PBB Soroti Dugaan Penyiksaan Pembela HAM di Penjara China

CNN Indonesia
Jumat, 15 Agu 2025 11:10 WIB
Ilustrasi. Foto: (AFP PHOTO / ATTILA KISBENEDEK)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak China untuk melindungi hak-hak para pembela hak asasi manusia (HAM) yang saat ini dipenjara, serta memastikan mereka terbebas dari penyiksaan dan berbagai bentuk perlakuan buruk lainnya, sebagaimana dilaporkan Kantor HAM PBB (United Nations Human Rights Office/UNHRO).

Mary Lawlor, Pelapor Khusus PBB untuk urusan pembela HAM, menyampaikan keprihatinannya atas tuduhan berkelanjutan terkait perlakuan terhadap para pembela HAM di penjara-penjara China. Tuduhan tersebut mencakup penyiksaan, kurangnya perawatan medis memadai, dan penolakan terhadap hak kunjungan.

Ia mendesak pemerintah China untuk menjamin para tahanan dapat menerima kunjungan keluarga dan penasihat hukum, mendapatkan perawatan medis yang layak, serta ditempatkan di fasilitas tahanan resmi.

Selain itu, informasi mengenai status mereka harus dibuka kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan sah, sebagaimana disampaikan UNHRO.

"Meski saya telah mengajukan banyak permintaan, otoritas China belum memberikan jawaban komprehensif terkait perlakuan terhadap para pembela HAM ini. Sebaliknya, mereka hanya memberikan pernyataan umum dengan sedikit rincian spesifik," ujar Lawlor.

Ia menyerukan agar otoritas China membeberkan informasi lengkap mengenai kondisi kesehatan, perlakuan, serta akses dukungan keluarga dan bantuan hukum bagi tujuh pembela HAM yang sedang menjalani hukuman penjara lebih dari sepuluh tahun di China.

Pada Februari 2025, Lawlor telah menulis kepada otoritas China untuk meminta rincian terkait kondisi kesehatan dan perlakuan terhadap Ding Jiaxi, Huang Qi, Huang Yunmin, Ilham Tohti, Qin Yongmin, Zhang Haitao, dan Zhao Haitong, termasuk kapan terakhir kali mereka menjalani pemeriksaan medis.

Ia juga menuntut klarifikasi atas tuduhan perlakuan buruk serta alasan di balik pembatasan kunjungan keluarga dan penasihat hukum terhadap tujuh orang tersebut.

Meski sebagian informasi terkait perawatan medis dan kunjungan diberikan untuk dua pembela HAM, lima lainnya hanya menerima jawaban yang samar atau bahkan tidak ada informasi sama sekali, menurut laporan UNHRO.

Kasus Gao Zhisheng

Lawlor juga menanyakan lokasi pengacara HAM ternama Gao Zhisheng, yang statusnya tidak diketahui sejak 2017. Istrinya, Geng He, yang kini tinggal di Amerika Serikat, terus mencari informasi tentang keberadaannya. Dalam sebuah acara publik di Washington, DC pada 8 Juli 2025, Geng He kembali memohon bantuan untuk menemukannya.

Menanggapi pernyataan pemerintah China sebelumnya yang menyebut Gao tidak berada dalam tahanan negara, Lawlor meminta penjelasan terkait langkah yang telah diambil otoritas untuk melacaknya, termasuk penyelidikan yang dilakukan atas dugaan penghilangan paksa tersebut.

"Gao Zhisheng telah hilang hampir delapan tahun, dan keengganan Pemerintah China untuk menangani penghilangan paksa ini sangat tidak dapat diterima. Jika ia tidak berada di penjara, tahanan, atau tahanan rumah, maka pihak berwenang harus membeberkan langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengetahui keberadaannya," tegas Lawlor.

Pelapor Khusus tersebut mengungkapkan rasa frustrasinya karena permintaan pembaruan informasi terkait penyelidikan atas hilangnya Gao Zhisheng tidak pernah ditanggapi. Ia pun kembali menyerukan kepada otoritas China untuk segera mengungkapkan nasib dan lokasi Gao.

(dna)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK