Nusa Dua, CNN Indonesia --
Suasana 'panas' dalam Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, amat kentara. Penolakan Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono atas gelaran yang digelar Aburizal Bakrie itu juga menjadi keprihatinan bagi Popong Otje Djundjunan yang lebih dikenal sebagai Ceu Popong.
Sebagai kader senior di partai beringin, Ceu Popong ingin mempertahankan keutuhan partainya. Ceu Popong bahkan sudah bertemu langsung dengan kedua pihak bersengketa, mencoba mendamaikan mereka, meski kansnya kini nyaris nol.
"Saya sudah ketemu Ical sama Agung. Saya peluk keduanya. Mereka itu adik saya semua. Intinya Ceu Popong
mah ingin semua akur," kata perempuan bugar berusia 76 tahun itu saat berbincang dengan CNN Indonesia di lobi Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin malam (1/12). Hotel Westin menjadi lokasi penyelenggaraan Munas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ceu Popong, perpecahan Golkar hanya akan menguntungkan pihak lain. "Kalau Golkar pecah, yang untung pihak lain dong. Ceu popong
mah gemes,
pengen semua akur," katanya lagi dengan logat Sunda yang kental.
Meski sudah sepuh, Ceu Popong masih bersemangat mengikuti rapat-rapat di Munas Golkar yang dimulai sejak pukul 09.00 pagi. Sambil menenteng map berisi materi Munas, dia memasuki ruang rapat. Penampilan Ceu Popong pun selalu rapi dan khas. Hari itu misalnya ia mengenakan kemeja motif berwarna kuning-hitam dengan rambut disanggul khas Sunda.
Namun harapan Ceu Popong agar Golkar kembali satu tampaknya makin jauh dari kenyataan. Upaya mediasi yang dilakukan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung terhadap Aburizal dan Agung berbuah pahit. Aburizal menutup pintu damai dengan Agung, sedangkan Agung berkeras akan menggelar munas tandingan pada Januari 2015. (Baca:
Agung Laksono Tinggalkan Bali, Mediasi Gagal)