Awal masuk Hendra ke Jaya Raya itu karena kami kan sudah kenal baik lebih dulu dengan orang tuanya. Orang tuanya kan asal Pemalang dan juga punya klub. Jadi orang tuanya menitipkan Hendra ke Jaya Raya.
Saat itu kan postur Hendra bagus, kemudian mainnya juga oke. Tetapi anaknya memang pendiam sejak awal.
Imelda Wiguna Pembina PB Jaya Raya.
CNN Indonesia / Adi Maulana Ibrahim
Awalnya Hendra tentu main di tunggal dulu. Tetapi karena prestasi di tunggal tidak terlalu wah, akhirnya pindah dan main di ganda.
Saat Hendra masuk Pelatnas Cipayung, aku lihat Hendra tidak mengalami kesulitan untuk adaptasi walau seniornya saat itu terbilang punya prestasi yang hebat-hebat.
Hendra itu kan soal membawa diri terbilang bagus. Namun yang harus kita semua tahu, kalau atlet sukses itu pasti juga karena usahanya yang luar biasa.
Hendra itu selalu menambah porsi latihan. Kebetulan saat itu Christian Hadinata juga masih aktif memantau di nomor ganda putra. Jadi peran Christian juga sangat besar bagi Hendra dan Markis Kido.
Ketika Hendra dan Kido kembali berpasangan di Pelatnas Cipayung, memang menurut aku itu pasangan yang paling cocok dan pas. Meskipun kalau dilihat dari postur tubuh kayak kebalik ya, harusnya yang tinggi itu kan di belakang.
Kalau Kido dan Hendra, kan Kido yang lebih banyak bertugas menyerang, jadi Kido lebih sering di belakang. Sedangkan Hendra main di depan netnya itu bagus banget. Jadi mereka pasangan yang ideal.
Jadi menurut aku, sudah kelihatan bahwa mereka bakal sukses. Karena keduanya juga semangat.
Saat mereka bisa juara Olimpiade Beijing 2008, salah satu kuncinya yang juga merupakan barang langka di Indonesia, itu karena mereka punya mental kuat.
Keduanya saling mendukung dan faktor mental keduanya yang paling hebat. Bagus banget. Kalau enggak punya mental, gak akan bisa juara di sana sini kan?
Yang satu garang, yaitu Kido. Yang satu tenang, yaitu Hendra, Keduanya juga enggak saling menyalahkan. Jadi klop.
Saat Kido/Hendra memutuskan keluar Pelatnas Cipayung, ya kaget juga. Tetapi kalau pemain sudah dewasa seperti itu dan berpengalaman, kami tahu pasti ada alasan kuat.
Gak mungkin juga kami bilang: "jangan".
Mereka pasti sudah tahu apa yang mereka lakukan.
Saat mereka keluar Pelatnas Cipayung, aku masih yakin bahwa mereka bisa tetap berprestasi dan hebat. Kan masih bisa juara Asian Games kan?
Karena sebagai mantan atlet, aku kan juga bisa menilai ya. Ketika pada akhirnya Kido dan Hendra berpisah, aku juga masih yakin bahwa mereka masih bisa tetap hebat dengan pasangan baru masing-masing.
Dan pada akhirnya Kido juga bisa bagus kan sama Gideon, begitu juga Hendra sama Mohammad Ahsan.
Soal Ahsan, aku melihat dia memang pemain bagus. Saat Ahsan/Hendra berpasangan, aku lihat tentu ada penyesuaian dan perubahan permainan dari Hendra. Karena kalau menurut aku bola-bola Kido itu istimewa dan susah banget diprediksi, jadi tentu saat Ahsan/Hendra berpasangan, ada perubahan pola permainan.
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan (kanan) dan Mohammad Ahsan (kiri) berpose usai mengalahkan ganda putra Taiwan Chiang Chien-Wei dan Wu Hsuan-Yi pada babak 32 besar Daihatsu Indonesia Masters 2025 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (21/1/2025). Ahsan/Hendra melaju ke babak 16 besar usai menang dengan skor 21-19, 22-20.
ANTARA FOTO / Fauzan / rwa
Dan pada akhirnya Ahsan/Hendra bisa bertahan lama sebagai pasangan. Kalau menurut aku, itu karena mereka berdua sama-sama tahu, sama-sama sadar diri. Apalagi ketika mereka berdua main profesional.
Sedangkan soal Hendra yang bisa bertahan lama main di dunia badminton, sampai umur 40 tahun, itu karena masa jaya seorang atlet ditentukan pola hidup.
Karena dia kan gak sembarangan orangnya. Gak begadang malam-malam, gak merokok, gak minum minuman keras. Jadi dia memang hidup sebagai atlet, bukan hidup sebagai selebriti gitu kan.
Hendra itu benar-benar luar biasa. One of the best. Orangnya tuh humble banget, rendah hati banget.
Pengalaman yang gak mungkin aku lupa, saat pertandingan beregu yang melibatkan junior juga. Nah Hendra itu bisa jadi panutan. Karena meski dia sudah juara Olimpiade, juara di mana-mana, tetapi ketika ikut kejuaraan beregu yang melibatkan junior, dia masih mau menelepon, kasih tau adik-adiknya.
Nanti kalau ada pakaian kotor dikumpulkan oleh Hendra untuk di-laundry. Bahkan setelah selesai laundry, dia juga yang mengatur.
Itu menurut aku sebuah kejadian yang langka. Jarang banget senior itu mau melakukan itu untuk juniornya. Yang ada kebanyakan senior itu nyuruh-nyuruh junior.
Kalau menurut aku, salah satu atlet Indonesia yang terbaik, dari segi attitude dan lain-lainnya ya itu Hendra.
Untuk ke depannya buat Hendra, mesti hati-hati jangan salah pilih. Banyak berdoa supaya langkah hidup selanjutnya tidak salah. Karena kan semuanya terbuka lebar-lebar untuk dia.
Pasti banyak tawaran ini, tawaran itu. Tetapi sebelum memutuskan, berdoa dulu. Supaya keputusan tidak salah. Karena kalau sudah salah kan menyesal. Nah kalau menyesal, kan tidak ada obatnya. Yang paling tidak bisa diobati itu penyesalan karena tidak bisa balik lagi.
Pesan aku terakhir, please Hendra balik lagi ke Jaya Raya, jadi Ketua.