Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan dirinya siap melindungi habis-habisan Sabah, wilayah Malaysia yang bersengketa dengan Republik Indonesia.
Dalam kunjungan ke Kota Kinabalu, Minggu (3/8), Anwar mengatakan Malaysia akan melindungi dengan segenap tenaga setiap inci Sabah dalam pembahasan wilayah itu bersama Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menegosiasikannya dengan tepat, tanpa menyerah. Itu yang saya bahas di pertemuan," kata Anwar kepada Malay Mail, merujuk pada pertemuan dirinya dan Presiden RI Prabowo Subianto pada 29 Juli lalu.
"Kami akan melindungi setiap inci Sabah. Saya akan mempertahankan prinsip ini. Saya memilih untuk menjawab ini sekarang karena kami membela Sabah atas nama pemerintah federal," lanjutnya.
Malaysia dan Indonesia memiliki klaim tumpang tindih di blok ND6 dan ND7. Malaysia menyebut kawasan tersebut Laut Sulawesi, sementara Indonesia menyebutnya Ambalat.
Anwar dan Prabowo pada 27 Juni bertemu di Jakarta dan sepakat untuk bersama-sama mengembangkan area tersebut.
Sejak itu, ada harapan bahwa kesepakatan itu akan mendorong kedua negara menyelesaikan masalah sengketa wilayah yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Kendati begitu, anggota-anggota parlemen dari Sabah menagih progres pada Anwar dalam pertemuan parlemen 22 Juli lalu. Anwar saat itu menegaskan bahwa belum ada kesepakatan final mengenai masalah ini.
Dalam pertemuan pada 29 Juli, pihak Malaysia makin bertanya-tanya setelah tak adanya singgungan soal batas laut ini dalam pernyataan bersama Anwar dan Prabowo.
Apalagi, Menteri Luar Negeri RI Sugiono mempertegas usai pertemuan kedua pemimpin dengan mengatakan bahwa secara teknis, prospek kesepakatan antara Malaysia-RI soal kesepakatan masih sangat jauh.
"Salah satu kemungkinannya adalah karena kedua pihak masih menegosiasikan aspek-aspek teknis dari kesepakatan sehingga pernyataan publik dari para pemimpin akan jadi kontraproduktif," kata analis geopolitik dari Viewfinder Global Affairs, Adib Zalkapli, kepada Channel News Asia (CNA).
"Dalam menegosiasikan masalah perbatasan maupun pembangunan bersama di wilayah sengketa, tantangan terbesar yaitu rincian teknis dan pengaturan komersial, bukan politik domestik," lanjutnya.
Pada Minggu, Anwar menegaskan bahwa pembahasan dengan Indonesia mengenai masalah Ambalat merupakan tanda bahwa RI-Malaysia memiliki hubungan persahabatan yang baik.
Anwar sekali lagi menekankan bahwa ia ingin menyelesaikan masalah ini sambil mempertahankan hubungan baik itu dengan Indonesia.
Sengketa Pulau Sulawesi sulit diselesaikan karena melibatkan klaim tumpang tindih baik di perbatasan maritim maupun kedaulatan dua pulau Malaysia, Sipadan dan Ligitan yang merupakan bagian dari Sabah.
Pada 2002, Mahkamah Internasional (ICJ) menetapkan kedua pulau tersebut sebagai milik Malaysia. Namun, putusan itu tak menyelesaikan masalah batas maritim yang juga tumpang tindih.
Pada 2005, Malaysia memberikan konsesi minyak di wilayah ini kepada perusahaan minyak milik Inggris, Shell. Keputusan ini membuat Indonesia berang, terutama setelah kapal-kapal patroli Malaysia kerap mondar-mandir di batas wilayah RI.
Setelah bersitegang, Indonesia dan Malaysia akhirnya menggelar perundingan-perundingan untuk menyelesaikan sengketa perbatasan ini. Meski begitu, isu ini masih menjadi titik gesekan dalam hubungan kedua negara Asia Tenggara.