Jakarta, CNN Indonesia -- Kecelakaan pesawat yang menimpa Air Asia dengan nomor QZ8501 akhir pekan lalu telah menimbulkan pertanyaan mengenai situasi keselamatan penerbangan di tanah air sesungguhnya.
Seperti dikutip dari
New York Times, 31 Desember 2014, pada Mei tahun lalu auditor PBB menilai kriteria keselamatan penerbangan di industri penerbangan Indonesia dengan kelayakan 61 persen.
Hasil itu lebih buruk dibandingkan upaya audit serupa yang dilakukan terhadap industri penerbangan di Laos dan Myanmar. Bahkan nilai audit atas keselamatan industri penerbangan di Indonesia itu berada di bawah rata-rata dunia. Rata-rata standar keselamatan penerbangan berdasarkan audit otoritas penerbangan sipil PBB (ICAO) adalah 73,91 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil itu, auditor PBB menyatakan fakta ada masalah kronis dalam keselamatan penerbangan di nusantara ini.
Ahli Statistik keselamatan penerbangan dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Amerika Serikat, Arnold Barnett menyatakan tingkat kematian dalam kecelakaan pesawat di Indonesia selama lebih dari satu dekade terakhir adalah satu per satu juta penumpang. Jumlah itu 25 kali lebih besar dibandingkan di negerinya, AS.
"Mustahil jika perbedaan tingkat kematian ini disebabkan oleh kebetulan semata" tegasnya.
Selain audit PBB, Indonesia juga disebut badan penerbangan federal AS sebagai salah satu dari sembilan negara yang gagal memenuhi kriteria-kriteria keselamatan.
Negara-negara lain yang juga termasuk di dalam daftar ini antara lain Bangladesh, Barbados, Ghana, India, Nikaragua, dan Uruguay.
Peneliti senior tentang penerbangan dari Universitas New South Wales, Australia, Peter Marosszeky menyatakan masih terlalu dini untuk mengaitkan antara kecelakaan AirAsia akibat kesalahan individu karena masih banyak faktor, termasuk cuaca buruk. Dugaan sementara pesawat itu jatuh setelah masuk ke dalam awan kumulonimbus.
Di tanah Air, di selat Karimata, tim pencarian QZ8501 masih beroperasi. Upaya pencarian yang dilakukan masih terkendala cuaca buruk di sekitar sektor pencarian. Hingga Kamis (1/1), sudah sembilan jenazah yang dievakuasi dari lautan.
Sebanyak 162 orang tercatat dalam manifes pesawat dengan rute Surabaya-Singapura yang hilang pada Minggu pagi, 28 Desember 2014 tersebut.
Sementara itu, seperti dilansir
Reuters, agensi investigasi kecelakaan pesawat Perancis, BEA, menyatakan tim spesialis dan perlengkapan pencari kotak hitam tiba di kawasan operasi pencarian QZ8501 pada Jumat dini hari (2/1).
Tim dari Perancis itu terlibat karena pesawat Airbus yang jatuh tersbeut merupakan produksi pabrik pesawat yang berbasis di Perancis.
Dalam pernyataannya BEA mengumumkan tim tersebut dilengkapi perlengkapan deteksi seperti Hydrophones yang akan membantu untuk mendeteksi suara akustik yang berasal dari kotak hitam di dalam laut.
(kid/kid)