Surat-surat untuk Greysia Polii
Jo Novita
Kepada Greysia Polii

Saya pertama kali kenal Gel saat latihan di PB Tangkas sebelum dia ke Jaya Raya. Dia lebih muda enam tahun dari saya jadi saat itu hanya sekadar kenal karena saat itu dia juga masih kecil.

Lalu saya masuk pelatnas Cipayung duluan di 2000 atau 2001, terus habis itu dia juga masuk pelatnas di tahun 2003.

Sejak awal masuk pelatnas, Gel itu memang tipenya selalu gembira, semangat, dan cuek. Orangnya memang seperti itu, baik di dalam maupun di luar lapangan sama saja.

Walaupun masih kecil, pembawaannya tidak bisa diam. Senang mengobrol, gembira. Percaya diri.

Sebagai orang yang pede, Gel akhirnya bisa berkembang lebih bagus dengan cepat. Saat di lapangan orangnya memang nekad dan terlihat sifat tak mau kalah.

Saat itu saya sebagai pemain yang lebih senior, berusaha mengayomi dirinya. Dia sering lihat saya main lalu berdiskusi soal cara main di lapangan.

Pada akhirnya, setelah beberapa tahun, saya malah kemudian dipasangkan dengan Gel.

Saat itu di 2005 pelatih Paulus Firman bertanya pada saya siapa yang ingin saya pilih sebagai partner.

Saya pilih sama Gel. Saya itu tipe mainnya hampir sama dengan Gel. Gel bukan tipe pemain yang menyerang, tetapi punya gerakan yang cepat. Jadi kalau saya pasangan dengan Gel, saya yakin bisa mengayomi.

19 Juni 2008 Jo Novita dan Greysia Polii dalam babak 16 besar kejuaraan Djarum Indonesia Open Super Series 2008, di Istora Senayan, Jakarta. TEMPO / Nickmatulhuda

Gel masih muda ketika itu, mainnya masih gerabak-gerubuk. Tetapi yang saya lihat Gel punya modal nekad dan enggak mau kalah.

Itu yang akhirnya membuat saya memilih dia. Saya yakin bisa membawa Gel karena dia sosok orang yang tidak mau kalah.

Saat akhirnya berpasangan, saya lihat Gel bisa beradaptasi dan mengikuti. Sebagai sosok yang lebih senior, saya coba membimbing dia.

Saya suka kasih tahu Gel karena dia orangnya kalau sudah kepedean susah dikendalikan. Jadi di lapangan, saya bagian menjaga supaya posisi Gel selalu enak untuk memukul. Gel bermain bagus karena dia selalu pede, ke mana shuttlecock mengarah selalu dikejar.

Tipe main kita bisa dibilang sama, penuh semangat. Ke mana saja shuttlecock dikejar. Jadi mungkin hal itu yang membuat orang senang melihat kita main di lapangan.

Salahnya saya tidak bisa stabil. Sebenarnya duet saya dan Gel bagus, bisa bersaing, meskipun belum sampai level yang bagus banget.

Saya dan Gel sempat ada di ranking enam dunia. Setelah lagi bagus, saya mengalami cedera di Asian Games. Ligamen saya sobek dan butuh waktu pemulihan selama satu tahun.

Pelatih ganda putri saat itu sudah berganti ke Aryono Miranat. Koh Ar bilang saya harus fokus ke pemulihan kaki. Gel lalu main sama Vita Marissa.

30 Januari 2019 Pelatih atlet bulutangkis Aryono Miranat. Mercy Raya / detikSport

Saat cedera dan butuh waktu pemulihan panjang, tentu saya down. Sedih, karena saya dan Gel lagi bagus-bagusnya, kok malah saya cedera parah.

Ketika Gel berpasangan dengan Vita, hasilnya juga bagus karena mereka bisa nyambung di lapangan.

16 Juni 2007 Greysia Polii dan Vita Marissa memenangkan pertandingan semifinal ganda wanita dalam Sudirman World Badminton Team Championships di Glasgow Skotlandia. AFP PHOTO / BRIAN STEWART

Setelah saya sembuh, saya salut sama Gel karena dia mau kembali lagi berpasangan dengan saya.

Saya salut sama Gel karena dia punya loyalitas. Padahal saya sendiri sudah bilang ke Gel enggak apa-apa dia pasangan dengan yang lain karena itu juga buat kebutuhan dia ke depan. Tetapi Gel setia dan memilih kembali mencoba pasangan dengan saya.

Saya lalu kembali berpasangan dengan Gel di awal 2008 dan tampil di Uber Cup 2008 saat Indonesia jadi runner up.

17 Mei 2008 Jo Novita (baris depan, kedua dari kiri) dan Greysia Polii (baris belakang, ketiga dari kanan) unjuk medali bersama tim Indonesia usai Uber Cup ke-25 di Jakarta. AFP PHOTO / Adek BERRY

Waktu kembali dipasangkan, hasilnya kurang bagus. Karena saya baru pulih dari cedera dan kembali main, kami jadi tidak bisa lolos ke Olimpiade 2008. Akhirnya kita dipisah.

Setelah itu nama saya tak lagi jadi anggota Pelatnas Cipayung di 2009. Saya juga menikah dan kemudian mengikuti suami ke Kanada.

Saat di Kanada, saya masih menyempatkan diri melihat pertandingan bulutangkis. Namun karena perbedaan waktu, jadi sulit untuk mengikuti semuanya. Hubungan dengan Gel juga masih terjaga karena kita rutin komunikasi.

Ketika Gel terkena diskualifikasi di Olimpiade 2012, saya kirim sms ke dia. Kasih semangat. Saya katakan untuk tidak menyerah.

Waktu Olimpiade 2020 datang, saya juga terus menyimak berita. Saya hanya nonton laga final karena tidak semua laga Indonesia disiarkan di Kanada.

Aduh tegang, saya teriak 'ayok-ayok' saat menonton. Tetapi saya lihat kayaknya memang sudah jalannya Gel dan Apri untuk juara.

Soalnya saya lihat permainan mereka tak ada matinya. Sempurna. Perfect.

Banyak kenangan indah antara saya dan Gel. Sampai sekarang pun kalau ngobrol masih penuh canda.

Saya salut sama dia bisa sampai di titik ini. Gel memang layak mendapat hasil bagus seperti ini karena memang kerja kerasnya luar biasa. Saya tahu sekali bagaimana kerja kerasnya.

13 Mei 2008 Jo Novita dan Greysia Polii, di Hall Bulutangkis, Asia Afrika, Senayan, Jakarta, 13 Mei 2008. TEMPO / Ramdani

Pesan saya untuk Gel, di lapangan dia sudah bisa berprestasi, berhasil. Di luar lapangan, saya doakan juga berhasil.

Gel sudah mau fokus ke rumah tangga juga untuk kehidupan barunya. Saya doakan semakin berhasil di luar lapangan badminton.