Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkapkan kebingungannya saat menanggapi pemecatan yang dialami Abraham "Haji Lulung" Lunggana. Fadli mengatakan dualisme yang saat ini tengah dialami Partai Persatuan Pembangunan membuat Gerindra berpikir ulang untuk menampung Lulung.
"Saya tak tahu karena PPP ada dua, jadi yang memecat siapa, yang benar siapa kami tak tahu," kata Fadli saat ditemui si kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (14/3).
Seperti diketahui hingga kini dualisme PPP masih belum menemukan titik terang. Antara kubu Romahurmuziy dan Djan Faridz masih berkukuh keduanya adalah PPP yang sah secara hukum.
Di gelaran Pilkada DKI Jakarta pun suara PPP terbagi karena Romy memilih mendukung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sedangkan Djan mendukung Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Keputusan Djan tersebut mendapat tentangan dari Lulung yang sebenarnya lebih mengakui PPP versi Djan. Lulung memilih mendukung Agus-Sylvi tapi enggan bergabung dengan PPP Romy.
Di putaran dua ini pun Lulung masih enggan satu suara dengan Djan dan memilih mengalihkan dukungan ke Anies Baswedan-Sandiaga Uno setelah Agus-Sylvi kandas di putaran pertama. Perbedaan pilihan itulah yang akhirnya menjadi dasar pemecatan terhadap Lulung.
Terkait dengan dinamika itu, Fadli berharap pemecatan terhadap Lulung bisa dianulir karena dukungan politik di masa seperti sekarang akan sangat berpengaruh. Jika dualisme terus berlangsung, maka dukungan internal partai pun masih tidak jelas.
"Saya kira saudara Lulung sudah lama ya di PPP dan dia akan melakukan klarifikasi dan upaya internal di dalam," kata Fadli.
Namun Lulung yang sudah kadung dipecat oleh PPP Djan, membuat Gerindra akan menampung meski dualisme masuk dalam pertimbangan.
“Selama perjuangan dan visi misinya sama, siapa saja bisa bergabung dengan Gerindra dan berjuang bersama,” kata dia.
Ketua Umum PPP Djan Faridz mengumumkan pemecatan Lulung Senin kemarin malam (13/3). Alasan Djan, Lulung dan sembilan kader lainnya dipecat untuk menjaga kontrak politik di mana kubu Djan sejak awal mendukung pasangan Ahok-Djarot.
“Kami tidak ingin terpecah-belah dan dianggap partai yang berkaki seribu,” kata Djan.