Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memprediksi pasangan calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat bakal tersingkir di putaran pertama Pilkada 2017. Prediksi ini diambil usai Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama.
"Keputusan polisi menetapkan Ahok menjadi tersangka ternyata mempunyai efek elektoral yang sangat dahsyat buat Ahok-Djarot Saiful Hidayat dan dan merubah kostelasi politik Pilkada DKI." kata peneliti LSI Ardian Sopa, saat merilis hasil surveinya di Jakarta, Jumat (14/11).
Sebelum Ahok ditetapkan menjadi tersangka, LSI mengadakan survei pada awal November (4/11). Ketika itu, Ahok memperoleh angka 24,6 persen. Jumlah itu merosot jauh menjadi 10,6 persen setelah Ahok resmi berstatus tersangka.
"Dengan situasi ini, Ahok-Djarot berpotensi tersingkir di putaran pertama, karena menjadi nomor buncit diantara dua pasangan lainnya," tutur Ardian.
Menurut Ardian, angka itu sangat rendah dan tidak memungkinkan bagi Ahok-Djarot lolos ke putaran kedua. Angka aman untuk maju ke berikutnya, kata Ardian, mereka harus berada di 35 persen.
Ditinggal Pendukung
Ardian menjabarkan setelah Ahok menyandang status tersangka, 60 persen pendukung meninggalkan Ahok-Djarot. Hanya 40 persen yang bertahan mendukung calon petahana itu. Ardian beranggapan mereka adalah pendukung militan.
LSI kemudian mengelompokkan para pendukung yang meninggalkan Ahok-Djarot itu. Responden pemilih PDIP semula sebesar 53,5 persen menjadi 24,3 persen.
Sementara pendukung nonmuslim yang awalnya 80 persen kini tersisa 46,6 persen. Sedangkan pendukung muslim dari 18,8 persen menjadi 7,4 persen saja.
"Tidak hanya muslim, tapi juga nonmuslim ikut berkurang," tutur Ardian.
Berdasarkan gender, pendukung perempuan lebih banyak meninggalkan Ahok. Sebanyak 24,7 persen pendukung kini merosot menjadi 8,6 persen. Sementara laki-laki awalnya 24,5 berubah jadi 12,4 persen. Ardian berpendapat hal ini terjadi karena pemilih wanita lebih sensitif.
Dari segi usia, semua segmen menunjukkan penurunan dukungan terhadap Ahok. Segmen pemilih berusia 20-29 tahun, berkurang dari 32 persen menyisakan 11,9 persen.
 Foto: CNN Indonesia/Safir Makki |
Pendukung berdasarkan tingkat pendidikan dan pendapatan, semua segmen mengalami penurunan dukungan terhadap Ahok. Ardian menyebutkan, kelas atas dengan penghasilan Rp3,5 juta ke atas, yang menjadi basis pendukung Ahok menurun drastis. Semula 40,6 persen menjadi 18,2 persen.
Dalam kelompok suku, kelompok suku pendukung terbesar Ahok menurun dari 54,1 persen merosot menjadi 21,8 persen. Suku Jawa, Betawi, dan Sunda juga dinilai menurun.
Menurunnya jumlah pendukung Ahok-Djarot ini membuat elektabilitas dua pasangan lainnya merangsek naik.
Sebelum Ahok menjadi tersangka, Anies Baswedan-Sandiaga Uno menempati posisi terendah di angka 20 persen. Namun kini mereka menduduki posisi pertama dengan 31,9 persen.
Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni meningkat dari 20,9 persen menjadi 30,9 persen.
Ardian mengatakan, LSI melakukan survei pada 31 Oktober-5 November. Ketika itu Ahok belum menjadi tersangka. Namun LSI mencantumkan pertanyaan dalam survei tersebut, yaitu jika Ahok ditetapkan sebagai tersangka dugaan penistaan agama.
Survei itu menggunakan metode multistage random sampling dengan 440 responden dan margin of error 4,8 persen. Ardian menyebut survey dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner.