Pemerintah Singapura resmi menetapkan rumah bapak pendiri Singapura, eks Perdana Menteri (PM) Lee Kuan Yew, sebagai aset nasional pada Jumat (12/12) lalu.
Penetapan itu dimuat dalam Lembaran Negara yang diterbitkan pada 12 Desember pukul 17.00 waktu setempat. Keputusan ini berlaku efektif mulai 13 Desember.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penetapan ini dilakukan beberapa minggu setelah putra bungsunya, Lee Hsien Yang, mengajukan keberatan tertulis kepada pihak berwenang dan setelah panel menilai situs tersebut layak untuk dilestarikan. Lee Hsien Yang merupakan pemilik situs sekaligus adik dari mantan PM Lee Hsien Loong, yang mendukung pelestarian rumah ayahnya.
Menurut pernyataan Kementerian Kebudayaan, Komunitas dan Pemuda (MCCY) serta Dewan Warisan Nasional (NHB), Pelaksana Tugas Menteri Kebudayaan, Komunitas dan Pemuda David Neo telah mempertimbangkan keberatan Lee Hsien Yang dalam keputusannya untuk melanjutkan pelestarian situs itu.
Dalam surat keberatannya, Lee Hsien Yang menyatakan bahwa ayahnya dengan "jelas dan tegas" menyatakan sepanjang hidupnya bahwa ia ingin rumahnya yang terletak di 38 Oxley Road dihancurkan.
Meski begitu, menurut kementerian dan NHB, keberatan Lee Hsien Yang tidak mempertanyakan signifikansi historis maupun kepentingan nasional situs tersebut, serta tidak menyoroti proses evaluasi yang dilakukan guna mengidentifikasi potensi monumen nasional pada rumah tersebut.
Lee Hsien Yang juga tidak membantah penilaian panel penasihat mengenai kelayakan pelestarian situs tersebut.
"Untuk menghormati keinginan Bapak Lee, Pemerintah telah berkomitmen untuk menghilangkan ruang-ruang hunian pribadi dari bagian dalam gedung demi melindungi privasi Bapak Lee dan keluarganya dalam semua opsi yang mungkin terjadi," demikian pernyataan MCCY dan NHB, seperti dikutip The Straits Times.
Rumah Lee Kuan Yew merupakan lokasi peristiwa penting pada tahun 1950-an yang menandai transisi Singapura dari koloni Inggris menjadi negara merdeka.
Tempat ini juga menjadi lokasi pertemuan para pemimpin penting menjelang kemerdekaan Singapura pada 1965.
(blq/dna)