Pada Ruang
dan Garis Kota Ini
Oleh:
Safir Makki
Garis adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan. Sejauh mata memandang, kita pasti melihat garis -- yang secara definisi terbagi menjadi vertikal, horizontal, lengkungan atau diagonal.
Jika dicermati, bentuk dan gambar pun lahir karena ada unsur garis, yang pada akhirnya membuat manusia bisa membedakan satu benda dari benda lainnya. Tanpanya, tak ada bentuk dalam visual.
Demikian pula dalam kehidupan kota. Garis dan lengkung membentuk ruang dan pola tertentu. Kehadirannya juga bisa menjadi aksen pokok, atau penunjang suatu bentuk, konstruksi bangunan, produk hingga karya seni.
Garis dan lekuk dalam ilmu fotografi merupakan elemen penting dari komposisi. Ia bisa menghadirkan kesan dinamis, menuntun mata para penikmat fotografi, hingga membangkitkan mood.
Memotret garis mungkin bukan hal yang dianggap menarik bagi sebagian orang. Namun tanpa disadari, hampir setiap karya foto mengandung garis.
Misalnya saja seseorang yang memotret Masjid Istiqlal di Jakarta. Jika diperhatikan, lingkungan sekitar yang masuk dalam bingkai foto banyak mengandung elemen garis, misalnya saja jalanan, ornamen tembok, tiang penyangga dan pembatas serta susunan anak tangga.
Elemen garis bisa ditemukan di setiap tempat pemotretan, dan juga hadir dalam hampir setiap karya fotografi -- baik lurus maupun lengkung. Biasanya komposisi ini bisa menimbulkan kesan kedalaman dan kesan gerak pada suatu objek foto.
Ketika garis-garis itu digunakan sebagai subjek, maka foto pun menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, atau membawa mata keluar dari gambar. Yang penting gambar itu menjadi dinamis.
Jakarta sendiri menyajikan banyak “garis”, baik yang nyata maupun imajiner. Dari bangunan ke bangunan lainnya, fasilitas publik, konstruksi, jalanan, dan lain-lain sebagai penyatu maupun pemisah.
Kehadiran fasilitas baru untuk publik seperti JPO (Jembatan Penyeberangan Orang), taman kota, pusat perbelanjaan, hingga museum dengan estetika dan rancangan/desain tertentu menambah daftar panjang “garis estetik” yang dapat digunakan sebagai ruang eksplorasi berfotografi.