Selama beberapa tahun terakhir, Ekuador telah menjadi pusat baru dalam perdagangan narkoba global. Terletak di antara dua produsen kokain terbesar dunia, Kolombia dan Peru, Ekuador secara historis cukup berhasil membatasi paparannya terhadap dampak terburuk perdagangan narkoba regional.
Namun, meningkatnya produksi kokain di Kolombia, pemotongan anggaran penjara Ekuador, dan penghapusan Kementerian Kehakiman, di antara faktor-faktor lainnya, menyebabkan negara tersebut kini kurang mampu mengendalikan dampak perdagangan narkoba internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat kejahatan telah melonjak akhir-akhir ini, begitu pula populasi penjara. Ratusan narapidana telah dibunuh, setidaknya belasan polisi tewas akibat meningkatnya kekerasan geng, dan beberapa warga Ekuador telah menyaksikan mayat-mayat tanpa kepala tergantung di jembatan.
Akibatnya, Presiden Guillermo Lasso telah memberlakukan sejumlah keadaan darurat untuk membendung kekerasan, termasuk pada akhir Juni 2022, tepat sebelum kerja lapangan World Poll dimulai.
Yang mengkhawatirkan bagi pemerintah, krisis ini tidak hanya terbatas pada rasa tidak aman. Krisis ini juga terkait dengan memudarnya kepercayaan terhadap kemampuan negara untuk menegakkan ketertiban umum.
Kepercayaan masyarakat Ekuador terhadap kepolisian setempat dan sistem peradilan berada pada titik terendah yang pernah dialami negara ini dalam lebih dari satu dekade. Sekitar dua dari lima (41%) masyarakat Ekuador pada tahun 2022 menyatakan kepercayaan terhadap kepolisian setempat, dan bahkan lebih sedikit lagi yang merasa percaya terhadap sistem peradilan (24%).
Padahal, antara tahun 2011 dan 2021, mayoritas warga Ekuador memiliki kepercayaan terhadap polisi, rata-rata 60% selama periode tersebut.
Lihat Juga : |
Presiden Daniel Noboa, mengumumkan keadaan darurat. Sejak itu, polisi telah menangkap lebih dari 16.000 orang. Namun kondisi belum juga membaik. Ia ingin memperkenalkan langkah-langkah lebih lanjut seperti kontrol senjata yang lebih ketat dan hukuman penjara yang lebih berat. Tidak diragukan lagi bahwa kehidupan banyak warga Ekuador telah berubah karena meningkatnya kekerasan geng.
Gabriela Almeida, seorang dokter, mengatakan dia melihat "semakin banyak pasien yang mengalami kecemasan, dan orang-orang yang menderita serangan panik."
Almeida sendiri menghindari keluar malam.
"Ada penculikan di dekat sini, empat blok dari sini. Ketika saya remaja, saya ingat melihat apa yang terjadi di Kolombia," katanya tentang kekerasan terkait narkoba di negara tetangga.
"Kami tidak pernah menyangka hal seperti itu bisa terjadi di negara kami," katanya, seraya menambahkan bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk beremigrasi ke Spanyol karena di Ekuador "kami sedang mengalami mimpi buruk."
(imf/bac)