Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah kader Golkar menuju Bandung, Sabtu (30/8). Mereka menghadiri acara silaturahmi dan halal-bihalal Paguyuban Pasundan di Hotel Horison. Banyak relawan Jokowi-JK di antara tamu undangan. Kader senior Golkar yang juga wakil presiden terpilih, Jusuf Kalla, juga ada di sana.
“Paguyuban Pasundan sudah berumur 101 tahun. Ini organisasi netral, tapi kebanyakan anggotanya kader lintas partai pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut dua,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita, mantan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Golkar yang dipecat partainya karena mendukung Jokowi-JK pada Pemilu Presiden 2014.
Selain Agus, hadir pula Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ace Hasan Syadzily di acara itu. Menurut Agus, Paguyuban Pasundan malam itu sekaligus menggelar syukuran karena pemilu berjalan lancar. “Bukan selamatan atas kemenangan Jokowi, tapi atas kesuksesan penyelenggaraan pemilu,” ujar Agus di Jakarta, Senin (1/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putra mantan menteri Ginandjar Kartasasmita itu mengatakan, peran Paguyuban Pasundan dalam memenangkan Jokowi-JK di Jawa Barat amat signifikan. Jokowi-JK semula sulit menggaet suara di Jabar yang kepala daerahnya didominasi oleh kubu Prabowo-Hatta. Barulah setelah Paguyuban Pasundan bergerak, ujar Agus, perolehan suara Jokowi-JK meningkat tajam di provinsi itu.
Agus yang berbincang dengan CNNIndonesia di restoran Jepang Koiki di apartemen Senopati Suites, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu kemudian bercerita soal kiprah kader-kader Golkar dalam kampanye pemenangan Jokowi-JK.
“Tak jauh dari sini, tinggal jalan kaki saja, ada Jenggala Center, posko relawan Jokowi-JK yang diresmikan Pak JK. Tiap hari ada acara deklarasi di sana, seperti di Rumah Polonia-nya Prabowo-Hatta. Restoran ini juga jadi tempat nongkrong kami,” kata Agus.
Menurut mantan Wakil Ketua Komisi I itu, pengelola Jenggala Center yang tiap hari menongkrongi posko itu adalah para pengurus DPP Golkar. Dari 100 persen pengurus DPP Golkar, ujarnya, mungkin ada sekitar 80 persen yang kerap berseliweran di Jenggala Center, sedangkan sisanya 20 persen di Rumah Polonia.
“Ada
silent majority di Golkar. Mereka ini
safety player –diam, tapi sesungguhnya tak setuju dengan banyak sikap DPP Golkar di bawah Ketua Umum Aburizal Bakrie,” kata Agus yang saat ini bersama Nusron Wahid dan Poempida Hidayatulloh menggugat DPP Golkar ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat atas pemecatan yang dilakukan partai beringin terhadap ketiganya.
DPP Golkar di bawah Ical –sapaan Aburizal, di mata Agus merupakan periode yang paling berantakan sepanjang sejarah berdirinya partai itu. Puncak kegagalan Ical terlihat pada kegagalan Golkar di Pemilu 2014. “Target Golkar tak tercapai. Jumlah kusi Golkar di DPR turun drastis,” kata dia.
Oleh sebab itu Agus yakin, pada akhirnya kekuatan Ical di Golkar bakal pudar. “Tak jadi masalah apakah musyawarah nasional Golkar digelar tahun 2014 atau 2015. Waktu sekarang tidak relevan. Silent majority di Golkar ingin perubahan fundamental,” ujarnya.
Agus yang sampai saat ini masih berhubungan baik dengan banyak rekannya di Golkar pun berniat membawa revolusi mental Jokowi ke internal Golkar. “Banyak yang perlu kami ubah. Pada saat yang tepat,
silent majority di Golkar ini akan keluar dan berani bersuara,” kata dia.
Terkait munas yang salah satu agendanya pemilihan ketua umum Golkar, Ketua DPP Golkar Yorrys Raweyai menolak munas digelar tahun 2015. “Pilihannya antara melaksanakan AD/ART bahwa munas digelar lima tahunan atau melaksanakan rekomendasi munas 2009,” ujar Yorrys, Selasa (2/9).
Posisi AD/ART, kata Yorrys, jelas lebih tinggi daripada rekomendasi munas 2009 di Riau. Terlebih rekomendasi munas Riau agar munas berikutnya digelar tahun 2015 atau setahun lebih lambat dari seharusnya, disusun atas catatan tertentu.
“Tahun 2011, Aburizal Bakrie jadi satu-satunya calon Ketua Umum Golkar. Tahun 2012, dia memenangkan kursi Ketum Golkar. Tahun 2013, (munas Riau mengamanatkan agar) Golkar memenangkan seluruh pilkada. Tahun 2014, ARB harus menang Pemilu Presiden,” kata Yorrys.
Politisi Papua itu menyatakan, munas Riau memprediksi Pemilu Presiden 2014 berlangsung dua putaran. Oleh sebab itu munas Riau merekomendasikan munas selanjutnya digelar tahun 2015 usai kedua putaran pilpres rampung. Nyatanya Pilpres hanya berlangsung satu putaran dan ARB tidak terpilih menjadi presiden.
“Padahal rekomendasi agar munas digelar 2015 dengan catatan ARB menjadi presiden 2014,” ujar Yorrys. Bila kondisinya kini tidak sesuai amanat munas Riau, kata dia, maka sudah seharusnya Golkar kembali kepada AD/ART partai.
Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono, Jumat (31/8), mengatakan tak lagi mempersoalkan apakah munas digelar 2014 atau 2015. Kapanpun munas digelar, Agung siap memperebutkan kursi ketua umum Golkar. “Jangan ada perpecahan di partai. Harus ada
win-win solution. Selama Golkar masih dipimpin oleh DPP sekarang, ya mari ikuti (apa mau Ketum),” kata Menko Kesra itu.