Isi Lengkap Pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB

CNN Indonesia
Rabu, 24 Sep 2025 06:20 WIB
Isi lengkap pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum PBB. (Foto: REUTERS/Jeenah Moon)

Ibu Presiden, Yang Mulia,

Izinkan saya menyampaikan kepada majelis ini sebuah pesan penuh harapan dan optimisme, yang berlandaskan pada aksi nyata dan pelaksanaan.

Hari ini kita telah mendengar pidato dari Ibu Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Benar adanya apa yang beliau sampaikan: tanpa Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, mungkinkah kita dapat hadir di sini hari ini? Mungkinkah kita dapat duduk bersama di Aula yang agung ini?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanpa Perserikatan Bangsa-Bangsa, kita tidak akan aman. Tidak ada satu pun negara yang dapat merasa sepenuhnya terlindungi. Kita membutuhkan PBB, dan Indonesia akan terus mendukung PBB. Meski kita masih menghadapi banyak tantangan, kita menyadari bahwa dunia memerlukan PBB yang kuat.

Populasi dunia terus bertambah. Planet kita berada dalam tekanan. Ancaman terhadap ketahanan pangan, energi, dan air membayangi banyak negara.

Indonesia memilih untuk menjawab tantangan ini secara langsung di dalam negeri, sekaligus memberikan bantuan ke luar negeri sejauh kemampuan kami.

Tahun ini, kami mencatat produksi beras dan cadangan pangan tertinggi sepanjang sejarah. Indonesia kini telah swasembada beras dan bahkan mengekspor beras ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk memberikan beras kepada Palestina.

Kami membangun rantai pasok pangan yang tangguh, meningkatkan produktivitas petani, serta berinvestasi pada pertanian cerdas-iklim demi menjamin ketahanan pangan bagi anak-anak kita dan anak-anak dunia. Kami yakin, dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami menyampaikan di hadapan Anda semua bahwa kami telah merasakan secara langsung dampak perubahan iklim, khususnya ancaman naiknya permukaan laut. Di pesisir utara ibu kota kami, permukaan laut meningkat lima sentimeter setiap tahunnya. Bayangkan dalam sepuluh tahun ke depan. Dalam dua puluh tahun ke depan.

Karena itu, kami terpaksa membangun tanggul raksasa sepanjang 480 kilometer. Pekerjaan ini mungkin memerlukan waktu hingga dua puluh tahun, tetapi kami tidak memiliki pilihan lain. Kami harus memulainya sekarang. Oleh sebab itu, kami memilih menghadapi perubahan iklim, bukan dengan slogan, melainkan dengan langkah nyata. Kami berkomitmen untuk memenuhi kewajiban kami dalam Kesepakatan Paris 2015.

Kami menargetkan pencapaian emisi nol bersih pada 2060, dan kami yakin dapat mencapainya jauh lebih cepat. Kami juga menargetkan penghijauan kembali lebih dari 12 juta hektare lahan kritis, mengurangi degradasi hutan, serta memberdayakan masyarakat lokal melalui penyediaan lapangan kerja hijau yang berkualitas untuk masa depan.

Indonesia tengah bergerak secara tegas dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju pembangunan berbasis energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar tambahan kapasitas pembangkit listrik kami akan berasal dari energi terbarukan.

Tujuan kami jelas: mengangkat seluruh rakyat kami keluar dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia pusat solusi bagi ketahanan pangan, energi, dan air dunia.

Ibu Presiden, Yang Mulia,

Kita hidup pada masa ketika kebencian dan kekerasan seolah menjadi suara yang paling nyaring. Namun, di balik hiruk-pikuk itu, terdapat kebenaran yang lebih sunyi: setiap manusia merindukan rasa aman, ingin dihormati, ingin dicintai, dan ingin mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak-anak mereka.

Anak-anak kita sedang menyaksikan. Mereka belajar tentang kepemimpinan bukan dari buku pelajaran, melainkan dari pilihan-pilihan kita.

Hari ini, situasi yang mengerikan di Gaza masih terus berlangsung di hadapan kita. Saat ini juga, orang-orang tak bersalah menjerit meminta pertolongan, memohon untuk diselamatkan. Siapa yang akan menyelamatkan mereka? Siapa yang akan menyelamatkan yang lemah, yang lanjut usia, dan para perempuan? Jutaan orang tengah menghadapi bahaya, trauma, dan kerusakan fisik yang tak tergantikan. Mereka sekarat karena kelaparan.

Dapatkah kita tetap diam? Akankah tidak ada jawaban atas jeritan mereka? Akankah kita mengajarkan bahwa keluarga besar umat manusia mampu menjawab tantangan ini?

Ibu Presiden, kita harus bertindak sekarang. Banyak yang telah menyuarakan hal ini. Kita harus berdiri teguh membela tatanan multilateral, di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukanlah hak istimewa segelintir pihak, melainkan hak seluruh umat manusia.

Dengan PBB yang kuat, kita dapat membangun dunia di mana yang lemah tidak lagi menanggung penderitaan yang seharusnya tidak mereka tanggung, tetapi hidup dalam keadilan yang layak mereka dapatkan.

Mari kita lanjutkan perjalanan besar umat manusia menuju cita-cita luhur - aspirasi tanpa pamrih yang telah melahirkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mari kita gunakan ilmu pengetahuan untuk mengangkat harkat manusia, bukan untuk menghancurkannya. Biarlah bangsa-bangsa yang sedang bangkit membantu bangsa lain untuk ikut bangkit bersama.

Saya yakin para pemimpin peradaban besar dunia; dari Barat, Timur, Utara, maupun Selatan. Para pemimpin Amerika, Eropa, India, China, dunia Islam, seluruh dunia, saya yakin mereka akan bangkit dan menjalankan peran yang dituntut sejarah.

Kita semua berharap para pemimpin dunia menunjukkan kenegarawanan yang sejati, kebijaksanaan, pengendalian diri, serta kerendahan hati, untuk mengalahkan kebencian dan menghapus prasangka.

Ibu Presiden, Yang Terhormat Para Delegasi,

Kami sangat terinspirasi oleh perkembangan dalam beberapa hari terakhir, ketika sejumlah negara berpengaruh di dunia memilih berpihak pada jalan sejarah - jalan moralitas, kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.

Mereka memilih meninggalkan kebencian, menyingkirkan prasangka, dan menghindari penggunaan kekerasan. Karena kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru. Tidak ada satu negara pun yang dapat menindas seluruh komunitas keluarga umat manusia. Kita mungkin tampak lemah secara individual, namun rasa tertindas dan rasa tidak adil terbukti dalam sejarah akan menyatu menjadi kekuatan besar yang mampu mengalahkan penindasan dan ketidakadilan.

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara di Palestina. Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, sekaligus mengakui dan menjamin keselamatan serta keamanan Israel. Hanya dengan itu kita dapat mencapai perdamaian sejati: perdamaian tanpa kebencian, perdamaian tanpa prasangka.

Satu-satunya jalan adalah solusi dua negara. Dua keturunan Abraham harus hidup dalam rekonsiliasi, perdamaian, dan harmoni. Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama. Kita harus hidup sebagai satu keluarga manusia. Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dalam mewujudkan visi ini.

Apakah ini sebuah mimpi? Mungkin. Namun inilah mimpi indah yang harus kita wujudkan bersama. Mari kita lanjutkan perjalanan harapan umat manusia, perjalanan yang telah dimulai oleh para pendahulu kita, dan perjalanan yang harus kita tuntaskan.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Shalom, Om Shanti Shanti Shanti Om,

Namo Budaya.

(rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER