Jakarta, CNN Indonesia -- Di tanah kita tercinta ini tidak sedikit kita jumpai kegagalan seseorang dalam menempuh karier. Mereka tidak siap menghadapi berbagai masalah-masalah dalam kehidupan kariernya.
Hal tersebut dapat diindikasikan dengan adanya fakta pengangguran. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menuturkan bahwa tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang. Kemudian jika dilihat dari tingkat pendidikan 3,44 persennya dari SD, 5,76 persen dari SMP, 9,84 persen dari SMK, 6,9 persen dari SMA dan 6,33 persen dari universitas. Kegagalan berkarier merupakan kondisi yang sungguh memprihatinkan.
Kegagalan dalam berkarier sangat merugikan banyak pihak. Tidak hanya merugikan individu saja. Lebih dari itu, yakni kemajuan bangsa menjadi terhambat. Dikarenakan SDM-SDM yang seharusnya membantu mengurus bangsa, malah menjadi ‘beban bangsa’ akibat menganggur.
Penyebab kegagalan karier bukan hanya karena masalah pengetahuan, wawasan,
skill, gelar, ataupun kecerdasan. Salah satu yang luput dari kita bahwa penyebab kegagalan karier dikarenakan adanya ‘prokrastinasi’.
Hal tersebut terjadi pada siapa saja, tidak mengenal batas usia dan status. Prokrastinasi bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, meliputi: personal, rumah tangga, keluarga, tugas, pekerjaan kantor, pendidikan dan sosial. Bahkan, dalam penelitian disebutkan 95 persen pernah melakukan prokrastinasi dengan frekuensi kadang kala, sedangkan 15-20 persen konsisten melakukan prokrastinasi. Dari sana terlihat prokrastinasi bukan masalah kecil, perlu upaya serius untuk menanganinya.
Dalam bahasa Latin “pro” berarti “maju” ke depan dan “crastinus” berarti besok. Sesuai asal kata, prokrastinasi berarti lebih suka melakukan tugas besok. Sedangkan, menurut ilmuwan prokrastinasi adalah sebuah kecenderungan sifat menunda-nunda sesuatu, baik itu waktu, pekerjaan, tugas, tanggung jawab, dan sejenisnya.
Misalnya, mereka diberi tugas belajar oleh guru sekolah, dengan batas pengumpulan tiga hari pada jam 17.00. Mereka yang memiliki moral prokrastinasi tidak sesegera mungkin melaksanakan tugasnya agar selesai. Mereka berpikir untuk menunda pekerjaan di lain waktu, yaitu mengerjakan di hari ketiga saat pagi hari.
Mereka seolah yakin dan mampu menyelesaikan di hari tersebut. Tiba pada suatu saat mengerjakan, mereka memfokuskan diri di hari itu untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun ia mengerjakan dengan perasaan penuh gelisah, dikarenakan dikejar waktu. Pada titik tertentu ia mengalami stres karena pada kenyataannya waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan tidak mencukupi. Akhirnya dengan terpaksa menyudahi pekerjaan, mengerjakan apa adanya dan pengerjaan yang ia lakukan tidaklah maksimal.
Bahaya Prokrastinasi Bagi Masa Depan Karier
Pertama, akan banyak memunculkan moral negatif, di antaranya: malas, instan, moral segala cara dan lemah mental. Mengapa demikian, dikarenakan mereka yang terbiasa menunda menyelesaikan suatu tugas selalu diulur. Penguluran tersebut menstimulus menjadikan mereka untuk bermalas-malasan.
Pada puncaknya ketika menjadi kebiasaan, malas menjadi sebuah kepribadian. Dari malasnya itu kemudian menjadikan mereka ingin memperoleh segala sesuatu dengan instan, cepat dan mudah. Tidak ada kemauan untuk berupaya keras memperoleh sesuatu. Yang lebih mengerikan akhirnya mereka berpikir segala cara untuk memperoleh sesuatu. Tidak menilai baik-buruk, benar-salah, serta melanggar segala aturan yang ada.
