ANCAMAN KEAMANAN

Ansyaad Mbai: Mereka Tahu di Indonesia Banyak Pendukung ISIS

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Kamis, 08 Jan 2015 19:22 WIB
Wartawan CNN Indonesia Rinaldy Sofwan Fakhrana berbincang dengan mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai.
ilustrasi teror. (CNN Indonesia/Fajrian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua negara menyatakan Surabaya sementara bukan kota yang aman untuk dikunjungi. Amerika Serikat mengeluarkan travel warning bagi warganya yang akan bepergian ke ibu kota Jawa Timur itu. Belakangan Australia juga mengeluarkan travel advice. Selain Surabaya, negeri kangguru itu bahkan merekomendasikan warganya untuk tidak bepergian ke Sulawesi Tengah, Maluku, Papua dan Papua Barat.

Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini juga menegaskan Kota Surabaya tetap aman dari gangguan seperti yang diumumkan kedua negara tersebut. "Tidak ada apa-apa. Surabaya masih biasa-biasa saja. Surabaya aman," kata Risma di crisis Center Markas Polda Jatim, belum lama ini.

Wartawan CNN Indonesia Rinaldy Sofwan Fakhrana berbincang dengan pengamat terorisme sekaligus mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai untuk membahas seputar kebingungan dan kecemasan yang diakibatkan dua peringatan keamanan asing ini. Berikut adalah petikan wawancaranya:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa makna travel warning ini bagi Indonesia?
Begini, travel warning itu jangan dianggap sebagai suatu bentuk permusuhan terhadap negara kita. Itu adalah bagian dari kewabiban setiap pemerintah untuk melindungi warga negaranya di luar negeri. Kita juga begitu. Negara wajib melindungi segenap bangsa, dan travel warning itu adalah bagian dari perlindungan. Sebagaimana tertuang di Undang-Undang Dasar 1945, negara wajib melindungi warga negaranya. Karena itu, kita bisa saja melakukan hal yang sama.

Terlebih lagi, mengingat pengalaman pahit di masa lalu. Australia paling sering memberikan peringatan karena didesak oleh warga negaranya sendiri. Mereka trauma akan kejadian bom Bali yang merenggut banyak korban dari negaranya. Di sana itu masih menjadi masalah. Parlemennya masih mempersalahkan kenapa tidak memeringatkan sebelum terjadi kejadian itu. Jadi itu desakan dari rakyatnya sendiri.

Atas dasar apa mereka mengeluarkan peringatan ini?
Tentu itu atas dasar situasi ofensif yang diterima intelijennya. Ditambah pengalaman yang mereka alami, mereka menjadi sangat sensitif. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono sebelumnya menyebut peringatan ini terkait dengan bahaya Negara Islam Irak dan Suriah. Menurut anda bagaimana?
Saya setuju dengan pendapat beliau. Kita kan tahu sejak 2013 lalu kita sudah heboh dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Sedangkan warga negara Australia dan Amerika sudah mengalami sendiri warga negaranya menjadi korban ISIS.

Mereka tahu di Indonesia banyak pendukung ISIS. Dan mereka tahu banyak pendukung ISIS yang kembali dari sana (dari Irak dan Suriah ke Indonesia). Mereka menilai itu sebagai ancaman yang serius.

Bagaimana seharusnya kita menanggapi peringatan ini?
Mestinya kita menanggapi ini secara positif dan berintrospeksi. Apa yang membuat mereka menerbitkan peringatan ini? Mengapa kita tidak tahu ada ancaman itu? Mestinya kita juga secara internal memberikan public warning akan ada ancaman teror. Itu harus kita waspadai. Ancaman teror itu kan tidak mengada-ngada. Dalam waktu dekat ini memang ada penangkapan teroris. Kita tahu ISIS di Irak dan Suriah bagaimana, dan warga negara kita sudah banyak yang ke sana. Di berbagai tempat juga ada marak dukungan dan bahkan ada yang sampai berbai'at untuk ISIS.

Ini memang harus kita waspadai. Mestinya tanpa ada travel warning dari negara lain kepada warga negara kita, kita sudah memeringatkan. Dan itu sudah sejak tahun lalu mulai Presiden SBY dan menteri-menteri sampai saya sebagai Kepala BNPT memberi tahu bahayanya.

Di lain sisi Kapolri Jenderal Sutarman justru menyatakan Surabaya aman. Apa itu salah?
Tentu itu tergantung konteksnya. Kalau dalam rangka supaya orang tidak resah ya oke saja. Tetapi dalam hal ancaman teroris kita tidak boleh diam. Dan paradigma masyarakat internasional terhadap ancaman teroris sekarang mulai berbalik. Kalau dulu aparat siaga di suatu tempat itu dianggap tidak aman. Orang akan takut melihat itu. Tapi paradigma sekarang justru sebaliknya. Semakin banyak keamanan berjaga masyarakat semakin suka. Itu menunjukkan bahwa pemerintah ini berkomitmen dengan pemberantasan terorisme.

Dulu kejadian bom Ritz Carlton dan JW Mariott juga terjadi setelah ada travel warning. Apa berarti Indonesia juga sekarang benar-benar terancam?
Iya betul, setelah ada travel warning lalu ada kejadian. Berarti peringatan itu betul kan.  Hanya saja kita belum terbiasa dengan hal seperti ini. Yang salah itu justru kalau tidak ada warning kemudian ada kejadian. Itu berarti pemerintah salah besar. Prinsip itu yang dipegang negara maju. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER