MUNAS GOLKAR

Rontoknya Para Penantang Ical

CNN Indonesia
Selasa, 02 Des 2014 10:46 WIB
Satu demi satu, para bakal calon ketua umum yang hendak melawan Ical, mundur. Sang petahana di atas angin, aklamasi di depan mata. Tapi ada satu lawan tersisa.
Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie saat membuka Musyawarah Nasional Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, Minggu (30/11). (Antara/Puspa Perwitasari)
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Musyawarah Nasional Partai Golkar IX memasuki hari ketiga, Selasa (2/12). Pemilihan ketua umum belum juga dimulai, tapi nama-nama bakal calon ketua umum penantang petahana Aburizal Bakrie (Ical) rontok satu demi satu. Mereka mengibarkan bendera putih sebelum perang dimulai.

Sejak awal, sejumlah kader Golkar berpendapat Munas Bali terkesan dipaksakan. Munas sedianya berlangsung Januari 2015, namun atas keinginan Ical melalui Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar di Yogyakarta (17/11), Munas dipercepat menjadi 30 November. Percepatan Munas lantas oleh para rivalnya dianggap akal-akalan Ical untuk memuluskan langkahnya kembali menguasi kursi ketua umum Golkar.

Agenda Munas dituding direkayasa agar Ical bisa menang secara aklamasi. Tudingan itu, entah benar atau tidak, mulai jadi kenyataan. Bakal calon ketua umum pertama yang mundur sebelum bertanding adalah anggota Dewan Pertimbangan Golkar MS Hidayat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan menteri perindustrian itu –dengan alasan melihat dukungan yang kuat untuk Ical– mengundurkan diri dan meminta para pendukungnya untuk mengalihkan suara ke Ical. Suatu berkah bagi Ical.

Bakal calon ketua umum lainnya yang dianggap sebagai salah satu terkuat Ical, Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono, tak hadir di Munas sehingga otomatis tak bertarung dengan Ical. Upaya mediasi yang dilakukan Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung agar Agung dan Ical berdamai pun gagal total.

Baik Agung maupun Ical sama-sama keras kepala. Ical menolak mentah-mentah tawaran damai Akbar agar pemilihan ketua umum Golkar diundur ke tahun 2015, tak perlu dilakukan pada Munas kali ini. Wajar karena saat ini Ical di atas angin. Ia mengantongi mayoritas dukungan dari Dewan Pimpinan Daerah Golkar.

Sementara Agung sama menolak tawaran Akbar, menganggap Munas tanpa pemilihan ketua umum tak bisa dipisahkan. Alhasil, setelah berdiam tiga hari di Bali tanpa sekalipun menginjakkan kaki di lokasi Munas, Ketua Tim Penyelamat Partai Golkar itu terbang meninggalkan Bali. Padahal Hotel Melia tempatnya menginap berjarak tak jauh dari Hotel Westin, Nusa Dua, tempat digelarnya Munas.

Dari Bali, Agung bertolak ke Jakarta dengan tekad akan tetap menggelar munas tandingan pada Januari 2015. Suatu malapetaka bagi Golkar. Upaya perdamaian bagai menghantam tembok kokoh. Partai beringin benar-benar terancam terbelah. (Baca: Kunci Golkar Dipegang Ical, Akbar Tak Berdaya)

Bakal calon ketua umum Golkar lainnya yang batal bertanding adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Priyo Budi Santoso. Semalam, Senin (1/12), Priyo menggelar konferensi pers di Hotel Lagoona, juga di kawasan Nusa Dua. Ia sakit hati sampai ke ubun-ubun.

Mantan wakil ketua DPR itu mengemukakan seluruh unek-unek dan kekecewaannya terhadap Ical dan Ketua Panitia Pengarah Munas Nurdin Halid yang merampas kartu peserta Munasnya sehingga dia tak bisa memasuki lokasi Munas. Priyo menyebut Ical sebagai ketua umum terburuk sepanjang sejarah Golkar, dan menuding Nurdin mengarahkan DPD I Golkar untuk memenangkan Ical.

Tudingan itu, menurut Priyo, diperkuat dengan bukti rekaman Nurdin yang bocor ke awak media. Dalam rekaman itu, ada upaya menggiring Tata Tertib agar menghasilkan aklamasi bagi Ical. Namun Nurdin membantah tuduhan itu. Ia membenarkan bertemu DPD I Golkar, tapi hanya untuk konsolidasi pra-Munas.

Lawan terakhir Ical yang tumbang adalah Ketua DPP Golkar Airlangga Hartarto. Kader muda Golkar itu mundur dari bursa calon ketua umum karena menganggap sudah tak ada ruang demokrasi di Munas Bali. Tak ada peluang untuk bersaing secara sehat dengan Ical. Pertama dalam sejarah Golkar, kata dia, tata tertib diembargo dan disahkan tanpa dibahas lebih dulu oleh seluruh peserta Munas.

Ical pun hampir pasti terpilih kembali sebagai ketua umum partai beringin. Aklamasi hampir pasti terlaksana. Ia tak keberatan bila seluruh pesaingnya mundur sehingga dia menjadi calon tunggal ketua umum Golkar. “Bagus jika seperti itu,” sahut Ical, enteng.

Namun mendadak, menjelang pergantian hari, politikus senior Golkar Zainal Bintang maju ke arena perang. Dia mengatakan tak rela pemilihan ketua umum Golkar digelar aklamasi, sehingga akan mencalonkan diri menantang Ical. Zainal mengklaim sudah mengantongi 30 persen dukungan suara dari peserta Munas sebagai syarat maju menjadi calon ketua umum.

Zainal hendak mengambil alih dukungan suara yang sebelumnya ditujukan untuk Airlangga, Agung, dan Priyo. Menurut Zainal, partai sebesar Golkar dengan banyak kader potensial di dalamnya, tak pantas memiih ketua umum secara aklamasi.

Maka ketika para lawan Ical rontok, tinggal tersisa Zainal. Seberapa jauh ia serius dan berani menantang Ical akan terlihat hari ini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER