Gelombang panas dengan suhu mencapai 50 derajat Celsius menerjang sejumlah wilayah di Iran pekan ini. Imbasnya, pihak berwenang menutup perkantoran hingga sekolah.
Pada akhir pekan lalu, suhu di Abadan mencatat rekor 50 derajat Celsius, sementara di Teheran lebih dari 40 derajat Celsius pada Selasa (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media lokal Iran melaporkan sejumlah kantor pemerintah daerah, perbankan, sekolah, hingga tempat publik di beberapa provinsi tutup. Namun, fasilitas medis tetap beroperasi.
"Karena suhu yang meningkat dan keperluan menghemat dan mengoptimalisasi energi, aktivitas di lembaga eksekutif Teheran akan tutup pada Rabu," kata Gubernur Teheran Mohammadsadeq Motamedian, dikutip Reuters.
Di Teheran dan kota-kota lain sudah menghadapi pemadaman listrik selama dua jam setiap dua hari sekali. Para ahli memperingatkan pemadaman bisa meningkat jadi empat jam per hari imbas cuaca ekstrem.
Badan Metereologi Iran sebelumnya menetapkan 9 dari 31 provinsi dalam status siaga tinggi (oranye) setidaknya hingga akhir pekan ini. Mereka memperkirakan cuaca tertinggi bisa mencapai 50 derajat Celsius di beberapa daerah.
Cuaca panas ekstrem itu terjadi di provinsi Mazandaran, Markazi, Yazd, Semnan, Kermanshah, dan Razavi Khorasan, Teheran.
Suhu tinggi di Iran kerap terjadi di musim panas. Anomali ini berlangsung karena krisis iklim dan eksploitasi sumber daya yang masif.
Menanggapi gelombang panas ini, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mewanti-wanti warga agar menggunakan air seperlunya.
Dia tak akan menoleransi konsumsi air berlebihan karena bisa memicu kota-kota termasuk Teheran mengalami kekurangan air akut pada September.
(isa/dna/bac)