Jakarta, CNN Indonesia -- Pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno malam ini bertarung gagasan dan adu program di acara debat pamungkas putaran dua Pilkada DKI Jakarta, Rabu (12/4).
Debat resmi yang diselenggarakan KPU DKI kali ini bakal menjadi panggung terakhir para kandidat dalam menyajikan visi-misi selama memimpin Jakarta kelak.
Tema umum yang diangkat dalam debat bertajuk 'Dari Masyarakat untuk Jakarta' dengan pokok pembahasan seputar isu kesenjangan sosial dan keadilan sosial, penegakan hukum, dan bonus demografi.
Adapun subtema yang diangkat lebih spesifik membahas persoalan transportasi, perumahan/hunian, pelayanan publik terutama sektor pendidikan dan kesehatan, reklamasi, serta dunia usaha/ UMKM.
Akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati menyebut debat pamungkas kali ini merupakan pertaruhan akhir bagi para kandidat meyakinkan warga Jakarta, terutama kelas menengah yang mendominasi
undecided voters.
Untuk Ahok-Djarot, kata Mada, keberhasilan penampilan mereka bakal bergantung pada pemaparan konsep program yang diusung, termasuk pencapaian mereka selama memimpin Jakarta.
Meski demikian, Mada mengatakan Ahok-Djarot diharapkan tidak hanya mengunggulkan pencapaian program yang sudah berjalan, melainkan juga mengantisipasi 'serangan' dari pasangan calon penantang, Anies-Sandi.
"Kalau yang sudah berjalan itu kan sudah dirasakan publik. Fokus sekarang itu bagaimana melawan wacana program ke depan, yang akan dilakukan jika terpilih," kata Mada kepada CNNIndonesia.com.
Sementara itu, Mada menilai Anies-Sandi berada di posisi yang leluasa mengkritisi ataupun mematahkan program Ahok-Djarot. Dengan catatan, kata Mada, Anies-Sandi harus bisa menjabarkan program yang ditawarkan lebih konkret dan masuk akal.
"Misalnya rumah Rp0, itu bagaimana mekanismenya? Operasionalisasinya seperti apa? Ini kan memang isu-isu kelas menengah, dan kelas menengah saat ini itu lebih realistis dan logis. Boleh ambisius tapi terukur," kata Mada.
Mada berharap sebisa mungkin kedua pasangan calon menghindarikan pokok pembahasan debat dari isu SARA. Hal tersebut dianggap bakal menjadi bumerang bagi siapapun yang menggunakan modal SARA untuk melawan pasangan lain.
"Kelas menengah itu pintar-pintar, apalagi di Jakarta. Jangan pasangan calon ini menggunakan isu etnis, agama untuk mengarahkan pemilih, meski agak sulit dihindari, tapi sebaiknya dihindari. Masuklah di program-program besar yang mencerahkan," ujar Mada.
Mada mengatakan, masing-masing pasangan calon memiliki keunggulan dengan memanfaatkan posisi sebagai calon petahanan maupun penantang. Terlepas dari itu, kata dia, warga Jakarta adalah pemilih matang yang melek informasi. Sehingga para kandidat diharapkan mampu menawarkan program yang konkret dan terukur.
Masing-masing pasangan calon pada berbagai kesempatan memaknai debat pamungkas kali ini sebagai pertaruhan besar mereka mencuri lebih dari 17 persen suara yang tercecer, baik dari para pemilih Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, ataupun dari mereka yang belum menentukan pilihan di putaran pertama alias undecided voters.
Hasil survei Litbang Kompas terhadap 804 responden pada putaran pertama mencatat pemilik suara yang belum menentukan pilihannya atau undecided voters sebanyak 7,1 persen. Sebanyak 66,7 persen dari
undecided voters berasal dari kelas menengah.