Saat saya melihat Kevin kecil, dia memang punya bakat bermain bulutangkis. Di rumah ada lapangan bulutangkis, dia sering lihat dan coba-coba. Cara pukulnya sudah benar.
Saya coba cari pelatih dan saya berpikir kalau mau jadi pemain bulutangkis harus dapat pelatih yang bagus; Dia harus punya pondasi yang benar dan kuat. Jadi saya carikan pelatih, ternyata memang bakatnya bagus. Dia juga punya tekad dan kemauan yang keras. Apa yang dia inginkan harus terlaksana.
Kevin Sanjaya di masa kecil dan ibunya.
Arsip pribadi Sugiarto Sukamuljo
Sejak TK, Kevin sudah dilatih dan memang anaknya pemberani. Dimulai dari TK sudah saya latih. Saya bolak-balik Banyuwangi ke Jember itu empat kali seminggu hingga Kevin SD.
Saya ingin Kevin punya pelatih bagus sebagai fondasi awal dan tidak boleh salah. Saya dapatnya di Jember. Jadi saya langsung coba ke Jember. Saat itu Banyuwangi tidak begitu demam bulutangkis.
Banyuwangi ke Jember itu 100 kilometer. Saya jemput dia jam 10 pagi, bawa bekal, peralatan bulutangkis lalu langsung berangkat.
Sampai Jember itu jam 1 siang. Makan dan salin baju di mobil.
Pas Kevin kelas 1 SD, saya ikutkan turnamen antar sekolah tingkat kecamatan. Musuhnya kelas 5 dan kelas 6, tetapi dia tetap juara. Juara 1 terus di tingkat Kecamatan. Waktu kelas 4 SD, ikut turnamen di Bali juga juara.
Kevin Sanjaya di masa kecil dan ibunya.
Arsip pribadi Sugiarto Sukamuljo
Kalau tak salah, saat kelas 4 SD itulah, saat ada Thomas Cup 2004 di Jakarta, saya ajak dia ke Istora. Saya, Kevin, dan teman saya berangkat naik kereta ke Jakarta.
Senang banget dia waktu itu karena kemauannya terhadap badminton memang tinggi. Kalau ada momen Kevin ketiduran, mungkin kecapekan, namanya juga anak kecil. Kasihan juga dia ketiduran saya pegangin.
Kevin memang punya kemauan yang tinggi. Waktu TK, ketika tidak ada latihan, dia main dengan tembok sendiri sampai berkeringat. Disuruh berhenti tidak mau. Dari TK, Kevin memang sudah bisa 'nembok'.
Saya berpikir anak saya punya bakat terpendam. Pas ada iklan di TV tentang penerimaan siswa PB Djarum. Saya bilang ke Kevin, kalau bisa masuk berarti dia hebat. Saya memang perlu carikan klub terbaik untuk anak saya.
Kevin Sanjaya Sukamuljo bersama orang tua merayakan kemenangan pertandingan All England 2017.
CNN Indonesia / Arby Rahmat Putratama
Jadi di usia 10 tahun kelas 5 SD, Kevin saya daftarkan ke PB Djarum. Saya cari info cara daftar dan sebagainya.
Di awal-awal dia oke, nah waktu masuk karantina dia tidak diterima. Saya bilang sama pelatihnya dan tanya kekurangannya apa, biar saya benahi supaya bisa lebih bagus lagi.
Mereka bilang anak ini sebetulnya bagus tetapi terlalu kecil. Belum ada yang segitu usianya kan saat itu.
Mereka bilang tunggu lulus SD saja, akhirnya setelah usia 11 dan lulus SD, saya datang lagi ke Kudus saat audisi. Pelatih yang ada di sana bilang Kevin tidak mesti ikut audisi pertama dan kedua, jadi langsung karantina.
Dia langsung karantina. Di sana seminggu karantina, disuruh pulang terus tunggu kabar diterima atau tidak lewat surat atau telepon.
Nah berarti tinggal tunggu panggilan kan. Saya pulang ke Banyuwangi baru sampai jam 6 pagi, terus istirahat. Jam 9 pagi dapat telepon bahwa besok Kevin harus ke Kudus lagi. Sorenya saya langsung berangkat ke Kudus lagi dan sampai esok paginya.
Sebetulnya, saya tidak tega melihat dia pisah sama orang tua di umur 11 tahun. Tetapi asrama di PB Djarum kan disiplin, ada pengawasan yang terjamin, jadi saya lebih tenang.
Tetapi saya juga sebenarnya bertanya-tanya juga apakah anak ini bisa mandiri atau tidak. Selama seminggu, saya kemudian menginap di hotel sekitar sana untuk memantau dia.
Selama di asrama, Kevin terkadang telepon ke rumah. Tetapi sebagai orang tua, kami tidak pernah tanya dia kerasan atau tidak. Takutnya pertanyaan itu membuat dia sedih.
Tetapi Kevin itu anaknya memang tidak cengeng. Ibunya yang sering tanya kabarnya bagaimana dan dia tidak pernah merengek untuk minta pulang. Mentalnya memang bukan main, berani banget.
