Warga di perbatasan Thailand-Kamboja, Samuan Niratpai, menolak untuk meninggalkan kawanan kerbau saat perang kedua negara itu berkecamuk pada pekan lalu lalu.
Samuan tinggal di Desa Baan Bu An Nong Provinsi Surin, Thailand. Lokasi itu berada sekitar 40 kilometer dari titik konflik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada pukul 05.00 setiap hari, saya mendengar dentuman dan boom. Saya lalu lari ke peternakan untuk menyelamatkan [hewan ternak]," kata dia, kepada AFP.
Setelah perang pecah, keluarga dia yang beranggotakan lima orang mengungsi ke Ibu Kota Thailand Bangkok. Namun, Samuan memilih tetap tinggal bersama ayam, tiga anjing, dan 14 kerbau miliknya.
"Bagaimana bisa saya meninggalkan kerbau ini,, saya mengkhawatirkan mereka," ungkap Samuan.
Dia lalu berujar, "Setelah serangan, saya menemui dan menghibur mereka. Tidak apa-apa, kita bersama."
Perang Thailand dan Kamboja berkobar pada 23 Juli. Mereka saling membela diri sekaligus menyalahkan.
Thailand menuduh Kamboja sengaja menerbangkan drone ke wilayah mereka kemudian meluncurkan roket ke desa-desa di sepanjang Distrik Phanom Dong Rak, Surin.
Thailand kemudian merespons dengan meluncurkan jet tempur F-16 dan menggempur pangkalan militer Kamboja. Sementara itu, Kamboja mengeklaim Thailand yang memulai serangan.
Imbas perang tersebut 32 orang tewas, 130 terluka, dan lebih dari 200.000 warga di kedua perbatasan dievakuasi.
Usai berhari-hari perang, Kamboja-Thailand sepakat untuk gencatan senjata. Negosiasi ini akan dilakukan di Malaysia di bawah pimpinan Anwar Ibrahim.
(isa/rds)