Waktu audisi 2007, Fung Permadi diskusi dengan saya. Dia bilang ada anak kecil yang punya kelebihan. Kevin itu bisa menebak arah bola, jadi mainnya tidak kedubrakan. Hal itu dianggap sebagai sebuah keistimewaan untuk pemain seusia dirinya saat itu yang masih 11 tahun.
Yoppy Rosimin
Untuk Kevin & Marcus

Setahun sebelumnya, Kevin sudah ikut audisi, tetapi saat itu tidak diterima. Mungkin karena waktu itu masih terlalu kecil umurnya. Setelah ikut lagi, ada kemajuan yang signifikan dari dirinya.
Seperti dugaan semula, ketika Kevin sudah masuk jadi pemain PB Djarum, dia bermain tidak kedubrakan dan bisa menebak arah bola. Namun lapangan main single kan lebih lebar dibanding main double, sehingga para pelatih melihat potensinya lebih ke ganda. Kami pun memutuskan memindahkan dia dari nomor tunggal ke ganda.
Untuk mencapai keputusan itu, sempat ada diskusi panjang dengan orang tua Kevin karena mereka ingin Kevin tetap di single. Saat itu saya meyakinkan orang tuanya.

Saya janji kalau dalam satu tahun Kevin belum ada prestasi, boleh kalau mau pindah ke Kudus lagi. Karena kami punya keyakinan bahwa potensi dia di ganda itu tinggi sekali.
Dengan pindah ke nomor ganda, itu berarti Kevin pindah ke Jakarta. Mungkin saat itu Jakarta bagi orang daerah kan menakutkan apalagi bagi Kevin yang masih kecil, itu yang lebih jadi perhatian orang tuanya.
Akhirnya kesepakatan tercapai, Kevin pindah ke nomor ganda. Benar saja, dalam kurun waktu tidak sampai satu tahun, Kevin sudah bisa juara di sana-sini. Orang tuanya pun makin oke dengan langkah ini dan bisa tertawa. Beberapa tahun kemudian bisa juara nasional dan masuk pelatnas.
Kalau kembali melirik ke belakang, Kevin itu memang sudah terlihat potensi besarnya dengan kelebihan menebak arah bola. Pelatih sudah melihat potensi besar tersebut.

Selain punya bakat bawaan bayi tersebut, Kevin itu punya sifat tidak mau kalah. Dia itu petarung. Hal itu yang membuat dia makin cepat berkembang.
Saat Kevin/Marcus bisa tampil dominan, kami sangat puas karena performa mereka luar biasa. Semua orang ternganga.
Seiring performa Kevin/Marcus yang melesat, Kevin juga bisa jadi ikon PB Djarum. Dalam audisi, makin banyak pesertanya.
Kami juga bisa bilang bahwa atlet dari kota kecil seperti Banyuwangi pun mampu untuk memiliki prestasi dunia, bukan hanya dari kota-kota besar saja. Jadi anak-anak dari seluruh pelosok juga bisa punya peluang yang sama. Itu inspirasi yang muncul dari kehadiran kevin.
Satu hal penting dalam diri Kevin yang bisa saya lihat adalah dia ini punya rasa kesetiakawanan yang tinggi. Walau sudah jadi superstar, dia masih tetap ingat teman-temannya. Dia tidak berubah dan sangat memperhatikan teman-temannya sejak kecil.
Walau sudah jadi pemain top, ketika teman masa kecilnya datang, dia akan tetap seperti dulu. Kevin itu tidak kaku kalau bertemu dengan orang yang sudah kenal dengannya.

Ketika Kevin ada di posisi teratas, dia bisa datang ke PB Djarum ketika diminta pelatih untuk datang dan berbagi pengalaman. Lalu duduk di meja yang sama dengan anak-anak juniornya yang berusia 15-17 tahun. Mereka ngobrol dengan Kevin dan tentu ini jadi pengalaman yang luar biasa.
Di balik dominasi Kevin/Marcus di BWF Tour, mereka belum berprestasi di Kejuaraan Dunia. Memang belum jodohnya saja, harus sabar. Itu yang saya katakan.
Pada saat dia memutuskan pensiun, saya juga sudah mengingatkan soal Kejuaraan Dunia. Dia bukan tidak ingat. Tentu dia ingin juga, tetapi kan ganda itu dua orang.
Kembali lagi ke pernyataan yang dia utarakan, dia tidak mau jadi penggembira dan harus punya goal. Siapa coba yang tidak mau jadi juara.
Saat Kevin/Marcus tidak dapat medali di Olimpiade 2020, pasti mereka kecewa tetapi bukan berarti cepat menyerah. Dia masih punya semangat, dia tidak pernah mau menyerah dan masih ingin fight lagi. Tetapi kondisi tidak memungkinkan.

