Ancaman Gizi Buruk yang Tidak Kita Sadari

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 19 Des 2017 17:22 WIB
Salah satu masalah gizi terbesar di negara berkembang khususnya Indonesia adalah defisiensi mikronutrien. Apakah ini?
Ilustrasi (Foto: Brooke Lark via StockSnap)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, sehingga harapan masyarakat Indonesia sangat tinggi dalam menjaga kesehatannya. Kualitas hidup seseorang akan meningkat jika kesehatan hidupnya masing-masing terpelihara.

Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari akan lebih baik dan berjalan dengan lancar jika keadaan fisik dan jiwa dalam keadaan sehat. Aktivitas sehari-hari tidak akan berjalan maksimal jika kondisi tubuh dalam keadaan tidak sehat.

Menurut sebuah penelitian dari Food Security Center, Universitas Hohenheim yang berjudul Nutrient Density Score of Typical Indonesian Foods and Dietary Formulation Using Linear Programming, salah satu masalah gizi terbesar di negara berkembang khususnya Indonesia adalah defisiensi mikronutrien.

Mikronutrien merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, akan tetapi zat ini memiliki fungsi yang penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur fungsi sistem imun dan sistem reproduksi manusia.

Malnutrisi mikronutrien yang berat dapat menyebabkan kesehatan yang menurun, munculnya berbagai penyakit, menurunnya sistem imun, gangguan pertumbuhan dan kebutaan, terutama pada anak-anak.

Oleh karena itu, status kekurangan gizi tersebut disebut sebagai “hidden starving” karena efeknya yang tidak dapat dilihat atau dirasakan pada satu waktu tertentu. Sehingga sangat berbahaya bagi seseorang atau masyarakat yang tidak mengetahuinya.

Hidden starving” dapat diartikan juga meskipun masyarakat mengonsumsi makanan setiap hari dan tidak merasa lapar, tetapi kekurangan zat gizi dapat terjadi jika asupan makanan tidak mengandung mikronutrien yang diperlukan.

Menurut Ignasius Radix AP dalam Public Health Nutrition, mayoritas masyarakat Indonesia menderita kekurangan mikronutrien, terutama zat besi (Fe), Zinc (Zn) dan vitamin A. Salah satu studinya dilakukan di Jawa Barat yang menyimpulkan di antara 155 anak-anak mengungkapkan bahwa kejadian defisiensi zat besi (Fe) dan vitamin A masing-masing adalah 54 persen dan 57 persen.

Prevalensi defisiensi Zinc (Zn) pada wanita hamil adalah 49 persen, sementara itu 27 persen pada wanita menyusui.

Penyebab utama defisiensi mikronutrien adalah kualitas makanan yang buruk dan juga kurangnya sanitasi, kebersihan dan pengendalian penyakit. Salah satu hal yang memainkan peran penting dalam kondisi kekurangan gizi di Indonesia adalah jumlah makanan pokok, sayuran, buah dan makanan pokok yang tidak seimbang dalam makanan khas Indonesia yang pengonsumsiannya terjadi secara rutin oleh masyarakat.

Di antara makanan pokok tersebut, nasi putih memiliki persentase proporsi diet tertinggi yaitu 54 persen. Masyarakat Indonesia mengkonsumsi 102 kg beras putih/kapita per tahunnya dengan jumlah sayuran, buah dan makanan lain berbasis hewani sangat rendah, yang sebenarnya merupakan sumber kaya mikronutrien.

Defisiensi mikronutrien di Indonesia dapat diatasi dengan pendekatan berbasis makanan melalui keragaman makanan atau keragaman pangan sehat. Hal ini dapat dicapai dengan merumuskan diet atau pola makan seimbang dengan menggunakan bahan makanan di Indonesia yang tersedia secara lokal dan dapat dapat diterima di berbagai daerah. Pendekatan kecukupan gizi dan nutrisi ini dapat membantu implementasi strategi keragaman diet melalui perhitungan kandungan gizi dalam makanan sehari-hari.

Penyebab dari defisiensi mikronutrien atau kekurangan gizi di Indonesia selain dari kualitas makanan, sanitasi, kesadaran masyarakat akan gizi dan kandungan makanan pokok khas Indonesia adalah banyaknya makanan pada saat ini yang mengandung zat kimia.

Beberapa dari zat kimia tersebut di antaranya pewarna, pengawet dan penyedap yang berlebihan dalam makanan. Selain zat-zat kimia tersebut, kandungan gizi yang sangat rendah dan berbahaya juga didapat dari makanan berbasis siap saji.

Semua jenis makanan tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit yang sangat membahayakan bagi tubuh. Seperti contohnya usus buntu, kanker, jantung, rematik dan penyakit berbahaya lainnya.

Jadi, alangkah baiknya jika kita mengonsumsi makanan yang dapat membuat tubuh kita sehat dengan kandungan yang kaya akan vitamin, mineral dan protein seperti sayur-sayuran, buah-buahan.

Pengonsumsian makanan yang bergizi tidak dapat dianggap remeh karena memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan. Cara meningkatkan jumlah asupan gizi adalah dengan pengonsumsian makanan secara rutin seperti sayuran, buah-buahan serta sumber mineral dan protein berbasis hewani maupun nabati.

Sudah menjadi fakta bahwa dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan kaya nutrisi dapat menambah umur hidup, menjaga kesehatan seluruh tubuh dan mencegah berbagai penyakit. Pada akhirnya, efek dari pengonsumsian makanan bergizi menuju pada kesehatan seluruh masyarakat, berpengaruh positif pada aktvitas masyarakat sehari-hari dan menghasilkan masyarakat yang produktif.

Jasmine Bernardini
Mahasiswi Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pangan Universitas Surya (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER