Mengenal Vaksin
Selain obat dan ketat protokol kesehatan, vaksin jadi salah satu harapan umat manusia untuk keluar dari pandemi Covid-19. Ilmuwan dan para ahli di seluruh dunia pun kini bekerja dalam kecepatan luar biasa untuk menghadirkannya.




-
1
Vaksin adalah zat atau senyawa yang disuntikkan/dimasukkan ke dalam tubuh agar memproduksi antibodi.
-
2
Vaksin dibuat dari bakteri, racun, instruksi genetik, atau virus yang telah dilemahkan/dimatikan.
Vaksinasi
adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh.
-
3
Antibodi ini yang akan membuat seseorang kebal terhadap penyakit.
Imunisasi
adalah proses ketika tubuh kebal terhadap penyakit.

“Berbeda dari obat, vaksin berfungsi untuk mencegah penyakit”

Cara Vaksin
Membentuk
Kekebalan Tubuh
Efek Samping Vaksin
Kehadiran vaksin di dalam tubuh akan memicu sistem imun dan menimbulkan beberapa gejala (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi/KIPI). Efek samping ini biasanya hilang dalam satu pekan.




-
1
Demam
-
2
Seolah mengalami flu
-
3
Pusing
-
4
Rasa sakit dan Bengkak pada tangan yang disuntikkan
-
5
Rasa lelah
Vaksin baru diberi izin edar kalau reaksi/gejala berat sangat jarang terjadi dalam uji klinis.
Setiap petugas vaksinasi harus tahu gejala reaksi alergi agar dapat mengambil tindakan selanjutnya.
Komnas KIPI membuka kanal laporan jika masyarakat merasakan gejala dan reaksi tidak biasa usai mendapat vaksin.
Proses Uji Klinis



Tahap
eksplorasi
Merupakan tahapan penelitian awal di laboratorium, untuk mencari antigen (virus, partikel virus, bakteria, atau senyawa) yang bisa digunakan untuk mencegah suatu penyakit.
Lama: 2-4 tahun

Tahap
pra klinis
Kandidat vaksin diuji pada hewan, seperti tikus atau monyet. Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan vaksin dan apakah memicu kekebalan tubuh.
Lama: 1-2 tahun

Tahap
klinis
Fase I
-
Diujikan pada sekelompok kecil sukarelawan (<100)
-
Tujuan
Menguji keamanan, melihat efek samping, dan tingkat kekebalan yang bisa dihasilkan.
-
Frekuensi
Vaksin akan disuntik dua kali dengan jeda empat minggu sekali.
-
Syarat lolos uji:
terbentuk sistem imun, tidak ada efek samping.
-
Lama: 1-2 tahun
Fase II
-
Diujikan pada ratusan orang (100-300) yang terbagi ke beberapa grup, seperti anak-anak atau orang tua.
-
Tujuan
menguji tingkat keamanan, hasil yang diiinginkan, efek samping, dosis, serta jadwal pemberian vaksin.
-
Pemantauan
ditentukan tim dokter, biasanya paling lambat tiap tujuh hari sekali harus kontrol.
-
Lama: 1-2 tahun
Fase III
-
Diujikan pada ribuan orang (2.500-10 ribu) pada daerah dengan tingkat infeksi tinggi.
-
Tujuan
menguji tingkat keamanan dan efektivitas.
-
Pemantauan
Relawan dibagi dua kelompok. Satu kelompok disuntik vaksin, kelompok lain mendapat plasebo (cairan non-vaksin seperti air garam).
Dipantau ketat oleh lembaga seperti BPOM dan pakar yang ditunjuk. -
Lama: 2-4 tahun

Persetujuan
Pihak berwenang mengecek data hasil uji dan pengajuan lisensi. Proses ini bisa berlangsung berbarengan dengan produksi vaksin.
Lama: 1-2 tahun
Pada situasi pandemi, vaksin bisa mendapat izin pakai terbatas sebelum mendapat persetujuan formal, atau dikenal sebagai Emergency Use Authorization (EUA)/otorisasi penggunaan darurat. EUA bukan izin edar, dan hanya dikeluarkan dalam kondisi mendesak untuk kelompok tertentu.

Produksi

Kontrol Kualitas
(Uji Klinis Fase 4)
Durasi Pengembangan Vaksin




Produksi

*Ilustrasi proses produksi vaksin dari virus yang sudah dilemahkan (live attenuated) atau dimatikan (inactivated)

*Ilustrasi proses produksi vaksin dari virus yang sudah dilemahkan (live attenuated) atau dimatikan (inactivated)
-
1
Pengecekan bahan mentah untuk memastikan kualitas vaksin.
-
2
Pengambilan bibit vaksin terbaik, agar jumlahnya memenuhi kebutuhan pembuatan vaksin.
-
3
Inokulasi dan kultivasi, penanaman virus/bakteri pada suhu yang sudah dimurnikan.
-
4
Proses memanen virus dan bakteri.
-
5
Inaktivasi yaitu melakukan pelemahan/inaktivasi virus atau bakteri.
-
6
Pemurnian virus /bakteri sudah tumbuh, proses ini untuk menghilangkan zat-zat yang tidak relevan dengan produk vaksin.
-
7
Memformulasi bulk vaksin yang telah dimurnikan dengan zat-zat tambahan.
-
8
Melakukan pengisian vaksin ke dalam kemasan.
-
9
Pengemasan produk, termasuk memberikan label.
-
10
Siap dikirimkan.
Jenis vaksin
Covid-19
Vaksin secara garis besar terdiri atas tiga jenis, yaitu vaksin yang dibuat dari virus utuh yang dilemahkan, dari virus yang mati, atau dari bagian tubuh virus.



