Prancis sebut sistem distribusi bantuan yang didukung AS dan Israel di Gaza memicu "pertumpahan darah" sehingga harus disetop.
Diplomat tertinggi Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan sistem distribusi bantuan yang didukung AS dan Israel di Gaza telah memicu "pertumpahan darah". Menurut dia, hal ini harus dihentikan.
"Saya ingin menyerukan penghentian kegiatan Yayasan Kemanusiaan Gaza, distribusi bantuan kemanusiaan yang dimiliterisasi yang telah memicu pertumpahan darah di jalur distribusi di Gaza, yang merupakan skandal, memalukan, dan harus dihentikan," kata Barrot pada awak media seperti dilaporkan AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prancis belum lama ini mengumumkan bakal mengirim bantuan kemanusiaan via udara ke Jalur Gaza. Sebanyak 40 ton bantuan dikirim mulai Jumat (1/8).
Barrot menuturkan bantuan dikirimkan bekerja sama dengan pemerintah Yordania.
"Kami akan mengorganisasi, mulai Jumat, empat penerbangan yang membawa masing-masing 10 ton, dengan koordinasi yang erat dengan otoritas Yordania," kata Barrot kepada stasiun televisi BFMTV, seperti dikutip AFP.
Dia menambahkan pengiriman bantuan juga dilakukan lewat darat. Namun saat ini bantuan masih terblokade di utara Mesir. Sebanyak 52 ton bantuan masih menunggu izin dari Mesir.
Barrot berpendapat sangat penting bagi Israel untuk setuju membuka kembali akses darat ke Jalur Gaza sehingga bisa meringankan penderitaan penduduk sipil.
Sementara itu, akhir pekan lalu Israel membuka wilayah udara dan darat guna pengiriman bantuan ke Gaza. Langkah ini baru diambil Israel akibat protes keras masyarakat internasional.
Penduduk Gaza dilanda kelaparan parah. Kementerian Kesehatan Gaza mengungkap sudah lebih dari 100 orang meninggal akibat kelaparan. Mereka yang meninggal mayoritas anak-anak.
(els)