Golkar Menunggu Koalisi dengan Partai Pendukung Agus

CNN Indonesia
Kamis, 16 Feb 2017 14:05 WIB
Golkar megharapkan koalisi dengan semua para pendukung Agus. Golkar berikan kebebasan untuk memilih, tapi mengharapkan bisa memilih Ahok.
Ketum Partai Golkar Setya Novanto menunggu koalisi dengan partai pendukung Agus Harimurti Yudhoyono dalam gelaran Pilkada DKI 2017, Kamis (16/2).(CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menunggu koalisi dengan partai pendukung Agus Harimurti Yudhoyono dalam gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017.

Agus yang berpasangan dengan Sylviana Murni berada di posisi buncit berdasarkan hitung cepat LSI Denny JA, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Vox Pol, dan Polmark Indonesia.

"Kami harapkan (koalisi dengan) semua para pendukung saudara Agus. Kami berikan kebebasan untuk memilih, kami harapkan bisa memilih saudara Basuki Tjahja Purnama (Ahok)," kata Setya di Kompleks DPR, Jakarta, Kamis (16/2).
Untuk diketahui, Agus-Sylvi disokong oleh Partai Demokrat, PKB, PAN, dan PPP kubu Muhammad Romahurmuziy (Romi). Sedangkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat diusung oleh Partai PDIP, Golkar, NasDem, Hanura, plus PPP kubu Djan Faridz.

Setya menyatakan Golkar membuka kesempatan bagi partai yang ingin berkoalisi. Di samping itu partai pengusung Ahok-Djarot akan terus bekerja keras.

"Pengalaman yang sudah dimiliki dan sudah dilakukan (akan dijaga), keberhasilan sudah bisa dilihat. Tinggal melanjutkan untuk bisa menata kembali, yaitu dengan tim yang kuat dan tentu semua yang berkaitan dengan partai pendukung," kata Setya.

Setya juga mengingatkan kepada semua pendukung Ahok untuk tidak sombong setelah unggul di pilkada putaran pertama. Tantangan masih ada di pilkada putaran kedua dan pendukung Ahok harus siap menghadapi tantangan itu.

Lebih lanjut, Setya mengapresiasi pernyataan kekalahan Agus. Agus kalah terhormat karena memang warga Jakarta yang menilai dan memilih.
"Bagi yang kalah, saudara Agus, saya melihat di TV memiliki kebesaran hati yang luar biasa. Saya hormati dan bangga, dia telah melakukan kerja maksimal," kata Setya.

Partai Golkar salah satu partai pengusung Ahok-Djarot menggelar real count dari hasil pemungutan suara pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang dilaksanakan kemarin, Rabu malam (15/2).

Dalam real count ini, pasangan Basuki-Djarot mengungguli dua pesaingnya dengan perolehan suara sebanyak 42,92 persen atau sebanyak 2.346.030 suara berhasil dikantongi oleh pasangan ini.

Menyusul kemudian pasangan calon Gubernur nomor urut tiga, yakni Anies Baswedan-Sandiaga Uno di posisi kedua dengan perolehan suara sebanyak 39,95 persen atau setara dengan 2.184.424 suara pemilih. Sedangkan pasangan nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di posisi buncit dengan 17,13 persen atau setara dengan 936.295 suara.
Ketua DPD Partai Golkar Fayakhun Andriardi mengatakan pihaknya telah mengerahkan kader Golkar yang disebar di setiap TPS yang ada di Jakarta.
"Ada 13.023 kader yang disebar. Saat real count suara masuk dari 12.964 TPS atau sekitar 99,55 persen," kata Fayakhun.

Menurut Fayakhun, dari perhitungan hasil pilkada DKI yang dilakukan DPD Golkar, pasangan Ahok-Djarot unggul di empat daerah di Jakarta.

"Di Jakarta Barat (48,48 persen), Jakarta Pusat (43,09 persen), Jakarta Utara (48,15 persen), dan Kepulauan Seribu (38,73 persen). Sementara pasangan Anies-Sandi menang di Jakarta Timur (41,75 persen) dan Jakarta Selatan (46,37 persen)," kata Fayakhun.

PPP Kubu Romi Pasif

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PPP kubu Romi, Arsul Sani mengatakan PPP di posisi pasif terkait dukungan yang akan diberikan setelah Agus-Sylvi tersingkir. PPP akan menunggu komunikasi dari partai pendukung Ahok-Djarot dan Anies-Sandi.

"PPP ingin juga membangun tradisi paling tidak di tingkat pusat agar begitu calonnya tidak bertarung lagi, maka ya tidak perlu mendekat-dekat ke manapun supaya tidak terkesan politiknya berbasis transaksional," kata Arsul lewat pesan singkat, Kamis (16/2).

Dengan kekalahan di putaran pertama, Arsul mengatakan koalisi dengan Partai Demokrat selesai. Baik PPP atau Demokrat memiliki kepentingan masing-masing yang berbeda di pilkada.

"Kami musyawarah dulu dengan struktur dan para pemangku kepentingan partai. Terutama seperti para alim ulama dan tokoh senior partai," kata Arsul.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER