Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengultimatum Hamas untuk menerima proposal gencatan senjata terbaru soal Gaza dan mengancam dengan "konsekuensi" terbaru.
Sementara itu sejumlah media asing menyoroti perombakan kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto, termasuk soal Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dicopot.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut rangkumannya dalam Kilas Internasional hari ini, Selasa (9/9).
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan bahwa dia telah mengajukan proposal baru untuk mengakhiri agresi Israel di Jalur Gaza.
Dalam sebuah unggahan di media sosial pada Minggu (7/9), Trump memperingatkan kelompok Hamas untuk menerima persyaratan gencatan senjata. Trump bahkan mengaku telah mengultimatum Hamas akan menerima konsekuensi jika menolak tawaran tersebut.
"Semua orang ingin sandera PULANG. Semua orang ingin perang ini berakhir," tulis Trump dalam unggahannya.
"Israel telah menerima persyaratan saya. Saatnya Hamas juga menerima. Saya sudah memperingatkan Hamas tentang konsekuensi jika tidak menerima. Ini adalah peringatan terakhir saya, tidak akan ada peringatan lain," imbuhnya.
Rusia membuat terobosan besar dengan menemukan vaksin untuk kanker, Entromix. Berdasarkan uji coba awal, vaksin ini memiliki tingkat keampuhan 100 persen.
Hasil uji coba Enteromix menunjukkan pasien mengalami penyusutan tumor dan tak ada efek samping yang serius.
Saat ini vaksin Enteromix tengah menunggu persetujuan akhir Kementerian Kesehatan sebelum digunakan atau tersedia untuk publik.
Entromix dikembangkan menggunakan teknologi mRNA yang sama dengan vaksin Covid-19. Vaksin ini juga dirancang untuk melatih sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan membasmi sel kanker.
Sejumlah media asing menyoroti reshuffle atau perombakan kabinet termasuk Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada hari ini, Senin (8/9).
Media Malaysia, The Star, merilis laporan berjudul Indonesia tunjuk Purbaya Yudhi Sadewa jadi Menkeu baru usai Sri Mulyani dicopot.
Media Singapura, Channel NewsAsia, juga merilis berita serupa. Mereka bahkan menambahkan komentar pakar ekonomi untuk menganalisa bagaimana Indonesia ke depan tanpa Sri Mulyani.
Media di Singapura yang fokus di isu ekonomi, Business Times, juga memberitakan perombakan kabinet ini.
Media-media itu juga melaporkan pengumuman perombakan kabinet ini muncul setelah gelombang protes yang terjadi pada pekan lalu. Di tengah protes itu, ada sejumlah penjarah yang diidentifikasi bukan warga sekitar dan bukan bagian dari massa aksi menjarah rumah Sri Mulyani.
(tim/dna)