Surat-surat untuk Ahsan / Hendra
Hendra Setiawan
Untuk Mohammad Ahsan

Saat saya gagal lolos Olimpiade 2012, saya cukup kecewa juga. Maksudnya saya berpikir: "Wah empat tahun lalu saya juara, tetapi tahun ini malah gak lolos." Sudah gitu, selisih poinnya cuma sedikit. Jadi saya cukup kecewa juga.

Sebenarnya waktu saya belum berpasangan dengan Ahsan, saya sebenarnya gak terlalu perhatikan junior-junior. Waktu itu kan latihannya juga beda. Terus saya benar-benar fokus ke diri sendiri waktu itu.

Tetapi saya pernah berhadapan dengan Ahsan/Bona di SEA Games 2011. Selain itu kami pernah berpasangan di Sudirman Cup 2009. Waktu itu intinya sederhana, dipasangkan dengan siapapun, saya harus siap.

Waktu itu memang saya melihat Ahsan punya potensi. Cuma karena masih muda, jadi masih perlu dipoles. Tetapi dengan masuk tim Sudirman Cup, itu berarti sudah bagus.

Ketika pada akhirnya saya berpasangan dengan Mohammad Ahsan secara permanen di 2012, saya lebih banyak ngomong. Saya coba sharing pengalaman saya sebelumnya.

Saat mulai bermain dengan Ahsan, saya mikirnya cuma saya pengen masuk Top 10. Itu saja sudah cukup.

Cuma kemudian kami juara Malaysia Open 2013. Terus tahu-tahu dari situ bisa final-final turnamen lainnya dan juara lebih cepat. Saya sih waktu itu ngebayanginnya butuh waktu setahun untuk bisa menembus peringkat delapan ke atas. Ternyata gak nyangka, kami bisa posisi nomor satu dunia.

Kami bisa juara dunia dua kali, juara All England, juara Asian Games. Sebenarnya, meraih medali Olimpiade bagi Ahsan/Hendra itu kesempatan terbesar ada di 2016. Kami sudah latihan maksimal. Cuma memang belum dikasih rezeki saja kali ya.

Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan ketika memenangi All England 2014. Dok. PBSI

Soal gugup, semua yang main di Olimpiade pasti ada rasa gugup. Mungkin kami gak bisa mengatasi hal itu. Apalagi waktu itu cuma satu pasang yang lolos. Ada pengaruh juga dari faktor itu. Pressure-nya lebih terasa. Kalau dua pasang begitu kan pasti terbagi pressure-nya.

Setelah Olimpiade, saya berpisah sama Ahsan karena saya keluar Pelatnas. Saat itu saya sudah mikir mungkin ini akhir karier lah. Maksudnya, saya mau coba-coba saja partner dengan yang lain.

Waktu itu saya gak mau ajak Ahsan keluar dari Pelatnas, karena di luar Pelatnas Cipayung itu susah. Di luar Pelatnas, kita harus ngurus sendiri semua-semuanya.

Selain itu, saya juga mikir takutnya saya di jalan sudah mau berhenti, nanti Ahsan gak ada partner lagi. Saya memang punya keinginan ajak Ahsan tetapi gak gampang di luar Pelatnas saat itu.

Karena itu saya gak nyangka pada akhirnya bisa kembali pasangan sama Ahsan di 2018. Terus kami bisa meraih tiga gelar bergengsi di 2019, All England, Kejuaraan Dunia, dan BWF World Tour Finals.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juara All England 2019. Dok. PBSI

Gak ada rahasia apa-apa di balik keberhasilan itu. Kami gak nyangka bisa dapat tiga gelar itu padahal kalah terus sama Sinyo/Kevin di turnamen-turnamen lainnya. Benar-benar gak menyangka.

Berpasangan dengan Ahsan, juga dengan Markis Kido, saya tidak pernah berantem. Kalau beda pendapat, pasti ada. Cuma balik lagi, kami harus saling menerima. Intinya, harus mendengarkan hal yang dibicarakan oleh partner.

Jadi kalau misalkan di hati gak cocok, tapi di dalam lapangan harus meredam. Kalau gak bisa kontrol emosi, pasti buyar.

Selama jadi partner, Ahsan sempat cedera. Kalau sudah begitu, saya bilang kalau sudah gak bisa, jangan dipaksa. Karena setiap orang ada limitnya.

Tapi sebenarnya saya sendiri juga banyak cederanya. Jadi kalau kami main dan sedang ada yang cedera, biasanya yang cedera itu yang harus lebih banyak ke depan. Yang masih fresh cover di belakang.

Saat memutuskan untuk pensiun, intinya saya ngomong ini adalah tahun terakhir. Dan tampil di Indonesia Masters terakhir. Mungkin Ahsan juga merasa sudah cukup atau capek. Intinya, Ahsan juga mau pensiun.

Ahsan itu tipe yang penuh semangat, kalau saya lihat dia memang tipenya seperti itu. Kalau tipenya begitu, jangan diubah. Kalau disuruh diam saja mungkin mainnya malah gak akan keluar. Sebaliknya kalau saya disuruh teriak-teriak terus, permainan saya juga gak akan keluar.

Dengan bertambah usia, Ahsan juga jadi lebih kalem. Itu wajar. Dulu kan masih muda.

Ahsan itu menurut saya seorang yang lurus. Gak pernah lewat untuk berdoa. Orang yang mau dengar masukan dari orang lain.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan lolos ke final All England 2023. Dok. PBSI