Nusa Dua, CNN Indonesia -- Politikus senior Golkar Zainal Bintang akan mencalonkan diri sebagai ketua umum partainya dalam Musyawarah Nasional IX Golkar di Nusa Dua, Bali. Meski terkesan mendadak, Zainal yakin bisa memenuhi persyaratan dukungan 30 persen suara peserta Munas untuk bisa maju menjadi calon ketua umum.
"Saya punya tawaran dan konsep, yakni mengedepankan konstitusi partai," kata Zainal di Nusa Dua, Senin malam (1/12).
Untuk memenuhi persyaratan 30 persen dukungan suara yang ditentukan, Zainal tidak khawatir. Menurut Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MKGR itu, banyak suara tak bertuan, misalnya dukungan suara untuk Airlangga Hartato yang kini mengundurkan diri. (Baca:
Tak Ada Demokrasi di Munas, Airlangga Mundur)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suara tak bertuan yang diharapkan Zainal juga berasal dari suara yang sebelumnya mendukung Priyo Budi Santoso dan Agung Laksono. Kedua petinggi Golkar yang berseberangan dengan Aburizal itu tidak datang ke Munas. Agung sejak awal menyatakan tak bakal menghadiri Munas dan akan menggelar munas tandingan pada Januari 2015, sedangkan Priyo tak diizinkan masuk oleh Panitia Munas. (Baca:
Kartu Peserta Munas Milik Priyo Dirampas Nurdin)
"Suara-suara dukungan untuk mereka (Airlangga, Priyo, dan Agung) bisa dimanfaatkan," kata Zainal. Bila dukungan suara itu ditotal, Zainal yakin peluangnya cukup besar dalam pertarungan kursi ketua umum Golkar.
"Pokoknya saya bisa pastikan, sudah lebih dari 30 persen suara yang mendukung saya," kata dia. Zainal tak takut kalah dalam kompetesi, asal terhormat.
Zainal tiba-tiba mengajukan diri sebagai calon ketua umum karena tak ingin pemilihan ketua umum Golkar terjadi secara aklamasi. Jika dia tak mencalonkan diri, praktis Aburizal menjadi calon tunggal, tanpa pesaing. (Baca:
Ical Hampir Pasti Pimpin Golkar Lagi)
Menurut Zainal, begitu banyak kader potensial di Golkar sehingga tidak pantas terjadi aklamasi dalam pemilihan orang nomor satu di partai beringin itu.
Selain itu, Zainal menyesalkan langkah kader Golkar yang tergabung dalam Tim Penyelamat Partai Golkar karena mereka tidak menghadiri Munas Bali.
Sebagai Ketua Tim Penyelamat, Agung Laksono seharusnya punya ketegasan. Namun Agung malah tidak datang ke Munas untuk memberikan arahan atau petunjuk. Alhasil mereka yang masuk kubu Agung bergerak tanpa arahan, msalnya Priyo yang ditolak hadir di Munas.
Zainal mengaku dia termasuk yang diembargo atau ditolak di Munas. Namun berkat upaya yang dia lakukan, ia tetap bisa mengikuti Munas. "Intinya terletak pada kemampuan bermain (melobi) saja. Mereka tidak bisa menunjukkan keahlian seperti saya," kata dia.
Zainal yang selama ini disebut-sebut sebagai salah satu anggota Tim Penyelamat, justru mengatakan tak ada gunanya dia masuk ke dalam tim tersebut. Zainal tidak pernah diajak bicara soal tim itu. Tahu-tahu saat ia datang terlambat di rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat Golkar, dia diminta Priyo masuk menjadi anggota tim.
"Makanya nama saya ada di situ (Tim Penyelamat). Tapi besok-besoknya saya tidak pernah diundang rapat (oleh Tim Penyelamat)," kata Zainal.
Apapun, jika Zainal sungguh-sungguh jadi mencalonkan diri dan memenuhi persyaratan, maka Aburizal Bakrie akan mendapatkan lawan baru. Padahal sebelumnya Aburizal diprediksi akan menang secara aklamasi setelah bakal calon lain, Airlangga Hartarto dan MS Hidayat, mengundurkan diri.