Perang Medsos di Penghujung Pilkada DKI

CNN Indonesia
Sabtu, 08 Apr 2017 09:02 WIB
Menjelang akhir masa kampanye Pilkada DKI Jakarta, media sosial menjadi salah satu sasaran kedua pasangan calon. Bagaimana keduanya 'berperang' di medos?
Ilustrasi. (cookelma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masa akhir kampanye Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan dimanfaatkan oleh masing-masing pasangan calon untuk habis-habisan berkampanye guna merebut hati pemilih. Salah satu cara adalah memaksimalkan peran media sosial sebagai instrumen kampanye.

Tim Pemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menyadari peran penting media sosial dalam menjaring dukungan.

Koordinator INSIDER (Anies- Sandi Digital Volunteer), Anthony Leong mengimbau kepada seluruh relawan untuk semakin gencar berkampanye di media sosial yang ia anggap sebagai ujung tombak kemenangan.
“Media sosial dewasa ini memiliki peran yang sangat krusial untuk memenangkan pasangan Anies-Sandi. Karena lewat medsos kami bisa menyampaikan pesan yang lebih mendalam ke masyarakat,” kata Anthony di TB Simatupang, Jakarta, Jumat (7/4).

Anthony menyebut INSIDER dihuni oleh anak muda yang pandai membuat konten kreatif. Mereka, para relawan digital, diberikan kebebasan untuk berkreasi di dunia maya. Satu-satunya yang harus dihindari adalah menyinggung atau menggunakan isu SARA.

"Kita jual value yang positif tentang Anies-Sandi di media sosial,” kata Anthony. 

Hal serupa juga dijalankan kubu Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Mereka bahkan menerapkan strategi berbeda menjelang masa akhir kampanye. 

Kepada CNNIndonesia.com, Ketua Tim Media Martin Manurung mengatakan timnya saat ini lebih memperbanyak konten yang menampilkan sisi lain Ahok-Djarot di media sosial.
Tim medsos Ahok-Djarot juga berusaha menyebar dan memperkenalkan istri Ahok, Veronica Tan dan istri Djarot, Happy Farida. 

"Ada Ahok Show, Bu Vero (Veronica) yang bisa main cello, ada pertandingan basket di antara mereka (Ahok-Djarot)," kata Martin.

Kampanye di media sosial memiliki tantangan tersendiri. Meski sama-sama menjauhi isu SARA, kedua pihak mengaku kerap berhadapan dengan para buzzer politik.

Buzzer bisa juga disebut sebagai aktor, baik secara individu maupun kelompok, yang menjalankan fungsi pemasaran untuk 'menjual' produk mereka.

“Di-bully, dan mendapatkan serangan dari buzzer itu hal yang biasa kami hadapi sejak awal kampanye,” kata Anthony yang juga Fungsionaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan kampanye di media sosial khususnya di Jakarta bisa membentuk persepsi publik.

"Di Jakarta pengaruh (kampanye pada) media sosial sangat tinggi karena pengguna Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya itu sangat tinggi," ujar Karyono.

Selain berpengaruh, kampanye di media sosial juga relatif lebih murah dibandingkan kampanye tatap muka langsung di kampung-kampung.

Hal-hal itu, kata Karyono, menjadikan media sosial memiliki peran cukup strategis.

Karyono melanjutkan, media sosial bisa menguntungkan jika pasangan calon memanfaatkan itu untuk menyampaikan visi, misi, program, atau menampilkan kelebihan tanpa harus mencaci maki atau mencari kelemahan kompetitor.
Tidak Efektif

Pendapat berbeda diutarakan pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati. Menurutnya, pengguna media sosial didominasi oleh kelas menengah sehingga tidak mencerminkan pemilih Jakarta secara keseluruhan.

"Tidak bisa mengekspresikan keseluruhan, hanya kelas menengah, terutama yang terdidik. Mereka yang tingkat ekonomi bagus yang bisa mengakses media sosial," kata Mada.

Perang kampanye di media sosial, kata Mada, biasanya diwarnai oleh pertarungan wacana. Namun, dia menyebut bahwa perang wacana atau gagasan itu tidak bisa dijadikan indikator untuk melihat pasangan mana yang lebih unggul dari segi kampanye di media sosial.

"Wacana yang dominan (di media sosial) juga tidak berarti dia menunjukkan mayoritas," ujarnya.

Media sosial diyakini Mada tak memberikan dampak signifikan. Sebab, menurut dia, pengguna media sosial di Jakarta telah memiliki pilihan jelas yang sulit untuk berubah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER