Presiden AS Donald Trump mengaku tidak senang dengan serangan Israel ke rumah sakit di Gaza yang menewaskan 20 orang, termasuk petugas medis yang berusaha mengevakuasi korban luka dan lima jurnalis.
Awalnya, Trump mengaku tidak tahu dengan gempuran tersebut. Namun, ia belakangan menyatakan tidak suka dengan langkah yang diambil Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak senang dengan hal itu. Saya tidak ingin melihatnya," kata Trump seperti diberitakan Times of Israel, Senin (25/8).
"Pada saat yang sama, kita harus mengakhiri mimpi buruk ini," tambahnya.
Pernyataan disampaikan setelah Israel lagi-lagi melancarkan serangan brutal ke Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza Palestina menggunakan drone berbahan peledak pada Senin (25/8).
Serangan drone Israel dilaporkan menyasar atap rumah sakit hingga menewaskan total 20 orang termasuk lima jurnalis.
Saksi mata memaparkan Israel tak hanya sekali melancarkan serangan Udara ke RS tersebut, tapi dua kali dalam waktu berdekatan.
Serangan kedua berlangsung kala tim SAR dan petugas medis serta para jurnalis yang masih bertahan berupaya menyelamatkan diri.
Trump malah kembali menyinggung pernyataannya bahwa ia bertanggung jawab atas kesepakatan yang mengamankan pembebasan sandera lebih awal, termasuk klaim kurang dari 20 sandera masih hidup.
"Saya sudah lama bilang, saya akan membebaskan mereka, tetapi ketika kita mencapai 10 atau 20 orang terakhir, orang-orang ini tidak akan membebaskan mereka," kata Trump.
Dalam beberapa kesempatan pada Juni dan Juli 2025, Trump dengan tegas menyatakan bahwa gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera akan tercapai sekitar seminggu lagi.
Baru pada akhir Juli, setelah perundingan menemui jalan buntu, ia mengubah arah dan mulai mengklaim bahwa ia sudah tahu sejak awal bahwa kesepakatan untuk membebaskan para sandera yang tersisa tidak akan mungkin tercapai.
Trump bahkan mengatakan Israel harus melanjutkan dan "menyelesaikan tugas" melawan Hamas, sesuatu yang belum dapat dilakukannya selama 22 bulan pertempuran.