Bagaimana Rusia Rekrut Tentara Bayaran Asing Seperti Satria Kumbara?

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 12:00 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Satria Arta Kumbara, desertir marinir TNI Angkatan Laut, menjadi sorotan publik.

Itu setelah ia muncul dalam sebuah video yang menyatakan keinginannya kembali menjadi warga negara Indonesia (WNI) setelah Satria bergabung sebagai tentara relawan di Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video yang beredar luas, Satria mengaku tak mengetahui bahwa kontrak yang ia tandatangani dengan Kementerian Pertahanan Rusia berdampak pada pencabutan kewarganegaraannya sebagai WNI.

Kini, ia memohon kepada Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Menteri Luar Negeri Sugiono agar diizinkan pulang ke Tanah Air.

Namun, Satria bukanlah satu-satunya. Rusia diketahui tengah aktif merekrut warga asing, terutama dari negara-negara berkembang, untuk dikirim ke medan perang di Ukraina.

Modus Rusia rekrut tentara bayaran

Rusia menggunakan berbagai cara untuk merekrut tentara asing, dengan menjanjikan insentif seperti gaji tinggi, izin tinggal, bahkan kewarganegaraan hanya dengan satu tahun masa dinas.

Rekrutmen ini menargetkan warga dari negara-negara seperti Nepal, India, Indonesia, Sri Lanka, Somalia, hingga Kuba, sebagian besar dari mereka adalah pekerja migran, pengangguran, atau orang-orang yang terjebak masalah keimigrasian.

Modus perekrutan dilakukan melalui promosi di media sosial seperti YouTube, menggunakan agen, atau jaringan perekrut yang menjanjikan pekerjaan aman di Moskow.

Relawan juga ada yang berasal dari penjara, dengan janji penghapusan hukuman pidana jika mereka bersedia ikut berperang.

Banyak dari mereka yang awalnya dijanjikan tugas ringan di wilayah aman, justru akhirnya diseret ke garis depan sebagai "umpan meriam".

Mereka ditempatkan dalam unit gabungan dengan pasukan Rusia tanpa pelatihan yang cukup, tanpa bantuan medis, dan tanpa fasilitas bahasa.

Hal-hal tersebut menyebabkan banyak yang terluka parah bahkan tewas.

Dalam beberapa kasus, tentara bayaran ini dipaksa untuk tetap berada di garis depan meski telah menyatakan keinginan untuk pulang.

Salah satu pria asal Sri Lanka mengaku kepada media Jerman DW, "Saya bertanya kepada komandan bahwa saya ingin pulang ke Sri Lanka, tapi ia bilang itu tidak mungkin. Menurut kontrak, saya akan dipenjara 15 tahun jika melarikan diri."

Bersambung ke halaman berikutnya...

Janji Manis, Realita Pahit

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER