Asang, seorang penyanyi muda Tibet dari Kabupaten Ngaba, ditangkap otoritas China pada Juli 2025 setelah membawakan lagu "Prince of Peace" yang didedikasikan untuk Dalai Lama. Dua temannya juga ikut ditahan.
Hingga kini, keluarga mereka belum menerima dakwaan atau informasi resmi, yang mencerminkan sistem hukum China yang tertutup dan represif.
Penangkapan ini terjadi bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-90 Dalai Lama, momen yang justru memicu gelombang penindasan di Tibet. Partai Komunis China (PKC) menganggap setiap penghormatan kepada Dalai Lama sebagai tindakan separatis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelang perayaan tersebut, pasukan dan aparat keamanan China dikerahkan ke wilayah-wilayah Tibet seperti Amdo, Kham, U-Tsang, dan Lhasa. Biara-biara ditempatkan di bawah pengawasan ketat, dengan kamera dan penjagaan bersenjata yang menghalangi doa maupun pertemuan kecil.
Penindasan serupa telah berulang selama lebih dari satu dekade, dengan gelombang besar penangkapan pada 2013, 2016, 2021, dan 2024. Beberapa warga ditangkap hanya karena membagikan foto Dalai Lama, mengikuti doa bersama, atau mengunggah ucapan selamat ulang tahun di media sosial.
Beberapa hari sebelum perayaan Juli, otoritas China menghancurkan lebih dari 300 stupa Buddha dan patung suci Guru Rinpoche di Kabupaten Drakgo. Beijing juga melarang penayangan foto Dalai Lama, menghapus mural keagamaan, melarang doa tertentu, serta mengganti pendidikan agama dengan "pendidikan patriotik."
Rakyat Tibet bahkan diwajibkan memasang potret pemimpin China, termasuk Presiden Xi Jinping, di rumah mereka.
Langkah-langkah ini menjadi bagian dari strategi sinifikasi paksa, termasuk mengganti sebutan "Tibet" menjadi "Xizang" dalam semua wacana resmi, mendorong penggunaan bahasa Mandarin, dan mengubah festival tradisional menjadi acara bernuansa budaya China.
Kendati begitu, Dalai Lama menegaskan bahwa hanya Gaden Phodrang Trust yang berwenang menentukan reinkarnasinya, menantang rencana Beijing yang diyakini akan menunjuk penerus versi pemerintah.
Meski Beijing memperketat cengkeraman di Tibet, menghancurkan stupa, dan memenjarakan penyanyi, semangat rakyat Tibet tidak padam.
Ulang tahun ke-90 Dalai Lama menjadi simbol keteguhan, ketahanan budaya, dan perlawanan tanpa kekerasan, sekaligus mengingatkan dunia bahwa pelanggaran HAM di Tibet adalah persoalan kemanusiaan global, bukan sekadar "urusan dalam negeri."