ANALISIS

Kokohnya Ahok Merajai DKI

CNN Indonesia
Rabu, 15 Feb 2017 18:07 WIB
Melejitnya perolehan suara pasangan nomor urut dua segaris dengan hasil survei sejumlah lembaga survei mendekati hari pencoblosan.
Basuki Tjahaja Purnama saat pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 2017 di TPS 54 Kelurahan Pluit, Jakarta Utara, Rabu (15/2). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keunggulan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dalam hasil penghitungan cepat atau quick count Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 15 Januari 2017, menunjukkan betapa kokohnya duet petahana.

Mengacu pada hasil penghitungan cepat Lingkaran Survei Indonesia, PolMark Indonesia, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), dan Voxpol Center, duet Ahok-Djarot merajai perolehan suara dengan tempat teratas disusul pasangan calon nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Adapun pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni jeblok di peringkat buncit.
Melejitnya perolehan suara pasangan nomor urut dua itu segaris dengan hasil survei sejumlah lembaga survei mendekati hari pencoblosan. Pun dengan Anies-Sandiaga yang bercokol di rangking kedua.

Hasil survei Libtang Kompas yang dipublikasi Kamis (9/2), contohnya, yang menempatkan elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 36,2 persen, jauh di atas angka elektabilitas Anies-Sandiaga sebesar 28,5 persen dan Agus-Sylvi yang hanya 28,2 persen.
Begitu juga dengan hasil survei Charta Politika yang merilis hasil survei pada Sabtu (11/2), pasangan Ahok-Djarot meraup 39 persen, disusul Anies-Sandi dengan 31,9 persen, dan Agus-Sylvi hanya 21,3 persen.

Dari fakta hasil survei, telah terjadi perubahan pola dukungan ke masing-masing kandidat jika mendasarkan pada hasil survei tersebut dengan hasil survei pada akhir 2016 lalu yang menempatkan Agus di peringkat teratas. Merajai Ahok-Djarot juga sangat terkait dengan undecided voters atau orang yang belum menentukan pilihan.

Menilik survei terakhir dari Charta Politika, angka undecided voters pada Desember masih cukup tinggi, yakni sebanyak 14,9 persen dari 733 responden di seluruh Jakarta.

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menuturkan hasil survei tidak serta merta menggambarkan hasil akhir sebab hasil survei hanya memberi gambaran peta suara saat survei dilakukan.

"Fungsi hasil survei hanya untuk memberi gambaran bagi masyarakat dan tim suskes untuk kepentingan strategi," ujar Hendri kepada CNNIndonesia, Rabu.

Hal terpenting yang perlu disoroti yakni survei selama metode dan pemilihan sampling benar maka hasilnya benar dengan memperhitungkan margin of error.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ikhsan Darmawan berpendapat Ahok dan Anies di peringkat satu dan dua karena undecided voters membagi suara mereka ke dua calon tersebut.

Berdasarkan peta kekuatan massa pendukung, kata Ikhsan, Ahok-Djarot kantong suaranya di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Sedangkan Anies-Sandiaga basis suaranya di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Sementara untuk Jakarta Pusat persebaran suaranya berbagi.

Terkait merosotnya perolehan suara Agus-Sylvi, Ikhsan mengamati karena dipengaruhi penampilan keduanya yang kurang meyakinkan publik di acara debat KPUD Jakarta dibandingkan dua pasangan calon lainnya.
“Agus tidak perform, ditambah dia dan Sylvi cukup menonjol dalam menyerang calon lainnya dalam debat,” ujar peneliti pada Departemen Ilmu Politik FISIP UI ini kepada CNNIndonesia.com, Rabu.

Ikhsan juga menyorot rendahnya hasil perolehan suara Agus-Sylvi yang dimotori oleh Partai Demokrat bisa jadi berkaitan dengan pernyataan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pada H-1 pencoblosan yang memantik merosotnya perolehan suara Agus-Sylvi.

“Agus yang jeblok bisa jadi berkaitan dengan di satu hari menjelang pemungutan suara ada lontaran dari Antasari Azhar ke SBY ditambah sebelumnya ada pemeriksaan terhadap Sylvi dalam kasus dugaan korupsi beberapa kali juga punya dampak ke turunnya suara Agus,” ujar Ikhsan.

Kemungkinan lainnya, mesin politik partai politik lain di luar Demokrat kemungkinan besar tidak all out mendukung Agus karena mestinya kalau mesin parpol lainnya all out maka hasilnya tak seburuk sekarang. "Itu juga yang bikin jebliok," tambah Ikhsan. Alasannya, karena partai-partai itu kadernya di kabinet, dan isu perombakan menteri diembuskan sebelum tanggal 15 Februari. "Sedikit banyak itu berpengaruh juga pada turunnya suara AHY."



LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER