Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini hujan cukup lebat. Kadang berhenti. Kadang hujan lagi lebih deras. Lalu mendadak berhenti, langsung berubah rupa menjadi gerimis. Kemudiaan hujan lagi tak terlalu deras, ada matahari mengintip sedikit, selanjutnya mendung pekat dan hujan sangat deras.
Cuaca cepat berubah. Mencoba memahami cuaca. Untuk apa? Untuk memahami? Nggak boleh? Tak perlu. Sebab cuaca tak memiliki rasa kehilangan. Loh! Kenapa? Cuaca tak punya cinta tertinggal di hati. Apa iya?
Siang di antara cuaca-cuaca daku akan menyeberangi sebuah jalan, akan menuju toko penjual segala ada alias mini market. Letaknya berhadapan dengan tempat daku berdiri. Pandangan daku terpana ke anak kecil keluar seperti bergegas dari pintu toko mini market itu.
Dia berlari ke halaman toko seraya bebas merdeka. Anak itu berjongkok di antara motor-motor di parkir itu. Tampaknya anak itu ingin bermain. Anak itu kelihatannya lelaki dengan celana pendek warna agak biru tua langsung asik bermain.
Anak itu terhalang beberapa motor, posisinya berada di antara motor berjajar menghadap toko. Jika tampak dari pintu keluar masuk pengunjung toko anak itu benar tak terlihat.
Tak lama daku melihat seorang perempuan keluar dari pintu toko tersebut. Setengah berlari, tampaknya perempuan itu mencari-cari sesuatu. Daku memperhatikan dengan seksama. Mencari siapakah perempuan itu. Dalam benak daku.
Tak lama perempuan itu mulai melangkah lebih cepat ke pinggir jalanan di seberang daku. Sambil terus seperti mencari sesuatu menoleh kian-kemari.
Matahari mulai muncul di balik mendung. Nah tuh! Ternyata cuaca bisa memberi cinta dan punya hati kan? Faktanya sekarang cuaca agak terang. Membuat pandangan lebih terasa leluasa dari sebelumnya. Daku jadi agak bisa menangkap ekspresi perempuan itu.
Daku perhatikan. Tadinya daku akan bertanya agak berteriak, karena kami saling berhadapan berseberangan di pinggir jalan.
Anak lelaki itu seraya berlari ke arah perempuan itu. Saat itu posisi anak itu di belakang perempuan itu sedang agak mendekati tepi jalan. “Ibu! Ibu!” Anak itu berteriak memanggil-manggil dari arah belakang perempuan itu.
Anak itu berlari dengan cepat langsung melompatkan tubuhnya ke dalam pelukan Ibundanya. Secepat itu anak dan ibu saling berpelukan erat sekali.
Lalu keduanya bergegas masuk ke dalam toko. Masih terdengar suara tawa girang anak itu. Bundanya terus menyium pipi anak itu.
Daku perkirakan anak itu berumur sekitar 5,5 tahunan mungkin lebih sedikit akan mendekati 6 tahunan mungkin juga. Tubuhnya sehat agak gemuk wajahnya bulat.
Daku tercenung di kejauhan merasakan betapa rasa cemas akan kehilangan seorang anak. Cinta tulus seorang Ibunda membelenggu kedua insan itu. Cinta Ibunda tak terukur.
Daku tak dapat membayangkan. Bagaimana perasaan kehilangan itu. Jika Ibunda tadi tak menemukan buah hatinya, Ananda tercintanya. Demikian pula sebaliknya perasan Ananda itu jika tak mendapati Ibunya.
Kakak dan Adik yang aku sayangi. Cepat tiba di rumah ya. Jangan membuat Ibunda cemas. Salam Cinta Keluarga Indonesia.
(ded/ded)