Biara Santo Hilarion yang terletak di daerah bernama Tell Umm Amer di desa Nuseirat, Gaza, Palestina, hanya tersisa fondasinya saja.
Tapi keindahan bangunannya masih terlihat dari lantai keramik bermotifkan mosaik geometris, bunga, dan hewan yang rumit, serta menampilkan kombinasi elemen alami dan arsitektur yang berasal dari abad keempat hingga kedelapan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi bangunan masih bisa terlihat sisa pusat gerejawi yang terdiri dari tiga gereja, ruang bawah tanah yang besar, dan ruang makan; serta kompleks penginapan dengan pemandian air panas yang berdekatan.
Awalnya biara ini dibangun gurun yang sepi, tapi menjadi tempat persinggahan berbagai praktik keagamaan dan budaya di masa lalu.
Biara ini merupakan salah satu situs Kristen tertua di wilayah Asia Barat Daya dan Afrika Utara, didirikan pada abad keempat oleh Santo Hilarion, seorang biarawan yang dianggap sebagai pendiri monastisisme Palestina - sebuah gerakan Kristen yang melibatkan pembangunan biara-biara di seluruh Palestina selama periode Bizantium (330-1453 M).
Dan kini kawasan itu, Nuseirat, menjadi salah satu kamp pengungsi warga Palestina korban kekejaman tentara Israel. Invasi Israel ke Gaza dalam dua tahun terakhir memang telah menghancurkan, bukan saja warga Gaza, tapi juga hampir seluruh bangunan dan artefak budaya di sana. Biara Santo Hilarion salah satunya.
Laporan Al Jazeera menyebutkan selain meningkatnya jumlah korban jiwa, pemboman Israel telah menghancurkan puluhan situs warisan budaya dan barang antik Palestina di Gaza.
Serangan itu dikecam oleh kelompok hak asasi manusia internasional. Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Properti Budaya dalam Kasus Konflik Bersenjata memberikan perlindungan tambahan sementara kepada situs biara tersebut setelah adanya laporan bahwa situs tersebut telah rusak akibat konflik.
Pada bulan Januari 2024, 92 hari setelah dimulainya agresi Israel yang berkelanjutan, Kelompok Regional Arab di Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs menyatakan bahwa lebih dari 60% situs warisan budaya terdaftar di Gaza telah hancur akibat pemboman Israel.
"Kejahatan menargetkan dan menghancurkan situs arkeologi seharusnya mendorong dunia dan UNESCO untuk bertindak guna melestarikan warisan peradaban dan budaya yang agung ini," kata Kementerian Pariwisata dan Purbakala Gaza, setelah serangan udara Israel pada 8 Desember 2023.
Afrika Selatan bahkan membawa Israel ke Mahkamah Internasional dengan kejahatan yang sama.
Lihat Juga : |
Dalam dalam gugatan yang disidangkan, Afrika Selatan menyatakan, "Israel telah merusak dan menghancurkan banyak pusat pembelajaran dan budaya Palestina", termasuk perpustakaan, situs keagamaan, dan tempat-tempat bersejarah kuno."
Situs bersejarah biara Santo Hilarion sebelumnya terkubur selama beberapa abad setelah gempa melanda kawasan itu pada abad ke-7. Para arkeolog Palestina kemudian memulai penggalian pada tahun 1990-an.
Pada tahun 2010, tindakan perlindungan darurat dimulai oleh tiga kelompok di Gaza untuk melindunginya dari hujan lebat yang mengancam akan menghancurkan mosaik dan sisa-sisa arkeologisnya. Pada tahun 2012, organisasi advokasi warisan budaya World Monuments Fund memasukkan biara tersebut dalam daftar dua tahunan situs warisan global yang membutuhkan perlindungan.
Komite Warisan Dunia UNESCO, yang mengadakan pertemuan di New Delhi, India, pada 2023, telah memutuskan untuk memasukkan situs 'Biara Santo Hilarion/Tell Umm Amer' di Palestina secara bersamaan ke dalam Daftar Warisan Dunia dan Daftar Warisan Dunia yang Terancam Punah. Keputusan ini mengakui nilai situs tersebut dan kebutuhan untuk melindunginya dari bahaya.
Mengingat ancaman terhadap situs warisan budaya ini yang ditimbulkan oleh konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Komite Warisan Dunia menggunakan prosedur pendaftaran darurat yang diatur dalam Konvensi Warisan Dunia.
Sesuai dengan ketentuan Konvensi, 195 Negara Pihak berkomitmen untuk menghindari tindakan yang disengaja yang kemungkinan akan menyebabkan kerusakan langsung atau tidak langsung pada situs ini, yang sekarang terdaftar dalam Daftar Warisan Dunia, dan untuk membantu dalam perlindungannya.
Pencantuman dalam Daftar Warisan Dunia yang Terancam Punah secara otomatis membuka pintu bagi peningkatan mekanisme bantuan teknis dan keuangan internasional untuk menjamin perlindungan situs tersebut dan, jika perlu, membantu memfasilitasi rehabilitasinya.
Bersambung ke halaman berikutnya...