Cerita Jurnalis Keluar dari Reuters, Tuding Bantu Propaganda Israel
Seorang jurnalis asal Kanada membagikan kisahnya memutuskan keluar dari kantor berita Reuters karena dianggap terlibat dengan Israel.
Valerie Zink, jurnalis foto Kanada, baru-baru ini menyedot perhatian setelah mengunggah foto id pers Reuters-nya yang terbelah di media sosial.
Foto id pers rusak itu diunggah bukan tanpa sebab. Zink menyatakan kemarahan dan rasa muaknya terhadap Reuters yang ia anggap telah menyiarkan propaganda Israel.
Dilansir dari Anadolu Agency, dalam unggahannya di X, Zink menuturkan Reuters telah terlibat secara langsung dalam pembunuhan 245 jurnalis di Jalur Gaza, Palestina.
Ia mengkritik media Barat tersebut karena menjadi corong Israel ketika memberitakan soal pembunuhan Anas Al Sharif dan jurnalis-jurnalis Al Jazeera di Gaza.
Zink berujar Reuters memperkuat "klaim Israel yang sama sekali tidak berdasar" bahwa Al Sharif merupakan anggota milisi Hamas.
"Itu salah satu dari banyak kebohongan yang telah diulang-ulang dan dibesar-besarkan oleh media seperti Reuters," katanya.
"Saya menghargai pekerjaan yang saya bawa ke Reuters selama delapan tahun terakhir, tetapi saat ini saya tidak bisa membayangkan mengenakan kartu pers ini selain dengan rasa malu dan duka yang mendalam," lanjutnya.
Zink menekankan keterlibatan agensi tersebut "melestarikan propaganda Israel" tidak menghindarkan reporter mereka dari genosida Israel.
Pada Senin (25/8), Israel menyerang Rumah Sakit Nasser hingga menewaskan 20 orang termasuk jurnalis Reuters, Associated Press, dan Al Jazeera. Beberapa tenaga kesehatan dan personel SAR juga tewas dalam serangan brutal tersebut.
"Saya tidak tahu apa artinya mulai menghormati keberanian dan pengorbanan para jurnalis di Gaza, yang paling berani dan terbaik yang pernah hidup, tetapi ke depannya saya akan mengarahkan kontribusi apa pun yang saya miliki dengan tujuan itu," ujar Zink.
"Saya berutang setidaknya sebesar ini kepada rekan-rekan saya di Palestina, dan bahkan lebih banyak lagi," tambahnya.