Perdana Menteri Houthi Yaman Ahmed Ghaleb Al Rahawi meninggal dunia dalam serangan Israel di ibu kota Sanaa, Kamis (28/8).
Presiden Dewan Politik Tertinggi Houthi Mahdi Al Mashat menyampaikan kabar tersebut pada Sabtu (30/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keterangan yang sama, Al Mashat juga menyampaikan bahwa sejumlah pejabat senior Houthi turut tewas dalam serangan tersebut. Kendati demikian, ia tak merinci berapa dan siapa menteri yang meninggal dunia.
"Kami akan balas dendam, dan kami akan menempa kemenangan dari kedalaman luka," tukas Al-Mashat.
Dilansir dari Al Jazeera, serangan Israel di Sanaa terjadi ketika Israel kembali bersitegang dengan Houthi.
Sejak beberapa bulan terakhir, Israel berulang kali menyerang Houthi saat kelompok milisi itu meluncurkan serangan terhadap Israel dan kapal-kapal Barat di Laut Merah serta Teluk Aden.
Aksi Houthi ini diklaim sebagai bentuk solidaritas dengan rakyat Jalur Gaza, Palestina.
Houthi sejak awal menyatakan bahwa serangan Israel tak akan menghalangi operasi militer mereka.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Media Asing Soroti Demo RI sampai PM Houthi Tewas Dibom Israel |
Dalam pernyataan yang sama, Al Mashat juga menyampaikan bahwa meninggalnya para pejabat Houthi akan menjadi "bahan bakar dan dorongan untuk terus melanjutkan jalan" perjuangan mereka.
"Kepada rakyat kami di Gaza, pendirian kami teguh, dan akan tetap teguh hingga agresi berakhir dan pengepungan dicabut, betapa pun besarnya tantangan," ucapnya.
Militer Israel sementara itu menyatakan pihaknya menyerang markas Houthi dengan menargetkan lokasi militer dan istana presiden.
Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya, yang dilaporkan media Israel, serangan ini menyasar seluruh kabinet Houthi termasuk PM dan 12 menteri. Kendati demikian, Houthi tak memberi penjelasan apakah seluruh kabinetnya tewas dalam serangan ini.
Pada Minggu (31/8), sejumlah pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Houthi menyerbu kantor badan pangan dan anak-anak PBB di Yaman. Para pejabat menyebut bahwa sejumlah staf Program Pangan Dunia (WFP) dan UNICEF hilang, kemungkinan ditawan Houthi.
Juru bicara WFP, Abeer Etefa, mengatakan kepada Associated Press bahwa pasukan keamanan menggerebek kantor mereka pada Minggu pagi. Juru bicara UNICEF, Ammar Ammar, juga mengatakan bahwa ada "situasi yang sedang berlangsung" di kantor mereka di Sanaa.
"WFP menegaskan kembali bahwa penahanan sewenang-wenang terhadap staf kemanusiaan tidak dapat diterima," demikian pernyataan Etefa.
(blq/rds)