Jakarta, CNN Indonesia --
Tentara Israel telah membajak semua kapal yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla (GSF), Rabu (1/10).
Kapal kemanusiaan yang berjumlah 42 itu membawa bantuan ke Jalur Gaza yang hancur. Dalam pembajakan itu, Israel menahan ratusan relawan, aktivis, hingga jurnalis yang jumlahnya mencapai 461 relawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para relawan itu terdiri dari berbagai keahlian dan lintas negara. Salah satunya adalah Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia yang kini diculik Israel.
"Peserta Global Sumud Flotilla telah dicegat diculik pasukan Israel karena berani berlayar melawan blokade ilegal Israel di Gaza. Mereka kini terancam hukuman penjara," demikian keterangan dalam situs GSF.
Sementara Greta, dengan berani mengatakan bahwa dia dan sejumlah relawan akan mengalami nasib yang tidak menguntungkan.
"Jika anda menonton video ini, saya sudah diculik dan dibawa paksa pasukan Israel. Misi kemanusiaan kami mematuhi hukum internasional dan tak melanggar," kata Greta, dikutip Reuters.
Greta pun disebut mengalami perlakuan buruk dengan sejumlah kekerasan dari Israel.
Sejumlah aktivis yang dideportasi dari Israel bahkan menuduh pasukan Israel memperlakukan Greta secara buruk.
Jurnalis Turki sekaligus peserta Armada Gaza Sumud, Ersin Celik, mengatakan kepada media lokal bahwa ia menyaksikan pasukan Israel "menyiksa Greta Thunberg".
Celik bahkan menggambarkan saat Greta Thunberg "diseret di tanah" dan "dipaksa mencium bendera Israel" oleh tentara Zionis.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Nama Greta Thunber mencuat pada Agustus 2018 silam saat memulai gerakan global bolos sekolah.
Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg, nama lengkapnya, lahir lahir 3 Januari 2003 dari pasangan penyanyi opera Malena Ernman dan ayahnya adalah aktor Svante Thunberg.
Ia menghabiskan hari-harinya berkemah di depan Parlemen Swedia, memegang poster yang dicat dengan huruf hitam pada latar belakang putih yang bertuliskan "Skolstrejk för klimatet" (Mogok Sekolah untuk Iklim)." Aksinya kala itu menarik perhatian warga dan pemimpin setempat. Padahal usianya baru 15 tahun.
Semenjak itu, namanya jadi bahan pembicaraan sebagai sosok anak muda yang peduli perubahan iklim.
Dia diundang dan berbicara di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pada Januari 2019 ia diundang untuk berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Aktivitasnya ini membuat Majalah TIME menobatkan sebagai sosok "Person of The Year" dengan latar belakang aur laut dan Greta berdiri di tepinya tanpa rasa takut.
"Ia telah memfokuskan perhatian dunia pada ketidakadilan lingkungan yang telah diprotes oleh para aktivis muda adat selama bertahun-tahun. Karenanya, ratusan ribu remaja "Greta", dari Lebanon hingga Liberia, telah membolos sekolah untuk memimpin rekan-rekan mereka dalam aksi mogok iklim di seluruh dunia," begitu TIME menuliskan catatan redaksinya.
Bela Palestina
Saat Gaza digempur habis-habisan oleh Israel, Greta tak mau diam. Dia pun ambil bagian seperti layaknya sejumlah warga negara di dunia yang mengecam kekejaman Israel.
Pada Juni lalu dia menumpang armada Madleen bersama Freedom Flotilla Coalition, koalisi masyarakat sipil yang berjuang menembus blokade Israel. Perjalanan ini diulangi pada September bersama armada Global Sumud Flotilla, konvoi sekitar 45 kapal bantuan yang berlayar menuju Gaza.
Kapal-kapal ini berangkat dari Spanyol sejak 12 September 2025. Namun, perjalanan bertujuan membantu warga Gaza itu berakhir mengenaskan karena tentara Israel menangkap mereka semua. Greta Thunberg salah satu yang ditangkap dan akan segera didepotasi menurut otoritas Israel.