










Guratan
Rindu Alam
Oleh:
Mohammad Safir Makki
Lukisan bertema alam acap kali menghiasi tembok-tembok ibu kota. Salah satunya belantara hutan sebagai jantung bumi yang memantik eksplorasi estetika, menjadi penyeimbang ketika roda waktu berputar kencang.
Bekerja dalam kekakuan ruangan tentu bisa melahirkan jiwa-jiwa yang jemu. Mural pemandangan alam coba mengambil alih kebosanan tersebut, menyegarkan mata dan menyulut semangat baru bagi pekerja.
Ragam spesies tanaman yang tengah populer juga tak luput dilirik kedai kopi. Berusaha menghadirkan "ruang hijau" di tengah sela.
Sementara Gunung Raung dengan hamparan sawah menginspirasi warung makan rumahan mendekatkan alam dengan pengunjungnya.
Di suatu ruang pusat jajan, wallpaper (gambar tembok) bambu mewakili sejuk dan desir angin.
Mooi Indie atau aliran seni lukis yang lahir di abad ke-19 dan menterjemahkan keindahan alam lewat kanvas, juga menghiasi rumah makan tradisional.
Restoran makanan laut mengadaptasi pesona laut, mendekatkan keindahan bahari bagi penikmat kuliner.
Merebaknya konsep "alam" sebagai dekorasi sebuah tempat membawa nilai positif bagi seniman mural untuk mengeksplorasi gagasan baru tentang hijau.
Aksen flamingo dan hijau dedaunan mengubah kekakuan pada ruang penyimpanan arsip sebuah kantor.
Namun ada kalanya konsep penempatan yang tak tepat menjadikan mural terlihat sia-sia. Menjadi keindahan klise di antara besi-besi dan ruang yang sudah padat terisi.