Abu Saif mengatakan Al Majd Europe memberi tahu mereka akan membantu biaya hidup mereka selama satu hingga dua minggu. Setelah itu, mereka diminta hidup secara mandiri.
Menurut Abu Saif, banyak warga Palestina yang telah membuat rencana untuk pergi ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, setelah dari Afsel.
"Mereka punya dokumen perjalanan untuk Australia, Indonesia, atau Malaysia. Bisa dibilang 30 persen dari total penumpang meninggalkan Afrika Selatan di hari yang sama atau dalam dua hari pertama," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang tetap tinggal di Afsel, menurutnya, karena memiliki sejumlah alasan, salah satunya untuk berobat.
Otoritas Afsel telah melaporkan bahwa dari 153 warga Palestina yang mendarat pada Kamis, sebanyak 23 di antaranya ditransfer ke negara lain. Hanya 130 orang yang memilih menetap di negara Afrika tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Yvonne Mewengkang, kemudian menegaskan sikap Indonesia terkait hal ini.
"Pemerintah Indonesia tidak pernah memfasilitasi pemindahan warga Gaza atau Palestina untuk masuk ke Indonesia," kata Yvonne ke CNNIndonesia.com pada Senin (17/11) malam.
"Indonesia menolak segala bentuk pemindahan paksa (forced displacement) warga Palestina dari Gaza karena bertentangan dengan hukum internasional dan prinsip two-state solution," imbuhnya.
Lihat Juga : |
Founder Gift of the Givers, Imtiaz Sooliman, mengatakan tindakan Israel tidak memberi stempel resmi di paspor warga Palestina tampaknya dilakukan dengan tujuan memperparah penderitaan warga Palestina di negara tujuan.
"Israel sengaja tidak memberi stempel pada paspor orang-orang ini untuk memperparah penderitaan mereka di negara asing," ucap Sooliman di media sosial.
Saat ini, sejumlah kelompok kemanusiaan disebut telah menawarkan untuk memberikan bantuan bagi para pengungsi Palestina di Afsel.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa telah menyatakan akan menyelidiki kedatangan misterius warga Palestina ini. Ramaphosa juga mengatakan warga Palestina yang telah tiba diterima "atas dasar belas kasih".
"Mereka adalah orang-orang dari Gaza yang entah bagaimana secara misterius dinaikkan ke pesawat yang melewati Nairobi dan tiba di sini," ujarnya.
"Kita tentu perlu melihat asal-usul mereka, di mana semuanya berawal, alasan mengapa mereka di bawa ke sini ... karena mereka tidak memiliki dokumen apa pun," tambahnya.
(blq/bac)