Jenis Vaksin
Dari virus hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine)
Dari virus mati (killed/ inactivated virus)
Dari potongan badan virus
Cara
Vaksin dibuat dari patogen yang telah dilemahkan tapi tidak dibunuh.
Virus/bakteri tidak akan menyebabkan penyakit, tapi bisa merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap sistem imun.
Vaksin dibuat dari patogen yang dinonaktifkan (inactivated), bisa dengan suhu panas, radiasi, atau bahan/reaksi kimia.
Hanya menggunakan bagian tertentu dari virus yang bisa merangsang antibodi.
Virus dipecah menjadi beberapa bagian menggunakan pelarut seperti eter.
Terkini, pembuatan vaksin dapat menggunakan genetik rekombinan, yaitu gen untuk protein dimasukkan ke dalam organisme lain untuk menumbuhkan protein dalam jumlah besar.
Vaksin ini dapat memberikan imunitas lebih kuat dan perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan satu atau dua kali.
Bisa diberikan pada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Dianggap lebih aman, karena tidak dibuat dari virus utuh.
Dapat diproduksi lebih cepat ketimbang vaksin dari virus mati/dilemahkan.
Vaksin ini tidak dapat diberikan pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
Vaksin harus diberikan secara berulang-ulang karena menghasilkan imun lebih lemah.
Tidak menghasilkan respons imun sekuat vaksin virus secara keseluruhan.
Perlu disertai pemberian senyawa yang disebut adjuvan untuk meningkatkan respons imun.
Contoh Vaksin
Vaksin MMR, Cacar, Demam Kuning, Rotavirus.
Vaksin flu, Hepatitis-A, Polio, Rabies.
Vaksin Hepatitis B, Pneumococcal (penyebab meningitis atau pneumonia), HPV, Cacar Api.
Jenis Vaksin

Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine)
Cara
Vaksin dibuat dari patogen yang telah dilemahkan tapi tidak dibunuh. Virus/bakteri tidak akan menyebabkan penyakit, tapi bisa merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap sistem imun.
Vaksin ini dapat memberikan imunitas lebih kuat dan perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan satu atau dua kali.
Vaksin ini tidak dapat diberikan pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
Contoh Vaksin
Vaksin MMR, Cacar, Demam Kuning, Rotavirus.
Jenis Vaksin

Vaksin dari virus mati (killed/ inactivated virus)
Cara
Vaksin dibuat dari patogen yang dinonaktifkan (inactivated), bisa dengan suhu panas, radiasi, atau bahan/reaksi kimia.
Bisa diberikan pada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Vaksin harus diberikan secara berulang-ulang karena menghasilkan imun lebih lemah.
Contoh Vaksin
Vaksin flu, Hepatitis-A, Polio, Rabies.
Jenis Vaksin

Vaksin dari potongan badan virus (killed/ inactivated virus)
Cara
Hanya menggunakan bagian tertentu dari virus yang bisa merangsang antibodi.
Virus dipecah menjadi beberapa bagian menggunakan pelarut seperti eter.
Terkini, pembuatan vaksin dapat menggunakan genetik rekombinan, yaitu gen untuk protein dimasukkan ke dalam organisme lain untuk menumbuhkan protein dalam jumlah besar.
Dianggap lebih aman, karena tidak dibuat dari virus utuh. Dapat diproduksi lebih cepat ketimbang vaksin dari virus mati/dilemahkan.
Tidak menghasilkan respons imun sekuat vaksin virus secara keseluruhan.
Perlu disertai pemberian senyawa yang disebut adjuvan untuk meningkatkan respons imun.
Contoh Vaksin
Vaksin Hepatitis B, Pneumococcal (penyebab meningitis atau pneumonia), HPV, Cacar Api
Tipe-tipe
Vaksin Lainnya
-
Vaksin partikel mirip virus (Virus-like particles/VLP)
Berisi molekul/partikel yang menyerupai virus, tapi tidak menginfeksi. Partikel bisa dibuat dari bakteri atau mikroorganisme. Vaksin tipe ini aman, tapi sukar untuk diproduksi dalam jumlah massal.
-
Vaksin vektor virus yang tidak mereplikasi (non-replicating viral vector)
Menggunakan virus tidak berbahaya yang telah disuntikkan instruksi genetik untuk memancing imun tubuh. Virus tidak bisa mereplikasi di dalam tubuh sehingga tidak menyebabkan penyakit. Bahan virus yang biasa digunakan adalah adenovirus.
-
Vaksin RNA
Berisi instruksi genetik yang disuntikkan ke dalam sel otot, sehingga tubuh memproduksi antigen. Vaksin tipe ini tidak menghasilkan respons imun yang kuat dan saat penyuntikannya membutuhkan bahan pembantu.
-
Vaksin DNA
Mirip dengan RNA, tapi menggunakan potongan DNA melingkar kecil (plasmid). Meski relatif murah untuk produksi massal dan distribusinya tidak membutuhkan kulkas khusus, vaksin tipe ini membutuhkan adjuvan untuk menghasilkan respons imun.