Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun baru ini identik dengan resolusi baru dan mewujudkan resolusi lama yang belum tercapai di tahun sebelumnya. Di tahun 2018 ini, tidak menyurutkan semangat mewujudkan resolusi lama untuk mengurangi bahkan menghapus stigma “perempuan selalu di rumah”.
“Seorang istri setara dengan suaminya, saudara perempuan setara dengan saudara laki- lakinya. Tidak lebih baik, tidak lebih buruk. Mereka semua sama,” adalah pesan yang disampaikan Meghan Markle mengenai kesetaraan gender pada pidatonya di forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 2015.
Saat itu ketika menyampaikan pidatonya, Meghan Markle menduduki posisi yang disandangnya sejak 2014 sebagai “Advokat untuk Partisipasi Politik Dan Kepemimpinan” di forum perempuan PBB.
Pidatonya tersebut sangat relevan dengan pemikiran masyarakat luas mengenai perempuan yang diperlakukan berbeda dengan laki-laki. Banyak orang berpikir bahwa pada akhirnya perempuan akan berada di rumah dan di dapur. Meskipun upaya penegakan kesetaraan gender telah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu diharapkan di tahun yang baru ini, 2018, masyarakat lebih sadar untuk membuang jauh-jauh pemikiran itu.
Perempuan modern harus berpendidikan serta berwawasan luas sehingga banyak pengetahuan yang ada di dalam kepalanya dan juga memiliki pemikiran lebih terbuka. Selain untuk dirinya sendiri, perempuan butuh wawasan untuk dituangkan ke dalam lingkungannya sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Wawasan yang didapat di luar rumah jauh lebih baik dan banyak. Hal ini dapat terjadi karena di luar rumah lebih banyak faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya suatu kejadian, sehingga perempuan pun bisa belajar lebih banyak dari hal yang terjadi daripada hanya diam di rumah, sama halnya seperti laki-laki.
Pemahaman bahwa perempuan memiliki derajat, hak, dan kewajiban yang sama seperti laki-laki harus ditanamkan sejak dini. Jika penanaman moral tersebut terlambat, maka sampai dewasa ia akan terus berpikir bahwa perempuan memang berbeda dengan laki-laki.
Dimulai dari hal-hal kecil seperti yang dilakukan oleh Meghan Markle pada usianya yang masih menginjak 11 tahun. Sebuah perusahaan sabun yang mana iklan perusahaan tersebut memiliki tagline “Seluruh wanita di Amerika sedang melawan minyak pada panci dan wajan” mendapat perhatian khusus dari Meghan karena dinilai menganggap setiap wanita akan berakhir di dapur saja.
Jiwa peduli terhadap kesetaraan gendernya muncul dan merasa kesal terhadap iklan tersebut, terlebih ketika 2 orang teman laki-lakinya menjadikan tagline iklan tersebut sebagai bahan olok-olok dan berkata “Memang di sana tempat perempuan seharusnya di dapur”.
Ia berpikir hal tersebut bukanlah hal yang benar dan stigma tersebut harus diubah. Ia bercerita kepada ayahnya dan disarankan untuk melakukan tindakan atas apa yang ia anggap tidak benar lalu Meghan memutuskan untuk menulis surat pada perusahaan sabun tersebut dan beberapa pihak untuk mendorong argumennya, ia melayangkan surat pengaduannya pun kepada Hillary Clinton.
Jelang 1 bulan, ia mendapatkan tanggapan dari Hillary Clinton dan yang mengejutkan adalah ia berhasil mengkritisi perusahaan tersebut sehingga perusahaan sabun itu mengubah taglinenya menjadi “Semua orang di Amerika sedang melawan minyak pada panci dan wajan”.
Tindakannya untuk menulis surat pada perusahaan tersebut memanglah sederhana, tetapi dampak yang ditimbulkan sangat signifikan bahwa bukan hanya perempuan yang akan bekerja di dapur, tapi semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Bukan hanya laki-laki yang dapat bekerja di luar rumah tetapi perempuan pun punyak hak yang sama.
Dalam kehidupan sehari-hari, seberapa seringkah kamu melihat seorang ayah mengantar dan menunggu anaknya bersekolah? Apakah masih banyak orang yang mempermasalahkannya? Salah satu alasan mengapa hal tersebut jarang terjadi adalah akibat dari gunjingan yang biasanya dilayangkan oleh masyarakat pada umumnya, bahkan sebagian besar adalah perempuan, seperti “memangnya si bapak tidak bekerja?” atau “mamanya kemana? Kok yang mengantar papanya?”.
Hal tersebut memungkinkan gengsi seorang laki-laki menjadi turun atau merasa malu. Padahal hal itu bisa saja menjadi cukup lumrah terjadi di masyarakat karena istrinya yang lebih memungkinkan untuk mengejar karier dan menopang ekonomi keluarga. Apakah ada sesuatu yang anda rasa salah dalam hal ini? Jika iya, lalu mengapa setiap kali dalam sebuah keluarga yang bekerja adalah seorang istri menjadi sebuah masalah atau gunjingan?
Di beberapa sisi banyak orang yang beranggapan bahwa jika perempuan yang pergi bekerja, memungkinkan adanya ketimpangan dalam sebuah keluarga. Namun, jika perempuan dapat membagi waktunya untuk keluarga dan karier tetapkah disebut sebagai ketimpangan? Lalu apa hal yang ditakutkan?
Jika bicara pekerjaan, ada beberapa pihak yang meragukan pekerjaan perempuan dengan berbagai alasannya. Padahal, banyak perempuan hebat yang dapat menyetarakan standar pekerjaannya dengan laki-laki. Pada dasarnya perempuan pun sama seperti laki-laki yang ingin membangun hidup dan keluarganya menjadi lebih baik. Meskipun ada berbagai cara untuk membangun kehidupan yang layak dan lebih baik, tetap saja perempuan memiliki hak yang sama, tidak ada batasan dan tidak ada tembok yang memisahkan hak antara laki-laki dan perempuan. Pilihan itu tetap harus ada dan perempuan pun berhak memilih serta mengejar cita-cita juga hal yang ia inginkan, bukan hanya laki-laki yang dapat memilihnya.
Di tahun baru ini akankah segala tindakan dan apresiasi terhadap hak kesetaraan gender semakin nyata? Segala keputusan juga masa depan hak perempuan dapat diakui mulai dari diri sendiri, baik pola pikir hingga aksi nyata. Ada banyak cara untuk menunjukkan bahwa perempuan pun layak untuk bekerja, tidak melulu di rumah, tidak melulu di dapur.
Semua perempuan yang memiliki keinginan dan cita-cita berkarier patut untuk didukung, bukan dijatuhkan. Tidak ada salahnya untuk menghargai keinginan perempuan untuk memiliki kehidupannya yang lebih baik dan haknya berjalan berdampingan dengan hak laki-laki, tidak saling mendahului, tidak saling meninggalkan.
(ded/ded)