Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Prabowo Subianto membahas berbagai isu dalam negeri dan geopolitik dunia dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9).
Beberapa isu yang dibahas Prabowo dalam pidatonya yakni soal prestasi dan keunggulan Indonesia, penjajahan, semangat multilateralisme, hingga isu Palestina-Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut isi pidato lengkap Prabowo yang menjadikan dirinya Presiden RI pertama berpidato langsung di Majelis Umum PBB sejak 10 tahun terakhir:
Yang Mulia, Tuan Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Yang Mulia, Ibu Annalena Baerbock, Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Yang Mulia, Tuan Morses Abelian, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Majelis Umum dan Manajemen.
Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, para Delegasi yang Terhormat, Hadirin sekalian.
Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk berdiri di ruang sidang Majelis Umum yang agung ini, di tengah para pemimpin yang mewakili hampir seluruh umat manusia.
Kita berbeda dalam ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul di sini sebagai satu keluarga besar manusia.
Kita hadir pertama-tama sebagai sesama insan, masing-masing diciptakan setara dan dikaruniai hak yang tidak dapat dicabut: hak untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.
Kata-kata dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat telah menginspirasi gerakan-gerakan demokrasi lintas benua, termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi China, dan perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kebebasan.
Deklarasi tersebut juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi PBB pada tahun 1948.
"Semua manusia diciptakan setara" adalah sebuah kredo yang membuka jalan bagi martabat dan kemakmuran global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, di era kita saat ini, era kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi, era yang sesungguhnya mampu mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan, kita masih terus menghadapi ancaman, tantangan, dan ketidakpastian yang serius.
Kebodohan manusia, yang disulut oleh ketakutan, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid, kini mengancam masa depan kita bersama.
Bangsa saya mengenal betul penderitaan itu. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah penjajahan, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih hina daripada anjing di tanah air kami sendiri.
Kami, rakyat Indonesia, memahami makna dari ditolak keadilan, memahami bagaimana rasanya hidup dalam sistem apartheid, dalam kemiskinan, dan tanpa kesempatan yang setara.
Namun kami juga tahu kekuatan solidaritas.
Dalam perjuangan kami meraih kemerdekaan, dalam upaya kami melawan kelaparan, penyakit, dan kemiskinan, Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberikan bantuan yang sangat berharga.
Keputusan-keputusan yang diambil di forum ini, atas dasar solidaritas kemanusiaan, baik oleh Dewan Keamanan maupun oleh Majelis Umum, telah memberi Indonesia legitimasi internasional, membuka pintu, serta mendukung pembangunan awal kami melalui UNICEF, FAO, WHO, dan berbagai lembaga PBB lainnya.
Dan berkat itu semua, Indonesia hari ini berdiri di ambang kemakmuran bersama, kesetaraan yang lebih besar, dan martabat yang lebih tinggi.
Ibu Presiden, Yang Mulia,
Dunia kita saat ini digerakkan oleh konflik, ketidakadilan, dan ketidakpastian yang semakin dalam. Setiap hari kita menyaksikan penderitaan, genosida, serta pengabaian terang-terangan terhadap hukum internasional dan martabat kemanusiaan.
Dalam menghadapi tantangan ini, kita tidak boleh menyerah. Seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal PBB, "kita tidak boleh menyerah".
Kita tidak boleh melepaskan harapan maupun cita-cita kita. Kita harus semakin erat, bukan semakin menjauh. Bersama-sama, kita harus berupaya mewujudkan harapan dan impian kita.
PBB lahir dari puing-puing Perang Dunia Kedua yang merenggut puluhan juta jiwa. PBB didirikan untuk menjamin perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan bagi semua.
Indonesia tetap teguh berkomitmen pada internasionalisme, multilateralisme, serta setiap upaya yang memperkuat lembaga agung ini.
Hari ini, Indonesia berada lebih dekat daripada sebelumnya dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya mengakhiri kemiskinan ekstrem dan kelaparan karena bertahun-tahun lalu, ruang sidang inilah yang memilih untuk mendengarkan dan menjunjung tinggi keadilan sosial serta ekonomi.
Kami tidak akan pernah lupa.
Dan hari ini kita juga tidak boleh berdiam diri ketika rakyat Palestina terus dinafikan haknya atas keadilan dan legitimasi, bahkan di ruang sidang ini.
Yang Mulia, Thucydides pernah mengingatkan: "Yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menanggung apa yang mereka harus."
Kita harus menolak doktrin ini. PBB ada untuk menolaknya. Kita harus berpihak pada semua, baik yang kuat maupun yang lemah. Keadilan tidak boleh ditentukan oleh kekuatan. Keadilan harus tetaplah keadilan.
Saat ini Indonesia termasuk salah satu kontributor terbesar bagi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB. Kami percaya pada PBB, dan kami akan terus mengabdi di mana pun perdamaian membutuhkan penjaga, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan dengan kehadiran nyata di lapangan.
Jika dan ketika Dewan Keamanan serta Majelis Agung ini memutuskan, Indonesia siap mengirim 20.000, bahkan lebih, putra-putri terbaik kami untuk menjaga perdamaian di Gaza, di Ukraina, di Sudan, di Libya, atau di mana pun perdamaian perlu ditegakkan dan dijaga. Kami siap.
Kami akan memikul bagian dari beban ini, bukan hanya dengan mengirimkan putra-putri kami, tetapi juga dengan kesediaan memberikan kontribusi finansial demi mendukung misi agung Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mewujudkan perdamaian.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Ibu Presiden, Yang Mulia,
Izinkan saya menyampaikan kepada majelis ini sebuah pesan penuh harapan dan optimisme, yang berlandaskan pada aksi nyata dan pelaksanaan.
Hari ini kita telah mendengar pidato dari Ibu Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Benar adanya apa yang beliau sampaikan: tanpa Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, mungkinkah kita dapat hadir di sini hari ini? Mungkinkah kita dapat duduk bersama di Aula yang agung ini?
Tanpa Perserikatan Bangsa-Bangsa, kita tidak akan aman. Tidak ada satu pun negara yang dapat merasa sepenuhnya terlindungi. Kita membutuhkan PBB, dan Indonesia akan terus mendukung PBB. Meski kita masih menghadapi banyak tantangan, kita menyadari bahwa dunia memerlukan PBB yang kuat.
Populasi dunia terus bertambah. Planet kita berada dalam tekanan. Ancaman terhadap ketahanan pangan, energi, dan air membayangi banyak negara.
Indonesia memilih untuk menjawab tantangan ini secara langsung di dalam negeri, sekaligus memberikan bantuan ke luar negeri sejauh kemampuan kami.
Tahun ini, kami mencatat produksi beras dan cadangan pangan tertinggi sepanjang sejarah. Indonesia kini telah swasembada beras dan bahkan mengekspor beras ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk memberikan beras kepada Palestina.
Kami membangun rantai pasok pangan yang tangguh, meningkatkan produktivitas petani, serta berinvestasi pada pertanian cerdas-iklim demi menjamin ketahanan pangan bagi anak-anak kita dan anak-anak dunia. Kami yakin, dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami menyampaikan di hadapan Anda semua bahwa kami telah merasakan secara langsung dampak perubahan iklim, khususnya ancaman naiknya permukaan laut. Di pesisir utara ibu kota kami, permukaan laut meningkat lima sentimeter setiap tahunnya. Bayangkan dalam sepuluh tahun ke depan. Dalam dua puluh tahun ke depan.
Karena itu, kami terpaksa membangun tanggul raksasa sepanjang 480 kilometer. Pekerjaan ini mungkin memerlukan waktu hingga dua puluh tahun, tetapi kami tidak memiliki pilihan lain. Kami harus memulainya sekarang. Oleh sebab itu, kami memilih menghadapi perubahan iklim, bukan dengan slogan, melainkan dengan langkah nyata. Kami berkomitmen untuk memenuhi kewajiban kami dalam Kesepakatan Paris 2015.
Kami menargetkan pencapaian emisi nol bersih pada 2060, dan kami yakin dapat mencapainya jauh lebih cepat. Kami juga menargetkan penghijauan kembali lebih dari 12 juta hektare lahan kritis, mengurangi degradasi hutan, serta memberdayakan masyarakat lokal melalui penyediaan lapangan kerja hijau yang berkualitas untuk masa depan.
Indonesia tengah bergerak secara tegas dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju pembangunan berbasis energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar tambahan kapasitas pembangkit listrik kami akan berasal dari energi terbarukan.
Tujuan kami jelas: mengangkat seluruh rakyat kami keluar dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia pusat solusi bagi ketahanan pangan, energi, dan air dunia.