Ketika Kevin ada perselisihan dengan pelatih ganda, Herry IP, yang pertama kami lakukan adalah kami coba mendengarkan Kevin. Kevin itu tidak boleh dipojokkan.
Ketika ada yang tidak adil, dia pasti teriak. Tetapi ketika diajak bicara dan diberi pengertian dia akan terima. Tetapi kalau tidak diajak bicara dan logis, dia akan berontak. Intinya begitu. Setelah kejadian itu, sebenarnya motivasi Kevin masih tinggi ketika itu.
Saat Gideon mulai cedera, Kevin butuh partner yang setara karena tidak mungkin mulai dari bawah. Tetapi memang situasinya dilema. Kevin sempat dipasangkan dengan Rahmat yang rankingnya lumayan, tetapi tidak berhasil karena sama-sama pemain depan.

Sedangkan pemain lain sudah punya pasangan masing-masing. Pasangan yang dia inginkan juga juara di All England dan Indonesia Masters. Jadi kan memang dilema.
Keputusan pensiun Kevin itu jelas didasarkan banyak faktor. Memang posisinya tidak enak.
Kondisi Kevin tidak begitu fit karena cedera bahu, kemudian ditambah partner yang diinginkan belum kunjung tiba. Di satu sisi, dia ada kesempatan untuk jadi praktisi bisnis.
Jadi tiga faktor itu: kesempatan jadi praktisi bisnis, partner belum ada, dan cedera bahu belum pulih. Ketika ada kesempatan bisnis, itu yang dipilih. Saya kira itu pilihan yang wajar meski Kevin belum pernah jadi juara dunia.
Dia sudah pernah merajai super series selama bertahun-tahun. Tetapi dia tidak bisa mengejar impiannya untuk jadi juara dunia. Karena dia tidak mau jadi penggembira dan harus punya tujuan, makanya diambil keputusan untuk pensiun.
Saat Kevin mengutarakan keinginan untuk pensiun, kami coba menenangkan dirinya dulu. Kami bertemu dia. Kami bilang sabar dan tunggu momen yang tepat. Tetapi ketika momen yang ditunggu tidak datang-datang, ya sudah. Dia memutuskan jadi praktisi bisnis dan saat itu saya lihat keputusan terbaiknya memang itu.
Menarik Kevin ke PB Djarum juga tidak mungkin. Kendalanya bukan di PBSI, tetapi ketiadaan partner di PBSI dan di luar PBSI. Tidak ada.

Ada mungkin partner yang setara di luar Indonesia, tetapi apa yang mau dicari? Kalau pasangan beda negara, hanya bisa mencari gelar super series. Dia sudah merajai super series itu.
Tujuan yang belum didapat Kevin kan saat ini Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Kalau sama pebulutangkis dari negara lain kan tidak mungkin bisa main di Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Hanya bisa main dengan pemain yang satu negara.
Kami berusaha cukup lama untuk meyakinkan Kevin tidak pensiun. Tidak hanya saya, tetapi banyak orang-orang di PB Djarum sama-sama ikut diskusi dan mencari solusi yang terbaik.
Sebagai pribadi, saya pun pasti tidak mau terima keputusan Kevin untuk pensiun. Saya bilang sabar dan jangan emosi. Tunggu dulu, tetapi kalau tunggu juga mau sampai kapan karena usia bertambah terus?
Kalau dia menganggur terlalu lama tanpa kejelasan pasti dia tidak mau. Kalau latihan saja tetapi tidak bertanding juga pasti tidak mau.
Akhirnya kami tidak bisa apa-apa, itu pilihan terbaik dia. Direlakan dan diikhlaskan. Walaupun awalnya bagi saya, eman-eman banget.
Dia punya talenta besar. Semua orang akan selalu berpikir begitu. Talenta besar dan kemampuan tinggi.
Kevin akan selalu jadi keluarga besar PB Djarum. Kevin dari kecil sudah jadi inspirasi bagi banyak pebulutangkis lainnya. Kevin adalah gambaran bagi atlet-atlet muda bahwa semua bisa punya kesempatan meskipun berasal dari kota kecil yang sebelumnya tidak ada histori dalam sejarah bulutangkis Indonesia.
Saya harap dia bisa sukses di bidang bisnis. Saya yakin dia pasti bisa.
