Diet Khusus untuk Anak Penyandang Autisme

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Jumat, 10 Mar 2017 12:06 WIB
Terdapat beberapa cara untuk mencegah penyandang autisme berperilaku tidak wajar dan sebagainya, yaitu pemberian obat dan diet GFCF. Seperti apa diet ini?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/lusia599)
Jakarta, CNN Indonesia -- Autisme bukanlah suatu penyakit kejiwaan, sebagaimana anggapan masyarakat awam. Autisme ini merupakan suatu gangguan perkembangan fungsi otak pada manusia yang berpengaruh pada perilaku penyandang sehari-hari.

Gejala yang timbul apabila seseorang menyandang autisme ialah sulitnya berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain, berperilaku tidak biasa dan sebagainya. Autisme dapat didiagnosa sejak bayi atau sekitar usia 6 bulan dan gejala-gejala autisme mulai timbul sejak 30 bulan dari kelahiran bayi.

Prevalensi penyandang autisme di seluruh dunia menurut data UNESCO pada tahun 2011 adalah 6 di antara 1000 orang pengidap autisme. Dan prevalensi menurut penelitian Astuti tahun 2016 dalam jurnalnya ialah 15 sampai 20 per 10.000 anak di tahun 1999.

Sebagai orangtua anak penyandang autisme, pastinya pola asuh anak akan berbeda dengan pola asuh biasanya. Orangtua sebagai orang terdekat harus memberi yang terbaik agar anak tidak mengalami penurunan kondisi fungsi otak.

Pola asuh yang baik dan benar selalu diharapkan para orangtua agar anaknya dapat membaik. Tak banyak pula orangtua yang memberikan alternatif terapi kepada sang anak. Namun, terapi bagi penyandang autisme tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang singkat melainkan terapi dilakukan seumur hidup. Selain terapi, terdapat beberapa cara untuk mencegah penyandang autisme berperilaku tidak wajar dan sebagainya yakni pemberian obat dan diet GFCF.

Cara makan pada anak autisme seperti menolak makan, memilih-milih makanan, kesulitan menerima makanan baru, tantrum dan gerakan mengunyah yang sangat pelan menjadi suatu permasalahan yang cukup serius karena berkaitan dengan asupan gizi anak tersebut. Namun permasalahan tersebut sulit dipungkiri karena sebagian besar anak autis mempunyai pola makan idiosyncratic atau perilaku makan yang tidak biasa.

Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa diet GFCF dapat mengurangi perilaku tersebut. Namun, beberapa penelitian juga tidak membenarkan pernyataan tersebut.

Diet GFCF atau gluten free casein free adalah diet yang dilakukan bagi penyandang autisme dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung gluten dan kasein. Tujuan diet ini ialah menghilangkan gejala autis, menghentikan atau menunda proses degeneratif yang berlangsung, meningkatkan kualitas hidup serta memberikan status gizi yang baik bagi anak penyandang autisme.

Hasil penelitian Astuti (2016) yang berjudul “Hubungan Antara Pola Konsumsi Makanan yang Mengandung Gluten dan Kasein dengan Perilaku Anak Autis pada Sekolah Khusus Autis di Yogyakarta” menyatakan bahwa makanan yang mengandung gluten dan kasein tidak dapat dicerna dengan baik oleh saluran pencernaan anak autis karena terjadi kebocoran saluran cerna (leaky gut syndrom) sehingga menyebabkan berbagai zat-zat baik yang baik ataupun buruh bagi tubuh dapat melewati saluran cerna ke dalam darah hingga sampai ke otak. Sehingga makanan yang mengandung kasein dan gluten dapat membentuk kaseomorfin dan gluteomorfin sehingga diduga dapat menyebabkan gangguan perilaku.

Contoh makanan yang mengandung gluten ialah makanan yang berbahan tepung terigu seperti biskuit, gorengan, wafer, fried chicken dan sebagainya. Sedangkan makanan yang mengandung kasein ialah makanan berbahan susu seperti ice cream dan susu siap minum dalam kemasan.

Diet ini memang tidak mudah dilakukan karena sifat anak yang memilih-milih makanan dan umumnya makanan yang ada di sekitar kita merupakan makanan yang mengandung gluten dan kasein. Akan tetapi, keberhasilan diet ini dipengaruhi oleh perilaku anak yang menerima diet tersebut dan juga perilaku orang terdekat atau orang-orang sekitar. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER