Sejumlah keluarga sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza, berlayar menuju wilayah kantong tersebut pada Kamis (7/8).
Pelayaran yang diinisiasi oleh Hostages and Missing Families Forum itu dilakukan sebagai upaya untuk mendesak pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang.
Aksi yang juga didukung pihak oposisi dan sebagian besar masyarakat Israel itu bertujuan menekan Netanyahu agar berhenti memperluas operasi militer di Gaza, karena akan semakin membahayakan para sandera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pelabuhan Ashkelon di Israel selatan, perwakilan forum Lior Horev menyebut pelayaran ini sebagai "panggilan darurat" bagi pemerintah.
Lihat Juga : |
"Sayangnya, kami tidak bisa masuk ke Gaza dan membawa pulang orang-orang yang kami cintai, tetapi ini adalah sinyal darurat kepada pemerintah Israel," ujar Horev kepada CNN.
Kapal-kapal dalam aksi tersebut dihiasi bendera Israel, pita kuning, dan balon sebagai simbol upaya penyelamatan sandera. Para peserta menggunakan pengeras suara untuk menyampaikan pesan kepada para sandera.
"Kami berada di titik terdekat dengan para sandera, di perbatasan maritim Gaza, agar mereka juga tahu kami berjuang dengan segenap kekuatan dan tidak akan menyerah sampai mereka kembali," bunyi pernyataan forum itu.
Hamas dan sekutunya diyakini masih menahan 50 sandera di Gaza. Pemerintah Israel meyakini sebanyak 20 orang di antaranya masih hidup, sementara 28 lainnya telah dinyatakan meninggal.
Namun, blokade total Israel membuat Gaza tertutup dari dunia luar baik di darat maupun laut. Militer Israel membatasi pergerakan dalam radius beberapa mil dari garis perimeter, sehingga rombongan kapal tidak dapat mendekati pantai.
Di atas salah satu kapal, Yehuda Cohen, ayah dari Nimrod Cohen yang sudah 22 bulan ditahan di Gaza, menilai kelanjutan perang justru "langsung membahayakan" nyawa para sandera.
"Kami ingin semuanya berhenti. Kami ingin dunia membantu kami membuat Netanyahu menghentikannya. Kami ingin perang ini berakhir dan mencapai kesepakatan pertukaran sandera," ujar Cohen.
Kabinet keamanan Israel dijadwalkan menggelar pemungutan suara pada Kamis untuk memutuskan kemungkinan pendudukan penuh Gaza, sebuah langkah yang akan menjadi eskalasi besar setelah hampir dua tahun konflik.
Media Israel sebelumnya melaporkan Netanyahu telah memutuskan untuk melakukan "penaklukan penuh" terhadap Gaza.
Horev menegaskan, memperpanjang perang sama saja dengan menjatuhkan "vonis mati" bagi para sandera yang masih hidup.
"Keputusan kabinet untuk memperpanjang perang akan membuat mustahil mengembalikan mereka yang telah dibunuh Hamas dan yang masih ditahan di Gaza," katanya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 61.158 warga Palestina telah tewas agresi brutal Israel ke Gaza pada Oktober 2023 lalu.
Situasi kemanusiaan disebut kian memburuk, dengan sebanyak 193 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 96 anak.