensi 1907 yang disepakati antara Prancis dan Siam (kini Thailand), wilayah candi tersebut disebut masuk ke dalam teritori Kamboja.
Klaim ini juga diperkuat sejumlah peta resmi yang diakui secara internasional.
Phnom Penh menilai bahwa masuknya pasukan dan warga Thailand ke kawasan candi adalah bentuk pelanggaran terhadap norma-norma internasional serta mencederai semangat kerja sama ASEAN.
"Insiden ini mencederai nilai-nilai internasional dan merusak kepercayaan antara dua negara anggota ASEAN," lanjut pernyataan tersebut.
Meskipun menghadapi tekanan nasionalistik, pemerintah Kamboja menyatakan tetap berkomitmen menyelesaikan sengketa secara damai melalui jalur hukum internasional.
Bahkan, Phnom Penh telah mengajukan pengaduan resmi ke Mahkamah Internasional (ICJ), meski belum mendapatkan respons dari Thailand yang lebih memilih penyelesaian secara bilateral.
Kamboja juga menuduh Thailand menunjukkan sikap dobel, mengedepankan citra damai secara diplomatik namun melakukan tindakan militer yang kontraproduktif di lapangan.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Sementara itu, Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, menegaskan bahwa negaranya tidak mendeklarasikan perang dengan pihak mana pun, termasuk Kamboja.
"Tidak ada deklarasi perang," kata Phumtham dalam konferensi pers di Bangkok, Kamis (24/7).
Ia juga menyampaikan bahwa konflik tidak menyebar ke provinsi lain dan meminta agar pertempuran dihentikan demi membuka jalan menuju negosiasi.
"Pertempuran harus dihentikan terlebih dahulu sebelum negosiasi dengan Kamboja," ujarnya, seperti dikutip Reuters. Namun, bentrokan di perbatasan terus berlanjut.
Thailand mengklaim telah mengerahkan jet tempur F-16 untuk membombardir situs-situs militer Kamboja sebagai balasan atas tembakan roket yang dilepaskan Phnom Penh ke wilayah Thailand.
Serangan dari pihak Kamboja tersebut dilaporkan menewaskan sebanyak 12 warga sipil.
Kementerian Luar Negeri Thailand mendesak Phnom Penh agar segera menghentikan agresi militer. "Thailand siap untuk mengintensifkan langkah-langkah pertahanan diri kami jika Kamboja tetap melancarkan serangan militer dan melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan Thailand sesuai hukum dan prinsip internasional," tegas Kemlu Thailand.
Sebagai respons diplomatik, Thailand telah memanggil pulang duta besarnya dari Kamboja dan sekaligus mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok.
Di sisi lain, Kamboja mengklaim serangan mereka dilakukan sebagai respons terhadap provokasi dari Thailand, terutama di kawasan Candi Ta Moan Thom yang menjadi sumber sengketa.
Seruan persatuan nasional dan stabilitas kawasan
Pemerintah Kamboja menyerukan pentingnya persatuan nasional dan kesadaran sejarah di tengah situasi yang memanas ini.
Edukasi mengenai sejarah perbatasan, termasuk Konvensi 1907 dan warisan budaya, dinilai penting untuk generasi muda.
"Kami bangsa yang cinta damai, tetapi bukan bangsa yang pasif. Ketika didorong ke batas, kami akan berdiri tegak dengan kebenaran, persatuan, dan harga diri nasional," tegas pemerintah Kamboja.
Kamboja pun mendesak Thailand untuk menunjukkan tanggung jawab moral, mengakui kesalahan, dan kembali ke prinsip hidup berdampingan secara damai.
Ketegangan ini mengingatkan pada insiden serupa yang terjadi Mei lalu, yang juga menyebabkan korban jiwa, penutupan perbatasan, serta sanksi perdagangan antar kedua negara.
Pemerintah Kamboja mengingatkan bahwa kegagalan bertindak cepat terhadap pelanggaran kali ini berisiko memperburuk situasi dan merusak hubungan bilateral yang telah dibangun selama puluhan tahun.