Ribuan Rumah Makan Bangkrut-PHK Gede-gedean, Ada Apa dengan Singapura?
Ribuan rumah makan di Singapura mengalami bangkrut di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besar di negara kota itu. Sebanyak 320 gerai rumah makan dilaporkan gulung tikar setiap bulan.
Menurut beberapa laporan media, tempat-tempat makan di Singapura yang bangkrut ini terjadi akibat penguatan nilai dolar Singapura serta harga sewa ruko dan gaji tenaga kerja yang meningkat.
Hal ini tentunya membuat para pebisnis makanan sulit untuk melanjutkan bisnis dan bersaing di Singapura.
Menurut laporan CNA, tempat makan di Singapura bangkrut akibat penguatan nilai dolar Singapura sehingga mereka memilih untuk menghabiskan uang di negara asing.
Sementara itu, menurut NHK, peningkatan pada harga sewa restoran dan biaya tenaga kerja juga ikut menjadi faktor makin banyak rumah makan yang tutup.
Co-owner restoran Ka-Soh, Cedric Tang, mengatakan dalam 12 bulan, ia menggaji staf mereka naik 10 persen, dan biaya pangan juga naik 5 persen.
Sementara itu, pada 2023, harga sewa restoran meningkat sehingga para pemilik toko mewanti-wanti peningkatan harga ini juga terjadi pada Oktober.
Kementerian Perdagangan dan Perindustrian (MTI) Singapura juga mencatat sebanyak 20 ribu orang terkena PHK sepanjang 2025.
MTI mencatat angka pengangguran tahun ini sebesar 2 persen, naik dari tahun 2024 sebesar 1,9 persen.
Menurut MTI, pada tahun ini sebanyak 19.800 staf kehilangan pekerjaan mereka, dan berasal dari tujuh sektor industri, mayoritas kalangan profesional seperti manajer hingga teknisi.
Namun, Sektor Informasi dan Komunikasi mengalami dampak paling parah. Sebanyak 4.000 orang kehilangan pekerjaan tahun ini di sektor itu.
Sektor real-estate dan perdagangan juga jadi salah satu yang mengalami penurunan tenaga kerja.
(rnp/rds)