Ibu Presiden, Yang Mulia,
Kita hidup pada masa ketika kebencian dan kekerasan seolah menjadi suara yang paling nyaring. Namun, di balik hiruk-pikuk itu, terdapat kebenaran yang lebih sunyi: setiap manusia merindukan rasa aman, ingin dihormati, ingin dicintai, dan ingin mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak-anak mereka.
Anak-anak kita sedang menyaksikan. Mereka belajar tentang kepemimpinan bukan dari buku pelajaran, melainkan dari pilihan-pilihan kita.
[Gambas:Video CNN]
Hari ini, situasi yang mengerikan di Gaza masih terus berlangsung di hadapan kita. Saat ini juga, orang-orang tak bersalah menjerit meminta pertolongan, memohon untuk diselamatkan. Siapa yang akan menyelamatkan mereka? Siapa yang akan menyelamatkan yang lemah, yang lanjut usia, dan para perempuan? Jutaan orang tengah menghadapi bahaya, trauma, dan kerusakan fisik yang tak tergantikan. Mereka sekarat karena kelaparan.
Dapatkah kita tetap diam? Akankah tidak ada jawaban atas jeritan mereka? Akankah kita mengajarkan bahwa keluarga besar umat manusia mampu menjawab tantangan ini?
Ibu Presiden, kita harus bertindak sekarang. Banyak yang telah menyuarakan hal ini. Kita harus berdiri teguh membela tatanan multilateral, di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukanlah hak istimewa segelintir pihak, melainkan hak seluruh umat manusia.
Dengan PBB yang kuat, kita dapat membangun dunia di mana yang lemah tidak lagi menanggung penderitaan yang seharusnya tidak mereka tanggung, tetapi hidup dalam keadilan yang layak mereka dapatkan.
Mari kita lanjutkan perjalanan besar umat manusia menuju cita-cita luhur - aspirasi tanpa pamrih yang telah melahirkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mari kita gunakan ilmu pengetahuan untuk mengangkat harkat manusia, bukan untuk menghancurkannya. Biarlah bangsa-bangsa yang sedang bangkit membantu bangsa lain untuk ikut bangkit bersama.
Saya yakin para pemimpin peradaban besar dunia; dari Barat, Timur, Utara, maupun Selatan. Para pemimpin Amerika, Eropa, India, China, dunia Islam, seluruh dunia, saya yakin mereka akan bangkit dan menjalankan peran yang dituntut sejarah.
Kita semua berharap para pemimpin dunia menunjukkan kenegarawanan yang sejati, kebijaksanaan, pengendalian diri, serta kerendahan hati, untuk mengalahkan kebencian dan menghapus prasangka.
Ibu Presiden, Yang Terhormat Para Delegasi,
Kami sangat terinspirasi oleh perkembangan dalam beberapa hari terakhir, ketika sejumlah negara berpengaruh di dunia memilih berpihak pada jalan sejarah - jalan moralitas, kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.
Mereka memilih meninggalkan kebencian, menyingkirkan prasangka, dan menghindari penggunaan kekerasan. Karena kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru. Tidak ada satu negara pun yang dapat menindas seluruh komunitas keluarga umat manusia. Kita mungkin tampak lemah secara individual, namun rasa tertindas dan rasa tidak adil terbukti dalam sejarah akan menyatu menjadi kekuatan besar yang mampu mengalahkan penindasan dan ketidakadilan.
Sebagai penutup, saya ingin menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara di Palestina. Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, sekaligus mengakui dan menjamin keselamatan serta keamanan Israel. Hanya dengan itu kita dapat mencapai perdamaian sejati: perdamaian tanpa kebencian, perdamaian tanpa prasangka.
Satu-satunya jalan adalah solusi dua negara. Dua keturunan Abraham harus hidup dalam rekonsiliasi, perdamaian, dan harmoni. Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama. Kita harus hidup sebagai satu keluarga manusia. Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dalam mewujudkan visi ini.
Apakah ini sebuah mimpi? Mungkin. Namun inilah mimpi indah yang harus kita wujudkan bersama. Mari kita lanjutkan perjalanan harapan umat manusia, perjalanan yang telah dimulai oleh para pendahulu kita, dan perjalanan yang harus kita tuntaskan.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Shalom, Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Budaya.