Dua tahun di Kudus dan ikut Sirkuit Nasional, Kevin tidak pernah juara. Maksimal delapan besar saja saat main single. Akhirnya pelatih ganda dari PB Djarum Jakarta lihat Kevin main. Dia minta Kevin main di ganda.
Saya bilang: "Apa masih kecil seperti itu tidak apa-apa?"
Mereka bilang tidak apa-apa dari awal yang penting bisa jadi dan ada prestasinya. Saat itu saya ngobrol sama Pak Yoppy Rosimin.
Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo dalam turnamen bulutangkis Axiata Cup di Britama Sport Mall, Jakarta, 30/11/2014.
ANTARA FOTO / Wahyu Putro A
Pada awalnya saat pindah ke ganda, Kevin kurang minat, tetapi setelah diberi pengarahan dia mau juga. Enam bulan di ganda, dia langsung bisa juara Sirnas Balikpapan. Dari situ dia terus melejit dan juara Sirnas di berbagai seri. Walaupun pasangannya berganti, tetapi dia bisa tetap bagus dan jadi juara.
Saya semakin yakin bahwa anak saya ini bisa jadi pemain hebat ketika dia bisa masuk Pelatnas Cipayung. Bisa masuk Pelatnas dan bernaung di sana itu sudah susah kan. Saya bangga sekali dan senang karena kesampaian melihat dia masuk Pelatnas.
Setelah masuk Pelatnas, saya kasih saran agar dia lebih rajin berlatih, dia harus betul-betul bagus dan fokus. Tidak boleh bercabang pikirannya daripada tidak jadi pemain hebat.
Pada awal di Pelatnas, katanya sih Kevin kurang diperhatikan. Tetapi selama itu dia tidak pernah mengeluh, tidak pernah. Dia tidak begitu banyak ngomong juga. Memang tegar dan dewasa.
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di BWF World Tour Finals 2021.
Arsip PBSI
Saat akhirnya Kevin pasangan dengan Marcus Gideon, saya melihat kayaknya cocok juga pasangan dengan Marcus. Kevin juga tidak pernah cerita banyak soal itu saat ia baru dipasangkan dengan Marcus.
Ketika akhirnya dia main bagus dengan Marcus, saya betul-betul puas dengan komitmen dia dan tujuannya. Tekad dan ambisi dia memang besar. Kalau mengerjakan sesuatu harus bisa berprestasi.
Saat Kevin/Marcus kesulitan berprestasi di Kejuaraan Dunia, dia tidak pernah bercerita soal kesulitan melawan ini atau itu. Yang saya tahu dia anaknya memang ingin selalu menang. Kalau kalah, pasti berusaha lagi untuk menang.
Saat Kevin/Marcus terhenti di perempat final Olimpiade, saya terus dukung dia dan berkata bahwa masih ada kesempatan yang akan datang. Yang penting dia tidak boleh patah semangat, coba lagi, coba lagi.
Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di Perempat Final Olimpiade Tokyo, 29/7/21.
REUTERS / Hamad I Mohammed
Dalam dua tahun terakhir sebelum pensiun, saya dengar-dengar dari media bahwa Kevin menghadapi sejumlah hal. Memang anaknya tidak suka banyak cerita. Dia tidak pernah ngomong begini-begini. Dia selalu berusaha untuk terlihat enjoy dan mengambil keputusan sendiri.
Kalau kami bertemu, tidak pernah bahas bulutangkis, rileks saja obrolannya. Makanya saya serahkan keputusan ke dia sendiri asal tetap konsekuen.
Soal pensiun, Kevin pernah ngomong sama saya, kalau tidak salah Januari atau Februari 2024. Saya tidak kaget karena saya sudah bilang ke dia bahwa keputusan yang diambil harus siap dengan konsekuensinya.
Kabar Kevin pensiun mengejutkan banyak orang dan saya juga berpikir demikian. Tetapi kalau diteruskan tanpa prestasi itu percuma. Dia cuma ingin jadi nomor satu.
Umur makin lama makin tua, nanti kalau cuma buat main bulutangkis tanpa prestasi itu buang-buang waktu. Lebih baik dia fokus apa yang ingin dikerjakan mumpung masih muda.
Bagi saya, saya dukung apa yang diinginkan dia walaupun ini keputusan yang berat buat dia. Karena bagaimanapun, dia sudah pegang raket sejak TK.
Saya bersyukur Tuhan sudah kasih prestasi yang luar biasa ke Kevin. Saya berterima kasih kepada banyak pihak, termasuk PB Djarum yang membina dan membimbing Kevin saat kecil. Saya juga berterima kasih pada Badminton Lovers yang selalu memberikan support pada Kevin.
Semoga dengan langkah yang dia ambil, dia bisa sukses di bidang lain.
Sekarang Kevin sudah punya anak, jadi tanggung jawab semakin tinggi. Saya yakin dia bisa sukses karena dia pekerja keras. Saya percaya apa yang dipilih Kevin itu sudah dipikir matang-matang.
Pebulu tangkis Indonesia Kevin Sanjaya pada babak perempat final Daihatsu Indonesia Master 2022 di Istora Senayan, Jakarta Pusat, 10/6/2022.
CNNIndonesia / Adi Ibrahim