Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak ada klausul di alam raya ini, melarang para balita berbicara atau berpendapat. Soal benar atau salah dalam berpendapat. Marilah dengan bijaksana membuka layar telaah iman rasional dari berbagai sisi seperti melihat bola teramat bulat.
Seorang anak balita senantiasa bertanya. Kadang ceriwis tapi lucu atau lucu gemesin deh. Siapakah kakak atau adik yang punya adik balita? Seru ya kalau mereka protes atau ingin tahu.
Akan tetapi kakak atau adik, tidak boleh ya bersuara keras setara marah atau pura-pura marahin dengan suara keras, jika suatu ketika adik balita seakan mengambil mainanmu.
Pasti maksud adik meminjam mainan kakak atau adik, karena adik balita masih sulit menjelaskan. Kesannya seakan adik balita mengambil begitu saja, terus dia lari ngumpet hihihi..
Mengapa tidak boleh dengan suara keras? Selain akan mengagetkan adik balita, kan jatungnya masih kecil belum sekuat kakak atau adik. Selain itu lagi, jika adik balita sejak dini senantiasa mendengar suara keras, akan berakibat adik jadi terbiasa mendengar suara keras.
Berakibat lagi adik akan imun atau kebal daya tangkap pendengarannya, akan hanya menerima suara keras dan meningkat lebih keras, menjadi terkesan adik balita sulit diberi tahu. Semisal akan keluar komentar dari kakak atau adik, begini: "Aduh bunda, adik susah deh diberi tahu."
Jadi jangan lakukan ya, suara kerasmu pada adik. Kakak dan adik bisa kan memberi contoh dengan kesabaran dan bersuara normal saja.
Sekarang giliran orang dewasa. Apapun jawaban "positif atau negatif" telah diberikan oleh orang dewasa kepada anak balita, dia tetap akan menatap dengan bola mata bulatnya sebening itu.
Lalu dengan seksama meski tampak selintas senyum atau tak acuh, adik balita tetap mencatat di rekaman ingatannya dengan baik dan benar, tetap akan tampak gembira menerimanya. Perhatikan bola mata, tawa dan senyumnya. Tulus tanpa pretensi apapun, wajar dan alamiah.
Hal ikhwal krusial di antara manusia dewasa dalam interaksi sosialnya berjalan di kumparan waktu berputar cepat. Sistem di kehidupan seakan memperkecil ruang gerak pikiran, fisik dan mental orang dewasa akibat tekanan masalah multi-sosialnya.
Libido meningkat, adrenalin memberi serangan cepat. Perasaan internal dan eksternal saling-silang mencari titik tolak kebenaran hakikat. Di wilayah ini, ranah tanya jawab pada umumnya, terjadi dengan perasaan waswas tanpa disadari, maka jawaban dari orang dewasa umumnya akan keluar kadang-kadang terkesan seenaknya. Tidak boleh.
Orang dewasa wajib lebih bisa mengontrol diri secara seksama dan seluas-luasnya, tidak bolah beralasan apapun atau mencari-cari cita rasa alasan, semisal seakan dengan tidak di sengaja bersuara keras pada adik balita atau si kecil, seharusnya senantiasa menerima kehangatan cinta suma-sportif.
Ini bukan nasihat, sekadar kisah dari hati agar tetap bisa tertawa bahagia bermain ayunan atau ketaman rekreasi murah, bahagia senantiasa bersama keluarga. Salam Cinta Keluarga Indonesia.
(ded/ded)