Teror Hoaks Penembakan di Kampus-kampus AS, Mahasiswa Kocar-kacir
Mahasiswa sejumlah universitas di Amerika Serikat belakangan diteror ancaman penembakan palsu hingga menyebabkan kekacauan besar bagi mahasiswa.
CNN melaporkan pada 21 Agustus lalu, mahasiswa Universitas Tennessee di Chattanooga menerima pesan teks yang membuat semua orang panik berlarian mencari tempat sembunyi.
Lihat Juga : |
Dalam pesan itu, mahasiswa diminta "Lari. Sembunyi. Lawan." Pesan ini diterima saat kampus sedang menggelar masa orientasi.
Peringatan yang sama juga dilaporkan di Universitas Villanova di Pennsylvania. Pada Minggu (24/8), Universitas Carolina Selatan juga menerima ancaman serupa.
Enam kampus lain turut menerima laporan penembakan aktif pada Senin (25/8). Seluruh laporan penembakan itu tidak berdasar.
Lihat Juga : |
Peringatan palsu ini muncul di saat kasus penembakan massal sedang menghantui warga AS. Kurang dari sebulan lalu, seorang pria bersenjata menyerang markas Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS di Atlanta, yang memicu lockdown di Universitas Emory yang terletak tak jauh darinya.
Pria bersenjata lainnya melepaskan tembakan di dalam gedung pencakar langit Manhattan dengan menargetkan markas NFL di New York, akhir Juli lalu. Insiden itu menewaskan empat orang, termasuk anggota polisi yang sedang tidak bertugas.
Teror swatting
Laporan palsu semacam ini dikenal sebagai Swatting. Swatting dilakukan dengan membuat laporan hoaks kepada polisi, yang menyatakan bahwa ada situasi genting seperti penembakan, penyanderaan, atau pemboman di suatu wilayah.
Kasus swatting telah didokumentasikan oleh Biro Investigasi Federal (FBI) selama dua dekade terakhir.
Kasus swatting yang menargetkan sekolah sendiri bukan hal baru. Seorang peneliti yang melacak panggilan swatting di sekolah dan universitas mencatat ada 731 panggilan swatting di AS selama tahun 2023.
Pada tahun ajaran 2022-2023, terdapat lebih dari 446 laporan palsu mengenai penembakan di sekolah, demikian menurut data Educator's School Safety Network.
Kasus swatting telah lama menjadi tantangan bagi aparat penegak hukum di AS. Meskipun ada tanda-tanda bahwa panggilan tersebut palsu, aparat biasanya tak memiliki waktu untuk menyelidikinya dan sebaliknya, harus merespons cepat karena "setiap detik berharga".
"Penegak hukum tidak punya pilihan," kata Elizabeth Jaffe, profesor madya di Sekolah Hukum John Marshall, Atlanta.
Saat kasus swatting terjadi di Chattanooga dan Villanova, aparat juga langsung mengerahkan sejumlah besar pasukan ke kampus-kampus tersebut.
Menurut Kepala Departemen Kepolisian Chattanooga, John Chambers, lebih dari 100 petugas diterjunkan ke Universitas Tennessee.
Keputusan ini sebetulnya "bagai makan buah simalakama". Sebab, mengerahkan begitu banyak petugas ke sebuah laporan palsu bisa mengalihkan petugas dari masalah yang sebenarnya.
"Hal ini membuat petugas medis darurat, polisi, dan pemadam kebakaran teralihkan dari kemungkinan insiden nyata karena mereka menanggapi insiden palsu," ucap John DeCarlo, mantan kepala polisi Branford, Connecticut, dan profesor kriminologi di Universitas New Haven.
(blq/dna)