Tentara bayaran Rusia dilaporkan terlibat dalam perang Kamboja dan Thailand yang masih membara sejak kembali pecah pada pekan lalu.
Sejumlah media Thailand melaporkan otoritas keamanan Bangkok baru-baru ini meningkatkan siaga usai menerima laporan bahwa tentara bayaran asing, yang kewarganegaraannya tidak diketahui, telah direkrut oleh pemerintah Kamboja untuk melakukan spionase terkait perang di perbatasan.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa para tentara bayaran menggunakan Thailand sebagai tempat pertemuan, sementara yang lainnya melakukan perjalanan ke Kamboja melalui bandara-bandara di Thailand.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangkok Post pada 15 Desember melaporkan bahwa polisi imigrasi Thailand saat ini memperketat pemeriksaan penumpang di berbagai bandara guna mewaspadai potensi masuknya tentara bayaran asing.
Menurut polisi imigrasi, ada kemungkinan warga asing akan memanfaatkan skema bebas visa untuk melakukan operasi yang mengancam keamanan Thailand.
Kewaspadaan ini terjadi setelah militer Thailand melaporkan bahwa pihaknya mendapati kehadiran drone canggih dalam konflik di perbatasan. Drone tersebut dioperasikan oleh pihak Kamboja. Menurut militer Thailand, pengoperasian drone semacam itu butuh personel profesional.
Polisi Thailand lantas memerintahkan aparat dan warga untuk memantau secara ketat warga negara Rusia yang berada di Thailand, terutama di Distrik Muang, demikian dilaporkan Bangkok Post.
Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Thailand telah merespons kabar munculnya tentara bayaran Kremlin dalam perang Kamboja-Thailand.
Kedubes Rusia membantah laporan tersebut dan menyatakan bahwa laporan itu tampaknya ditujukan untuk mengancam keamanan warga Rusia di Thailand serta untuk merusak hubungan baik Rusia dan Thailand.
"Rusia memiliki rekam jejak yang panjang dalam menjaga persahabatan tradisionalnya dan mempromosikan kerja sama dengan Thailand dan Kamboja. Kami menginginkan semua perselisihan diselesaikan hanya dengan cara damai," demikian pernyataan Kedubes Rusia di Thailand, demikian dikutip dari Thai PBS.
Ketua Senat sekaligus eks Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen juga telah membantah laporan bahwa pemerintah Phnom Penh merekrut tentara bayaran Rusia untuk memerangi Thailand.
Hun Sen menegaskan tak ada warga Rusia maupun tentara bayaran Rusia yang terlibat dalam perang di Asia Tenggara ini.
"Untuk menjaga martabat Kamboja, serta martabat warga Rusia dan warga asing lain yang dituduh, saya ingin mengklarifikasi bahwa Kamboja tidak memiliki pasukan Rusia atau asing yang bertempur di medan perang maupun bertugas sebagai penasihat militer untuk tentara Kamboja," kata Hun Sen dalam sebuah unggahan di Facebook pada Selasa (16/12), seperti dikutip Cambodia Ness.
Hun Sen menyatakan Kamboja tidak pernah didatangi pasukan asing sejak UNTAC menarik diri pada 1993. Meski begitu, ia mengaku bahwa negaranya pernah menerima pasukan asing untuk latihan multinasional atau bilateral, terutama pasukan angkatan laut asing yang datang melalui Selat Sihanoukville.
Kasus-kasus seperti itu, kata dia, adalah praktik umum yang telah dilakukan negara lain dalam kerangka kerja sama pertahanan.
"Kami juga mengakui bahwa saat ini ada banyak warga negara asing yang tinggal di Kamboja sebagai turis, investor, teknisi, dan pekerja untuk perusahaan asing atau lokal, tapi mereka tidak terlibat dalam sektor militer atau pertempuran," ucap Hun Sen.