Kedua, tidak akan tahan menghadapi tantangan berkarier. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusnul Ika dan M. As’ad dalam jurnalnya, bahwa mereka yang sering menunda memiliki pengendalian diri dan motivasi yang rendah. Artinya mereka tidak mampu mengontrol dirinya dengan baik dan bijak ketika dihadapkan dengan sebuah tantangan tugas atau perkerjaan.
Saat diberi tugas kecenderungan mereka mengeluh, berkata sulit, selalu mengulur pekerjaan di lain hari. Tidak totalitas dalam mengerjakan suatu amanah. Mereka tidak tegar saat dihadapkan dengan tantangan karier mulai dari target, tugas, prestasi, persaingan, produktivitas, laporan dan sejenisnya. Dengan sendirinya mereka mengundurkan diri, atau yang lebih menyedihkan mereka diberhentikan secara tidak terhormat karena ulahnya. Masa dapan yang indah akhirnya gagal ia peroleh.
Mencegah Prokrastinasi
a. Melakukan Manajemen Waktu Serta Menumbuhkan Efikasi Diri
Dalam sebuh penelitian terbukti bahwa manajemen waktu dan efikasi diri—keyakinan diri untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan tertentu sesuai kapasitasnya—mampu mengurangi prokrastinasi seseorang. Penilaian tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan kepada pengajar di SMA Hang Tuah 1 Surabaya; 49 guru dari MAN Surabaya; 25 guru dari SMA YPM Sidoarjo, dan; 25 guru dari SMK YPM Sidoarjo (220). Hasil menunjukan bahwa ada hubungan sebesar (21,3%) mereka yang memilki manajemen waktu yang baik dan efikasi diri yang tinggi terhadap menurunnya moral prokrastinasi.
b. Menumbuhkan Etos Kerja yang Baik
Etos kerja yang baik akan mampu menjauhkan moralitas prokrastinasi. Berikut akan ditunjukan beberapa etos kerja yang harus dimiliki seseorang:
Pertama, kerja keras
Mereka yang memiliki moralitas kerja keras, pasti akan sungguh-sungguh dalam mengerjakan sebuah target atau pekerjaan. Mengerahkan segala sumber daya yang ada, baik waktu, tenaga dan pikiran untuk mencapai targetnya. Waktu mereka manfaatkan betul untuk menyelesaikan tugas dan capaian kerja. Tidak terpikir oleh mereka untuk menunda suatu pekerjaan atau tugas. Karena sudah pasti akan menghambat pencapaian.
Kedua, menghargai waktu
Menghargai waktu berarti menganggap bahwa waktu amat penting. Artinya dia tidak akan mengalokasikan waktu hanya untuk kegiatan tidak berguna. Waktu yang ada ia gunakan untuk mencapai targetnya secara maksimal bahkan pengembangan diri. Mereka yang menghargai waktu, tidak mungkin waktunya dibuang sia-sia. Sikap menghargai waktu, pada akhirnya otomatis mampu menghindari moralitas prokrastinasi. Sebagai sebuah cerminan, kiranya kita perlu bercermin pada negara maju, salah satunya jepang. Mereka sekarang maju karena kedisiplinanya dalam waktu dan mengerjakan tugas, bukan karena menunda-nunda waktu. Mereka maju karena benar-benar menghargai waktu.
Ketiga, bertanggung jawab
Bertanggung jawab merupakan sikap berani menanggung risiko atas pekerjaan. Seseorang yang memiliki moralitas tanggung jawab, akan mengerahkan segala kemampuanya untuk segera menyelesaikan tugas secepat dan semaksimal mungkin. Dia tidak mungkin menunda-nunda amanah yang telah diberikan kepadanya. Dia pasti akan berkorban apapun agar tugas yang ia miliki dapat dikerjakan secara maksimal.
Sudah saatnya kita sadar bahwa prokrastinasi tidak akan mampu mengubah kondisi apapun. Yang ada hanyalah penyesalan. Bercerminlah pada sejarah perjuangan Indonesia, kemerdekaan mereka raih bukan karena menunda pekerjaan, tugas ataupun perjuangan. Begitupun dengan kita, jika kita ingin memperoleh masa depan indah dan sukses dalam berkarir, hilangkanlah prokrastinasi.
Segerakanlah tugas, jangan menunda esok hari. Jadilah pribadi yang memiliki moralitas kerja keras serta berintegritas tinggi.