Jakarta, CNN Indonesia -- Basuki Tjahaja Purnama meluncurkan video kampanye bertema keberagaman dengan berangkat dari isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) di Indonesia.
Video berdurasi dua menit itu dibuka dengan adegan kerusuhan sentimen etnis dengan gambaran kerusuhan yang mengingatkan kembali pada tragedi 1998, era kejatuhan rezim Soeharto.
Nuansa yang menggambarkan kerusuhan 1998 itu dirasakan betul oleh Djarot Saiful Hidayat, yang suaranya dijadikan sebagai pengiring video.
"Saya sudah nonton dan itu memang foto jadi kok kita ingat tahun '97-'98," ujar Djarot di Palmerah, Jakarta Barat, Senin (10/4).
Djarot mengaku tak terlibat dalam proses pembuatan video. Suara yang digunakan dalam video tersebut, kata Djarot, adalah suara dia saat berpidato dalam kampanye akbar di Parkir Timur Senayan, beberapa waktu lalu.
Menurut Djarot, video itu dibuat oleh tim khusus yang melibatkan relawan. Dia menduga nuansa kerusuhan anti-etnis di era kejatuhan Orde Baru itu sengaja dihadirkan agar kejadian serupa tak kembali terulang.
"Supaya kita sadar betul bahwa Jakarta dan Indonesia adalah bineka, plural. Dan itu suatu fakta, suatu kenyataan. Maka mari kita rawat kebinekaan itu dengan baik," ujar Djarot.
Anggota tim pemenangan bidang data dan informasi, Eva kusuma Sundari, mengatakan video kampanye itu sengaja menampilkan dampak negatif dari penggunaan isu SARA yang dianggap telah merusak warga selama Pilkada DKI berlangsung.
Eva menyebut penggunaan isu SARA berdampak pada munculnya upaya penghalangan warga untuk memilih. Beberapa pemilih, kata Eva, juga terkena dampak dari meluasnya isu SARA di Pilkada DKI.
"Pendukung paslon terima getahnya, diusir dari kontrakan dan diputus listriknya. Intinya, Badja (Basuki-Djarot) ingin mengembalikan bahwa identitas bangsa paripurna perlu dijaga, yaitu sumpah pemuda," kata Eva kepada cnnindonesia.com.
Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan, video kampanye itu hanya menggambarkan kondisi ibu kota akibat Pilkada berbalut isu SARA. Melalui video itu, kata Eva, Ahok-Djarot hendak menyampaikan pesan bahwa Jakarta merupakan rumah bagi setiap warganya.
Menurut Eva, penayangan video kampanye terbaru Ahok-Djarot telah melalui proses konsultasi dengan para ahli iklan, aktivis HAM, dan aktivis perempuan. Tak ada tanggapan negatif dari pihak-pihak yang diajak konsultasi untuk menilai video kampanye tersebut.
"Jadi video itu cerminan realitas, jangan diframe sebagai propaganda. Realitas itu bukan rekayasa, ada fakta-fakta di sekitar kita. Jakarta akan jadi miniatur Indonesia yang berbineka tunggal ika berlandaskan Pancasila," ujar Eva.
Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI, Siti Zuhro, mengaku heran dengan tema anti-SARA yang diangkat dalam video kampanye terbaru Ahok. Menurut Siti, persoalan utama yang harus diatasi di Jakarta adalah masalah kesenjangan sosial yang serius.
Bila pilkada adalah cara masyarakat mengoreksi pemerintahan yang ada, kata Siti, maka para calon seharusnya berfokus mengatasi atau memberikan solusi dengan formula-formula konkret yang bisa dipahami dan membuat masyarakat terlibat di dalamnya.
"Mengapa malah mengemas isu SARA? Bukankah isu ini justru kontra produktif yang malah meruncingkan kembali kesalahpahaman masyarakat. Kita di Jakarta seharusnya bersepakat menghentikan penggunaan isu SARA," ujar Siti kepada CNNIndonesia.com.
Siti mengatakan, perhatian masyarakat mesti terfokus pada perbaikan kualitas pemerintahan/kebijakan publik, pembangunan ekonomi, dan praktik demokrasi. Bukan semata isu-isu kontekstual bersumbu pendek demi mengundang simpati dan meminta dukungan warga pemilih.
Video kampanye bertajuk #BeragamItuBasukiDjarot itu dipublikasikan sejak kemarin melalui media sosial. Video itu dibuka dengan adegan demonstrasi yang mengganggu para pengguna kendaraan pribadi.
Cuplikan selanjutnya menampilkan sejumlah profil dari berbagai profesi dan beragam latar belakang, mulai dari pemain sepak bola, pebulu tangkis, polisi, dan sejumlah masyarakat adat.
"Jangan tanyakan dari mana kau berasal. Jangan tanyakan apa agamamu. Tapi tanyakan apa yang telah kau perbuat untuk Jakarta," kata Djarot dalam orasi di akhir video tersebut.
Hingga berita ini ditulis, video yang ditayangkan melalui akun Twitter resmi Ahok di @basuki_btp sudah dibagikan 5.422 kali.